Beberapa hari setelah perasaan mereka terungkap, Sasuke memutuskan untuk membawa Naruto ke rumah sakit Konoha agar mendapatkan perawatan lebih intensif. Meskipun Naruto enggan, ia tahu bahwa Sasuke tidak akan berhenti memaksanya untuk memeriksakan diri. Ia mengerti bahwa Sasuke melakukan semua ini karena perasaan cinta yang mendalam, dan itu membuatnya tidak bisa menolak lebih lama lagi.
Saat Naruto diperiksa oleh Tsunade dan tim ninja medis, Sasuke menunggu dengan gelisah di luar ruangan. Ia berjalan mondar-mandir, berulang kali menggenggam erat tangannya, seakan mencoba menahan ketegangan yang berkecamuk di dalam dirinya. Perasaannya campur aduk, dan meskipun selama ini ia selalu berusaha tenang di depan Naruto, kekhawatiran di dalam hatinya tak dapat ia abaikan.
Beberapa jam kemudian, pintu ruangan terbuka, dan Tsunade keluar dengan wajah yang sulit diartikan. Sasuke mendekat, jantungnya berdebar keras saat menatap mata Tsunade yang tampak penuh dengan keraguan.
“Tsunade-sama,” suara Sasuke terdengar nyaris berbisik, “Bagaimana kondisinya?”
Tsunade menatap Sasuke dalam diam sejenak, lalu menghela napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sebelum mengucapkan kata-kata yang berat.
“Dia…” Tsunade berusaha memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Naruto menunjukkan gejala yang mirip dengan kondisi Itachi.”
Saat nama Itachi disebut, seakan ada batu besar yang menghantam hati Sasuke. Dunianya seketika hancur, pikirannya berputar liar. Ia ingat betapa Itachi berjuang melawan penyakitnya dalam kesendirian, menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan sambil terus melindungi desa dan orang-orang yang ia cintai. Dan sekarang, kenyataan yang sama harus dihadapi oleh Naruto.
“Tidak… tidak mungkin,” suara Sasuke bergetar, tidak percaya. “Naruto… dia tidak bisa mengalami hal yang sama. Bukankah ada pengobatan? Bukankah kita punya cara lain?”
Tsunade menunduk sejenak, terlihat menyesal. “Kami akan melakukan yang terbaik, Sasuke. Tapi penyakit ini sangat sulit diatasi, terutama mengingat dampak yang telah dialaminya selama bertahun-tahun sebagai Jinchuriki. Chakra Kyubi membuat tubuhnya terus-menerus bekerja keras… itu telah mempercepat penurunan kondisinya.”
Sasuke merasa tubuhnya lemas. Ia menatap ruangan tempat Naruto berada dengan mata yang mulai berkaca-kaca, pikirannya penuh dengan bayangan akan kehilangan Naruto, seseorang yang telah menjadi pusat hidupnya. Meskipun ia berusaha keras untuk tetap tenang, kesedihan yang mendalam dan rasa ketakutan terus menghantamnya tanpa ampun.
Sasuke merasa terjebak di antara kenyataan pahit dan keputusasaan. Bayangan wajah Itachi muncul dalam benaknya, mengingatkannya pada kakaknya yang harus menghadapi kematian tanpa seorang pun yang mengetahui penderitaannya. Namun kali ini, Sasuke tidak akan membiarkan Naruto menghadapi nasib yang sama.
Ketika Tsunade hendak pergi, Sasuke memanggilnya dengan suara pelan namun penuh tekad. “Tolong, apapun yang kau bisa lakukan… aku akan melakukan apa saja, Tsunade-sama.”
Tsunade menatapnya sejenak, mengerti bahwa Sasuke benar-benar siap mengorbankan segalanya demi Naruto. Dia mengangguk perlahan, “Kami akan mencoba semua cara yang ada, Sasuke. Tapi aku harus jujur… peluangnya sangat tipis.”
Setelah Tsunade pergi, Sasuke menguatkan hatinya dan masuk ke dalam ruangan. Naruto sedang berbaring, matanya terbuka namun kosong, seolah sudah mengetahui sesuatu yang ia coba sembunyikan. Saat Sasuke mendekat, Naruto tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyum hangat yang biasa.
“Jadi, bagaimana?” Naruto mencoba terdengar ceria, meskipun suaranya bergetar sedikit. “Apakah aku bisa kembali melanjutkan tugasku sebagai Hokage dalam waktu dekat?”
Sasuke duduk di sampingnya, menatap Naruto dengan perasaan yang campur aduk. Dalam benaknya, ia ingin mengatakan semuanya, membiarkan Naruto tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun di sisi lain, ia tidak ingin Naruto merasa lebih terbebani.
“Masih perlu beberapa pemeriksaan lagi,” jawab Sasuke perlahan, mencoba menenangkan diri. “Tapi… aku di sini, Naruto. Aku akan selalu ada di sini, apa pun yang terjadi.”
Naruto menatap Sasuke dalam diam, matanya berbinar, menyadari sesuatu yang tak terucap. Ia mungkin belum tahu sepenuhnya apa yang terjadi pada tubuhnya, tetapi ia bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Sasuke. Naruto mencoba untuk tidak memikirkannya, namun di lubuk hatinya, ia tahu bahwa Sasuke menyembunyikan sesuatu yang besar.
Naruto mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Sasuke dengan lemah. "Aku tahu, Sasuke. Aku tahu kau akan selalu ada di sini."
Sasuke menunduk, menggenggam tangan Naruto dengan erat, mencoba menahan air matanya. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia tidak akan pernah meninggalkan Naruto sendirian. Bagaimanapun kondisinya, Sasuke bersumpah bahwa ia akan melakukan segala cara untuk menjaga Naruto, meski harapan itu hanya setipis benang.