Malam semuaa.. maaf kemarin malam aku nggak update karena otak, mata, dan tangan nggak bisa diajak kerja sama. Kerjaanku tulis, hapus, tulis, hapus, karena feel nya aku nggak dapat. Jadi maaf banget kalau kalian merasa bab ini cringe apalagi bagian awal sampai pertengahan, karena menurutku pribadi pun begitu🙏🤧
Tapiiii... karena kemarin nggak up, bab ini aku panjangin dua kali lipat sampai menyentuh 2000+ kata. Jadi... jangan lupa vote dan komentarnya yaa..
Happy reading!✨
---o0o---
Dua lelaki beda generasi serta tiga orang berseragam polisi masih berdiri di depan pintu sebuah rumah bergaya modern. Lelaki berkemeja biru gelap kembali memencet bel, menunggu tuan rumah membuka pintu.
Sesaat kemudian pintu terbuka, menampilkan seorang gadis dengan baju rumahannya. Sepasang mata gadis dengan rambut tergerai bergelombang itu membulat kaget.
"Permisi, apa benar ini kediaman saudari Raisa Fazila?" tanya seorang polisi yang diangguki dengan ragu-ragu oleh Raisa.
"Benar, dengan saya sendiri. Ada apa ya?" Raisa sempat melirik lelaki paruh baya yang berdiri berdampingan dengan Rony sekilas lalu kembali memfokuskan pandangannya pada seorang polisi bernama Aris, terlihat dari emblem nama pada seragamnya.
"Saudari Raisa Fazila, anda kami tangkap atas tuduhan tabrak lari yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Anda bisa ikut kami ke kantor untuk memberikan keterangan."
Seorang polisi perempuan menahan kedua tangan Raisa, menggiringnya menuju mobil polisi yang terparkir di depan gerbang rumahnya.
"Lepas! Saya nggak salah! Om-om itu yang salah!" Raisa berteriak, berusaha memberontak untuk melepaskan diri walau akhirnya usaha itu sia-sia. Ia tetap dibawa ke kantor polisi.
Rony memperhatikan papanya yang memasang ekspresi bersalah saat Raisa, selingkuhannya dibawa oleh pihak kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Kenapa, pa? Sedih selingkuhannya masuk penjara?" tanya Rony sinis. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Papa Faris menoleh, menatap tajam anak sulungnya. "Padahal selingkuhan papa itu baik-baik aja loh kondisinya, cuma mau dikurung aja biar nggak kegatelan sama suami orang."
"Jaga mulut kamu!"
"Aku harus jaga mulut, tapi papa nggak perlu jaga kelakuan itu gimana konsepnya ya?"
"Rony Adhitama!"
"Apa? Papa mau marah? Harusnya aku yang marah sama papa. Papa dipenjara demi perempuan lain yang ternyata selingkuhan, tanpa mikirin anak dan istri sendiri yang lagi sakit bahkan kantor hampir collaps karena papa!" ucap Rony dengan emosi yang sudah tidak tertahankan lagi.
Rony menatap ayah biologisnya dengan mata memerah, tidak menyangka papanya melakukan hal yang sangat menjijikan. Sosok yang dahulu ia banggakan justru menjelma menjadi sosok yang ingin ia jauhi sekarang. Kalimat deklarasi Rony kecil yang menyebutkan ingin menjadi seperti papanya kini ia tarik kembali. Sosok papanya yang dulu tidak lagi sama sekarang.
"Papa nggak pantas sama mama, karena mama terlalu berharga. Jangan harap papa bisa ketemu mama dan Nabila lagi." Satu tetes air mata Rony turun tanpa bisa dicegah. "Silakan urus selingkuhan papa. Mama dan Nabila biar jadi tanggungjawab saya."
Rony langsung pergi tanpa mau repot-repot berpamitan, meninggalkan lelaki yang selama ini ia panggil papa sendirian di depan rumah wanita yang dahulu ia kenal sebagai sahabat kekasihnya. Dan kini Rony mengenalnya sebagai selingkuhan papanya sendiri. Apa dunia memang sebercanda itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [TERBIT]
Fiksi PenggemarTentang seorang gadis yang pertama kali jatuh cinta. Ia terlalu naif mengira bahwa hidupnya akan selalu baik-baik saja apalagi setelah mengenal sosok yang berhasil mencuri hatinya. Tentang seorang laki-laki yang sedang mencoba membuka hati lagi, nam...