Dua tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya yang ke lima belas, di sudut kamar sempit dengan pencahayaan minim, Cantika merayakan ulang tahun sendirian.
Donat kentang bertabur kacang dan cokelat yang ia curi dari lemari makan ibu panti dijadikan kue. Dengan suara lirih diiringi tepuk tangan pelan, gadis kecil itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya sendiri. Sangat sederhana, namun gadis itu nampak menikmati perayaan kecil-kecilan itu.
Selesai menyanyikannya, ia pun menyatukan kedua telapak tangan dengan posisi menengadah. Memanjatkan doa yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ia berdoa supaya ada keluarga baik hati yang mengadopsinya, membawanya keluar dari panti. Jujur saja ia sudah tidak nyaman tinggal di sini. Ada beberapa hal yang menjadi faktor. Salah satunya adalah bapak panti yang akhir-akhir ini bersikap tidak biasa. Sering memperhatikannya begitu intens ketika ia sedang menyapu, mencuci baju, atau melakukan pekerjaan lain. Setiap kali berjabat tangan, bapak panti juga sering membuat itu menjadi lama disertai tatapan penuh minat saat matanya turun ke bawah. Tepatnya ke arah payudaranya yang tumbuh lebih besar daripada remaja seumurannya.
Siang tadi saat mengepel lantai ruang tengah, ia tidak sengaja mendengar kalau kerabat dari salah satu donatur tetap akan datang untuk mengadopsi salah satu anak panti. Keluarga itu menginginkan remaja perempuan. Jadi ada kemungkinan dirinya terpilih. Untuk itu Cantika berdoa dengan begitu sungguh-sungguh agar dirinya yang keluarga baik itu pilih.
Selalu diperlakukan semena-mena oleh ibu panti membuat kenyamanannya terenggut. Itu adalah alasan kedua mengapa ia ingin segera pergi. Panti bukan lagi rumah untuknya. Cantika juga acap kali mendapat kekerasan fisik atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan. Tidak hanya ibu panti, anak kandung beliau juga suka sekali membuat perkara. Mengadu domba dan memutar balik fakta sampai semua orang panti membencinya.
Menutup perayaan ulang tahun sederhananya, Cantika pun memakan donat itu sampai habis. Gadis itu tersenyum lalu meneguk air putih sebelum berbaring di tikar usang yang menjadi satu-satunya alas tidur selama beberapa tahun ini. Jendela kamar sengaja dibiarkan terbuka agar ia bisa melihat kerlip bintang.
Menikmati panorama malam diluar, bibirnya tidak berhenti bergerak merapalkan doa sampai ketiduran.Pagi hari setelah ia kelelahan membersihkan panti yang akan kedatangan tamu, suara klakson mobil mewah mengejutkannya yang tengah beristirahat di dekat pintu gerbang berkarat. Gadis itu pun buru-buru bangkit dan susah payah membuka pintu gerbang selebar mungkin. Senyumnya terbit ke arah wanita yang melambai dari dalam mobil. Cantika bisa menebak siapa wanita itu. Pasti nyonya dari keluarga kaya raya yang hendak mengadopsi salah anak dari panti tempatnya tinggal.
Teringat ucapan ibu panti yang melarangnya muncul, Cantika tetap di tempat memperhatikan anak-anak lain yang berkumpul di teras menyambut tamu agung dengan suka cita. Gadis kecil itu tersenyum getir melihat masing-masing dari mereka mendapat bingkisan besar dari wanita yang tadi melambaikan tangan padanya.
Cantika juga menginginkan bingkisan itu. Hanya saja ia sadar kalau itu adalah sesuatu yang mustahil. Ibu panti pasti akan murka kalau ia ke sana demi mendapat bingkisan itu.
Tidak ingin melihat hal yang membuat perasaan irinya muncul, Cantika pun menutup pintu gerbang kembali. Saat balik badan, ia dikejutkan dengan keberadaan seorang wanita yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Punggungnya sampai membentur pintu gerbang cukup keras. Meringis seraya mengusap punggung, ia langsung menunduk dalam-dalam.
"Halo!" Wanita dengan balutan gaun yang panjangnya menyentuh bawah lutut, menyapa diiringi senyum ramah. Mensejajarkan tinggi dengan gadis kecil di hadapannya, ia pun sedikit membungkuk.
"Namu kamu siapa cantik?" tanya wanita bernama Sarah.
Rambut Cantika yang kusut dan basah oleh keringat dielus pelan. Sarah tersenyum melihat bagaimana reaksi gadis kecil yang menarik perhatiannya di detik pertama bertemu. Lugu, cantik, dan terlihat penurut. Semua yang ada pada gadis itu memenuhi kriterianya.
"Cantika, tante," jawab Cantika dengan suara lirih. Ia takut dengan tatapan ibu panti.
"Nama yang cantik, cocok banget sama kamu," puji Sarah lalu menyodorkan bingkisan yang dibawa lalu kembali berkata, "ini buat kamu."
"Buat aku?" beo Cantika tidak percaya.
"Iya buat kamu. Yang lain udah dapet, cuma kamu yang belum. Ayo ambil."
Ragu-ragu Cantika mengambil bingkisan itu dan memeluknya erat-erat. Ia anggap itu adalah hadiah ulang tahunnya. Cantika tidak sabar ingin membukanya nanti. "Terimakasih, tante."
"Sama-sama Cantika. Ayo ikut tante."
"Tapi......."
Tidak menerima penolakan, Sarah langsung menggandeng tangan Cantika dan mengajaknya pergi menghampiri yang lain.
"Papah, kenalin ini Cantika" katanya memperkenalkan gadis belia yang digandeng pada Pras suaminya.
"Hai, Cantika," sapa Pras dengan tatapan tidak berhenti memindai tubuh gadis di hadapannya dari ujung kepala sampai kaki.
Secara singkat gadis itu cantik.
Di umurnya yang belum terlalu matang, Cantika memiliki postur tubuh cukup menarik. Tubuhnya memang terbilang sedikit kurus dan kurang perawatan, namun berisi di beberapa bagian yang tepat. Wajah lugu, sorot mata sayu, dan gestur ketidakberdayaannya membuat senyum misterius pria itu muncul. Sepertinya akan ada hal menarik terjadi nanti."Halo Om."
"Gimana Pah?" tanya Sarah meminta pendapat suami.
"Jadi Cantika orangnya?" Pras memastikan.
"Iya Pah, Cantika...."
"Sebelumnya maaf," kata ibu panti menyela, tidak setuju kalau Cantika lah yang dipilih. Wanita itu berharap kalau anak keduanya lah yang dipilih agar hidupnya lebih terjamin. Ia tidak masalah jika harus berpisah demi kebaikan anaknya.
"Gimana bu Eni?" tanya Sarah.
"Apa nggak sebaiknya Nyonya Sarah pikirkan lagi sebelum pilih Cantika? Mungkin Nyonya Sarah perlu tahu ini. Cantika itu anak panti paling nakal, susah diatur, dan selalu buat onar. Saya khawatir Cantika berulah dan bikin nama panti jadi jelek. Kalau boleh, saya merekomendasikan Anjani aja. Anjani ini yang paling baik di panti ini dan pasti nggak ngecewain nyonya Sarah."
Omong kosong itu tidak berusaha Cantika bantah. Ia membiarkannya saja demi menyelamatkan diri dari amukan ibu panti nanti. Lagipula Cantika juga tidak berharap apa-apa lagi. Seperti yang biasa terjadi ketika ada kelurga yang memilihnya, ibu pasti akan menempuh banyak cara untuk menggagalkannya.
"Nggak masalah, Bu Eni. Saya nggak keberatan sama sekali. Kalau Cantika emang kayak yang Ibu bilang, saya bisa didik Cantika pelan-pelan nanti. Pah, tolong urus semuanya ya. Aku mau ngobrol-ngobrol dulu sama Cantika," ujar Sarah.
Hari itu menjadi awal kebahagian Cantika. Setelah ibu panti menahannya cukup sengit, akhirnya ia dilepas juga. Bagaimana tidak dilepas jika Pras menawarkan nominal fantastis sebagai balas budi atas kebaikan ibu panti yang sudah membesarkannya. Baru setelah menerima cek, ia resmi keluar dari panti.
Setelah keluar dari panti, Cantika memang diperlakukan baik. Hanya saja setelah beberapa tahun kemudian sikap Pras dan kedua anak laki-lakinya (Mark dan Jendral) membuatnya tidak nyaman.
Saat tidak ada Sarah, mereka sering kali menyentuhnya. Awalnya memang sekedar meremas pantat, memainkan payudara, dan menciumnya secara paksa. Tapi semakin hari mereka semakin berani menyentuhnya. Tiap malam pasti ada yang menyusup ke kamar dan melecehkannya. Ia juga diajari cara memuaskan penis mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
pemuas keluarga angkat
RomansaCantika si anak panti terlalu lugu saat diangkat menjadi bagian keluarga kaya raya. Ia sama sekali tidak berpikiran kalau tujuan sebenarnya diangkat anak adalah untuk dijadikan pemuas nafsu keluarga bejat itu