Malam itu, Konoha tertutup awan gelap. Udara yang biasanya hangat dan segar terasa semakin dingin. Sasuke menghela napas dalam-dalam saat ia melangkah pelan menuju apartemen Naruto. Dulu, Naruto selalu menantinya di pintu dengan senyum lebar dan sorak-sorai penuh semangat. Namun, kali ini hanya sunyi yang menyambutnya.
Naruto yang ia kenal bukanlah orang yang mudah jatuh sakit. Setiap kali terluka atau kelelahan, ia selalu pulih dengan cepat, seolah tubuhnya tidak kenal lelah. Namun, akhir-akhir ini, Naruto mulai sering mengeluh lemas. Wajahnya yang dulu bercahaya kini tampak pucat, dan lingkaran hitam di bawah matanya kian terlihat jelas.
Sasuke mengetuk pintu pelan, tidak ingin mengejutkan Naruto yang mungkin sedang tidur. Tapi saat pintu terbuka perlahan, ia mendapati Naruto duduk di sofa, tubuhnya yang kurus berselimut tebal. Senyum Naruto lemah, tapi matanya masih menatap Sasuke dengan hangat.
"Sasuke," suara Naruto terdengar serak, tetapi tetap penuh kehangatan yang selalu ia miliki. "Kenapa datang lagi? Aku baik-baik saja."
Sasuke hanya menatap Naruto tanpa berkata apa-apa. Ia tahu Naruto mencoba terlihat kuat, tetapi tubuhnya yang terlihat begitu rapuh menampik semua usahanya. Sasuke berjongkok di hadapan Naruto, meraih tangan dingin Naruto dan menggenggamnya erat.
“Kau tidak perlu berpura-pura di depanku, Naruto,” ucap Sasuke dengan nada rendah namun tegas. "Aku akan menjagamu."
Naruto terdiam, kemudian menunduk. Mungkin karena malu, atau mungkin karena akhirnya ia merasa lega ada seseorang yang mengerti beban yang ia rasakan tanpa harus berkata apa-apa. Setelah sekian lama selalu menjadi yang kuat, Naruto akhirnya membiarkan dirinya merasa lemah di depan orang yang paling ia percayai.
Sejak saat itu, Sasuke hampir setiap hari menghabiskan waktunya di apartemen Naruto. Ia mulai mengatur makanan Naruto, memastikan asupannya cukup meski Naruto terus kehilangan nafsu makan. Setiap pagi, Sasuke bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan sederhana yang hangat, berharap bisa memberikan sedikit energi untuk Naruto memulai hari.
Hari-hari berlalu dengan perlahan, dan meskipun tubuh Naruto tidak menunjukkan tanda-tanda membaik, Sasuke tidak pernah menyerah. Ia memastikan Naruto tetap minum obat dan memaksanya istirahat, bahkan jika Naruto mencoba berdebat bahwa ia masih bisa melakukan tugas-tugasnya sebagai Hokage.
“Seharusnya aku yang melakukan ini, Sasuke,” ujar Naruto suatu malam, suaranya lemah namun penuh kesungguhan. “Kau tidak perlu repot-repot.”
Sasuke menatapnya tajam, tanpa kata-kata. Tapi dalam sorot matanya, Naruto tahu ada ketulusan yang tak tergoyahkan.
“Aku tidak peduli seberapa repotnya, Naruto,” jawab Sasuke, nada suaranya rendah namun penuh ketegasan. “Aku akan tetap di sini. Kau penting bagiku.”
Mendengar kata-kata itu, Naruto terdiam sejenak. Kata-kata sederhana yang tak pernah ia duga akan keluar dari mulut Sasuke. Namun, ia tahu bahwa kalimat itu lebih dari sekadar ucapan biasa. Kata-kata itu adalah bukti bahwa, di balik sikap dingin dan ketegasan Sasuke, tersembunyi perasaan hangat yang hanya Naruto yang bisa lihat.
Malam-malam berikutnya, Sasuke sering menemani Naruto tidur. Ia duduk di samping tempat tidur Naruto, sesekali membenarkan selimutnya dan memastikan Naruto tidur dengan nyaman. Meskipun Naruto berusaha terlihat kuat, tubuhnya terkadang menggigil dan batuknya semakin parah. Sasuke tahu bahwa malam-malam itu mungkin akan panjang dan melelahkan, namun ia tidak pernah merasa ingin berhenti.
Ada saat di mana Naruto bangun tengah malam, merasa sulit bernapas, tubuhnya berkeringat dingin. Sasuke dengan sigap membantu Naruto duduk, menenangkan dan membantunya minum. Saat-saat seperti itulah yang membuat Sasuke sadar betapa berharganya Naruto baginya. Di dalam hati kecilnya, ia tahu ia tidak bisa membiarkan Naruto sendirian dalam keadaan seperti ini.
“Maaf, Sasuke,” bisik Naruto dengan suara serak setelah malam yang sulit. "Aku… membuatmu susah."
Sasuke menggeleng, jemarinya menyentuh dahi Naruto yang terasa panas.
“Jangan bicara seperti itu, Naruto. Aku di sini karena aku ingin. Aku tidak akan pergi.”
Mereka terdiam, saling menatap dalam keheningan malam. Tanpa kata-kata, mereka tahu bahwa kehadiran satu sama lain adalah hal yang paling mereka butuhkan. Sasuke tidak pernah tahu kapan atau bagaimana ia jatuh begitu dalam pada Naruto, tetapi sekarang, ia tahu bahwa Naruto adalah alasan mengapa ia tetap tinggal, mengapa ia tetap bertahan.
Dalam hati, Sasuke berjanji akan melakukan apapun yang ia bisa untuk membuat Naruto pulih, meskipun hanya perlahan-lahan. Ia tidak akan pernah berhenti berjuang untuknya, seperti Naruto yang tidak pernah berhenti berjuang demi semua orang.
Dan di sana, dalam keheningan malam yang diselimuti kehangatan sederhana, Naruto dan Sasuke saling menemukan kekuatan satu sama lain, tanpa perlu kata-kata.