3.

835 41 7
                                    

guys follow akun aku ya, jangan lupa vote sama komen juga😚

Happy Reading!!

Pukul 18.12 Arsen terbangun, kedua netra yang di hiasi bulu mata lentik itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya lampu yang terlihat remang-remang dimatanya.

"Mati lampu?" gumam Arsen bertanya entah pada siapa.

Karena ruangan yang kini ia tempati, alias kamarnya sendiri gelap tidak ada siapa-siapa, ada sedikit cahaya dari lampu tidur yang berada diatas nakas di samping ranjang.

"Shh." Arsen meringis, memegangi kepalanya yang terasa berputar serta tubuhnya yang nyeri di beberapa bagian.

Arsen celingukan, di kamarnya tapi tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri yang terlihat mengenaskan, Arsen terdiam memandangi tubuhnya yang terlihat dari pantulan cermin full body yang ada di kamarnya, beberapa luka lebam terlihat di wajah kecil itu, bahkan pakaiannya masih terasa basah.

Arsen ingat, terakhir kali ia di siksa oleh Aska karena salah paham, mungkin Arsen pingsan karena setelah itu ia tidak mengingat apapun lagi dan terbangun dengan kondisi yang sudah seperti ini.

"Aska kemana? Dia udah makan belum ya? Sshhh gue belum selesai masak tadi." Bahkan disaat kondisinya sedang tidak baik-baik saja dan itu di sebabkan oleh Aska.

Arsen masih memikirkan sang kekasih, nyatanya Arsen memang setulus dan sesayang itu pada Aska, hanya terkadang Aska tidak menyadari seberapa tulus orang yang sering ia salah pahami itu.

Arsen bangkit dengan susah payah, demi apapun tubuhnya terasa remuk, Arsen yakin banyak lebam tersembunyi di beberapa titik bagian tubuhnya.

"Hp gue dimana lagi, ck. Ini gelap banget mati lampu apa gimana sih," dumel Arsen.

Langkahnya ia bawa untuk membuka tirai jendela, di luar terlihat terang, lampu para tetangganya juga menyala bahkan lampu teras rumahnya pun tidak mati, yang berarti memang tidak mati lampu dan hanya lampu kamarnya saja yang belum di nyalakan.

Arsen berjalan menuju saklar lampu dan menyalakan lampu tersebut.

Trak!

Terang.

"Hp gue dimana ya."

Arsen menyingkap semua barang yang ada diatas ranjang, menyingkirkan semua barang yang ada di atas meja belajar dan sofa yang ada di kamarnya, mencari keberadaan ponsel miliknya namun tidak ada.

"Kemana sih," kesal Arsen, dia harus menghubungi Aska dan memastikan pacarnya itu sudah makan atau belum.

Sekaligus menanyakan keberadaannya dimana, sudah pulang atau sedang keluar sebentar karena sore tadi Aska berkata akan menginap di rumahnya malam ini, Arsen juga ingin meluruskan masalah yang tadi, ia tidak bisa membiarkan Aska yang terus salah paham dengan dirinya.

"Kok gak ada ya, di luar kali ya lagi gue cas." Arsen melangkah hendak keluar.

Tepat saat tangannya ingin membuka knop pintu, ternyata pintu tersebut terkunci dan tidak bisa dibuka.

Arsen terus berusaha membuka pintu yang terbuat dari kayu jati tersebut, tapi tetap tidak bisa, Arsen terdiam sebentar sampai akhirnya otaknya berjalan dan sesuatu terlintas di pikirannya.

Ponselnya bukan tidak ada tapi pasti dibawa oleh Aska, pintu kamarnya di kunci agar Arsen tidak bisa keluar.

Huft.

Hembusan nafas kasar terdengar diantara heningnya ruangan tersebut.

"Mana gue ada janji mau keluar bareng Sena buat minta maaf sama Raiden, makin besar inimah masalahnya." Arsen luruh, duduk dibalik pintu kamarnya yang terkunci.

Toxic Relationship (bxb) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang