ENAM

112 13 3
                                    

Sebulan berlalu sejak Jude menerima Sandra sebagai second secretary. Gadis itu memang benar-benar bisa bekerja. Meskipun harus diakui sedikit banyak ada ritual aneh yang harus dilakukan seperti memakai sunscreen dan menawari dessert sehari tiga kali, tapi Sandra memang bisa diandalkan.

Lucas juga merasa senang, kehadiran Sandra membuatnya bisa bernafas karena pekerjaannya terbagi. Dia bisa mengawal ke lapangan sementara Sandra mengerjakan urusan di kantor atau bergantian mendampingi Jude ketika Lucas harus stand by di lokasi proyek.

Seperti siang ini, Sandra sudah sangat mengantuk saat tiba-tiba Jude meletakan paperbag godiva di kubikelnya. "Wake up Miss. Kerja kerja." Ucapnya membuat Sandra terkejut.

"Sorry pak! Bosen banget." Sandra menegakkan duduknya. "Ini apa pak?"

"Titipan dari Lucas. Kami habis makan siang tadi di SenCy." Jawab Jude berlalu memasuki ruangannya.

"Thanks pak!" Gadis itu berteriak untuk menyampaikan terima kasihnya.

Membuka bungkusan coklat, gadis itu mengirimkan pesan pada Lucas yang entah siang ini dia ada dimana.

Sandra
Tengsooo Lucas ganteng coklat mahalnya
Biasa juga beliin gue donat indomaret.
Wkwkwk

Lucas
Menurut lu, gue bakalan keluarin duit lima ratus ribu lebih gitu?

Sandra
Terus siapa dong? Masak Jude?

Lucas
Masak jude?
Ya lu pikir lah kalo bukan gue siapa?
Tadi gue mo beliin lu Jco, trus dia nanya beli donat buat siapa? Proyek?
Bukan pak, buat Sandra, dia dessert addict.
Trus dia belok ke godiva.
Beli deh tuh coklat mahal.

Sandra
Duh begini doang aja hati gue ketar ketir Lucas.
Kalo gue diajak tidur gimana nanti?

Lucas
Fuck yeah ya lu!

Sandra tertawa membaca pesan Lucas, benarkah coklat ini dari Jude?

--

Pintu ruangan Jude terbuka di jam delapan malam. Hari ini Sandra bertugas stay di kantor sampai lelaki itu pulang karena Lucas seperti biasa mengerjakan pekerjaan luar. Lelaki itu sudah melipat kemejanya sebatas siku, dasinya sudah dilepas dan kancing teratasnya terbuka dengan tas ransel di pundaknya.

"Belum pulang kamu?" Tanyanya ketika melewati kubikel Sandra, gadis itu tengah memainkan ponselnya.

"Nungguin pak bos. Bapak udah beres?"

Jude mengangguk dan mengangkat jasnya yang berada di tangan kanannya. "Mau turun bareng?"

"Yuk, bentar pak tunggu." Sandra mengemasi barang bawaannya, mematikan laptop dan menyimpannya di laci lalu bangkit berdiri mengikuti Jude yang sudah berdiri di depan lift.

Lift terbuka, mereka memasukinya dan menyandarkan tubuh di sisi lift, bersisian dan saling diam namun pandangannya beradu dari pantulan lift yang membuat keduanya tertawa.

"Kenapa pak?" Tanya Sandra yang dijawab gelengan oleh Jude, lelaki itu tersenyum yang membuat Sandra merona.

"Pak, kok .. Paaaaaak! Kok mati liftnya!" Obrolan yang awalnya ingin dimulai oleh Sandra terhenti begitu lift yang mereka tumpangi berhenti mendadak dan gelap. Tak lama kemudian lampu dan ac menyala tetapi tidak ada pergerakan liftnya.

Jude mencoba menekan tombol call namun tak terhubung, begitu juga dengan tombol alarm yang tak berfungsi.

Mereka terjebak di lift, berdua, tanpa sinyal HP.

"Shit!" Umpat Jude ketika lelaki itu sudah mencoba menghubungi siapapun tapi terhalang sinyal.

"Pak kita mo sampe kapan disini?" Gerutu Sandra. Gadis itu mengambil duduk di lantai lift, menggunakan blazernya sebagai alas.

Jude menatapnya, "Lima belas menit lagi kita coba pencet belnya."

Jude yang awalnya berdiri di lima belas menit pertama akhirnya menyerah dan mengambil duduk di sisi lain dari lift. Memperhatikan Sandra yang sejak tadi asik sendiri. Gadis itu baru saja menonton film yang ada di ponselnya. Sekarang dia mengeluarkan kutek dan menguteki kuku tangannya.

"Kamu chill banget terjebak disini?" Suara Jude menginterupsi Sandra yang tengah asik mewarnai kukunya.

Meniup kukunya perlahan lalu melihat hasilnya, Sandra menatap kearah Jude. "Bapak pengen saya nangis-nangis disini? Atau lompat-lompat biar lift-nya bablas terjun ke basement dan kita mati semua?"

Berdecih kecil, Jude kembali menekan tombol call dan alarm yang masih belum berfungsi. Menghembuskan nafas berat Jude melirik kearah Sandra.

"Sepertinya kita harus bermalam disini."

--

Jam menunjukkan pukul satu dini hari ketika Jude terbangun dan mendapati Sandra tertidur di sisi lain lift. Gadis itu meringkuk, kaki jenjangnya diselimuti blazer miliknya. Kutek, hasil origami, air pods dan ponselnya berserak karena sejak tadi gadis itu sibuk mencari cara untuk membunuh bosan.

Mencoba menekan tombol sekali lagi dan tidak ada perubahan dari tombol lift membuat Jude kembali duduk, kini disamping Sandra. Lelaki itu meletakan jas-nya sebagai selimut ditubuh gadis itu dan menarik kepala Sandra agar bersandar di lengannya dan kembali memejamkan mata menunggu ada yang menyadari bahwa keduanya terperangkap di lift.

DESSERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang