Nata bingung.
Sejak dirinya sampai rumah tadi sore Nata kira orang itu adalah tamu tetangganya. Jadi Nata hanya cuek saja.
Sekarang sudah satu jam orang itu terus berdiri di depan rumahnya. Ingin rasanya Nata bertanya pada orang itu, namun dia takut hanya dengan melihat penampilannya saja.
Rambut agak gondrong dengan model mullet.
Tangan kanan yang bertato.
Belum lagi dengan rokok yang sedang dihisap. Dari gaya nyebat pria itu saja sudah membuat nyali Nata ciut duluan.
Mirip preman jadinya.
Belum lagi Nata sedang sendirian di rumah saat ini. Kedua orang tuanya sedang menghadiri acara hajatan di rumah budhenya. Kebetulan anak bungsu budhe Nata menikah. Sangat disayangkan Nata tidak bisa datang karena akhir-akhir sedang banyak pesanan buket bunga untuk acara wisuda.
Sangat sayang juga jika menolak rejeki, Nata kan masih butuh duit. Akhirnya Nata hanya bisa titip amplop pada ibunya yang sebelumnya sudah lebih dulu dititipi amplop oleh kakaknya.
Setelah selesai mandi Nata kembali mengecek keluar rumah dan orang itu masih disana.
Nata menghela napas. "Sebenarnya dia itu siapa sih?" gumamnya.
Nata menutup kembali gorden ruang tamu. Tepat setelah gorden tertutup pria bertato diluar sana mengulas senyum menyeringai.
"Lo yakin mau nunggu sampai Ibra balik?" Tanya temannya.
Pria itu mengangguk. "Sampai besok aja gue mau nunggu disini."
"Lo nggak liat apa tadi ekspresi adik Ibra gimana? Kalo kita nongkrong disini terus yang ada nanti itu cewek trauma, bego." Celetuknya sambil tertawa.
"Daripada kita tinggal sendiri." Sahutnya cepat. "Tadi lo denger kan Ibra ngomong kalo orang tua dia lagi nggak di rumah. Otomatis adiknya juga sendirian didalam sana, lebih bahaya kalo kita tinggal. Mending disini aja sambil nyebat." Lanjutnya dengan mulut yang mengeluarkan asap rokok yang baru saja dihisap.
"Btw, adik Ibra cantik juga ya. Badannya aja wow banget." Ujarnya.
Plak!
"Malik, bacot lo emang nggak pernah berubah dari dulu perasaan."
Pria bernama Malik itu hanya cengengesan sambil mengusap kepalanya yang menjadi korban geplakan temannya.
"Lo yang bacot, Han. Jujur aja sama gue, dari dulu lo udah ngincer adiknya Ibra kan?" Cecar Malik.
Pria itu hanya memutar mata jengah. Lagi-lagi pembahasan ini yang selalu diungkit oleh Malik. Padahal sudah dia jelaskan berkali-kali namun tetap saja Malik ngotot.
"Woi, Jeihan! Ngaku aja ngga usah gengsi."
"Gue udah bilang ratusan kali sama lo kalo dia bukan tipe gue, tapi tetap aja lo ngga percaya. Jadi, ya udah itu urusan lo." Balas Jeihan.
Malik berdecak. "Lo cuma bilang bukan tipe lo aja, tapi gak bilang kalo lo suka sama dia apa engga."
"Ya terus urusannya sama lo apa?"
"Kalo lo masih ragu ya udah gue yang maju. Terus kalo adik Ibra nyaman sama gue lo jangan nyesel karena pasti bakal gue nikahin."
Pletak!
Pukulan itu kembali Jeihan berikan untuk kedua kalinya. Malik pun hanya tertawa puas melihat reaksi sahabatnya yang nampak dongkol.
Malik tau jika Jeihan sudah memendam rasa sejak Ibra menunjukan adiknya pertama kali pada mereka. Walau hanya melihat dari jauh namun tatapan mata Jeihan tidak bisa berbohong. Sampai sekarang entah apa yang membuat pria itu ragu untuk pendekatan, padahal jika berani mungkin tidak akan ditolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
R A D E N
FanfictionAlternate Universe. ● ● Hanya kisah cinta seorang owner toko bunga dengan seorang lelaki berpangkat namun berpenampilan seperti preman. "Aku aja gak yakin kalo dia itu abdi negara, penampilannya aja mirip beban negara." -Nata. "Untung kamu itu adek...