Eh follow dong kalian👊👊
Happy Reading, jangan lupa vote sama komen juganya, kalo ada typo tandain!!
"Sayang, tolong pakein dong!" Arsen memberikan hansaplast yang baru saja ia beli di warung Mpok Dyah kepada Aska.
"Males, ngantuk gue," tolak Aska.
Remaja itu sudah menyamakan dirinya di sebuah sofa panjang yang memang tersedia di warung Mpok Dyah, setelah kejadian yang cukup membuat Arsen tertekan tadi saat di toilet, Aska membawanya ke sini dan mengajak Arsen bolos sekolah untuk hari ini.
Arsen tidak bisa menolak, karena jika ia tidak menuruti kemauan sang pacar, Aska tidak akan memberikan ponselnya dan mengancam akan memperkosanya di lapangan sekolah.
Gila memang.
"Sini, Sen. Gue pakein." Arsen menoleh saat Abi berkata di belakangnya.
Seperti biasa, warung Mpok Dyah selalu ramai oleh Aska dan antek-anteknya yang hari ini kompak bolos sekolah, entah hanya kebetulan karena memang mereka biasa membolos, atau memang sudah janjian sebelumnya.
Sebelum menerima tawaran Abi, Arsen menatap Aska terlebih dahulu, ingin meminta persetujuan tapi Aska terlihat nyenyak dalam tidurnya, kebiasaan. Aska akan terlelap dimana saja selama tempat itu membuatnya nyaman.
"Udah sini, gak bakal marah juga pacar lo, tepar anaknya." Abi menarik tangan Aska, yang sontak mendapat sorakan dan siulan menggoda dari teman-temannya yang lain.
Aska? Sibuk menyelami alam mimpinya dan tidak peduli suara bising yang diciptakan oleh teman-temannya yang mungkin sedang asik menggoda sang kekasih.
Arsen sendiri sebenarnya merasa risih, apalagi sejak saat ia dan Aska datang ke warung Mpok Dyah, tatapan intens sudah ia dapatkan dari beberapa orang yang ada disana, sebenarnya ini sudah biasa untuknya saat datang ke tempat tongkrongan Aska, tapi yang membuat heran, teman-teman Aska menatap dirinya dengan tatapan seolah-olah seperti orang cabul yang nafsu padanya.
Padahal Arsen sama sekali tidak menunjukkan gelagat-gelagat menggoda pada mereka, tapi setiap kali Arsen ikut ke warung Mpok Dyah, tatapan itu selalu ia dapatkan dari teman-teman Aska, Arsen risih tapi ia berusaha untuk tidak memikirkan itu, toh. Selama ada Aska, Arsen yakin semuanya akan baik-baik saja.
"Ini kenapa kok kaya bekas digigit ular gini?" tanya Abi, jari telunjuknya bergerak sensual mengitari luka gigitan bekas Aska di leher Arsen.
"Dih, modus lu, Bi. Sentuh-sentuh si Arsen." Revan melempar kulit kacang yang tepat mengenai wajah Abi.
"Awas ngaceng, Bi." Sambung Valo yang disambut gelak tawa oleh mereka semua.
Arsen hanya menunduk dalam, sebenarnya ia sedang di lecehkan atau bagaimana sih? Tapi Arsen merasa seperti itu, teman-teman Aska terlihat seperti orang-orang cabul yang selalu melontarkan kata-kata kotor yang selalu membuat Arsen merasa jijik.
"Udah." Arsen menjauhkan dirinya dari abi saat benda penutup luka itu berhasil menempel di kulit lehernya.
Ia mendekatkan diri dan duduk di sofa tempat Aska tidur, sebelumnya mengangkat kepala Aska terlebih dahulu dan kembali merebahkannya diatas paha.
Arsen memainkan rambut halus sang kekasih, menatap dalam wajah tampannya yang tengah terlelap, tangannya bergerak menyentuh setiap inci wajah tegas Aska, hidungnya yang mancung, bibir tebalnya yang berwarna merah muda alami padahal kekasihnya itu seorang perokok, tapi bibirnya tetap terlihat sehat dan tidak hitam.
Arsen menyentuh alis tebal Aska, alis yang selalu mengkerut dan terlihat menyeramkan dimatanya, kemudian turun membelai rahang tegas Aska, Aska ini sempurna jika dari fisik, hanya saja melakukannya yang jauh dari kata minus, sangat di sayangkan orang setampan ini memiliki emosi yang tidak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship (bxb)
General Fiction"Lo milik siapa Haikal Arsenio?" "Kamu." "Kamu siapa? Jawab yang bener!" "J-jayden Araska." Bagi Aska, sampai kapanpun Arsenio akan tetap menjadi miliknya, tidak ada yang bisa merebut atau memisahkan Arsen darinya, bahkan kematian sekalipun. start:...