Ia pandangi pintu berwarna coklat di hadapannya. Meremat boneka beruang dalam pelukannya, sebelum tangan itu terangkat mengetuk pintu. Beberapa saat menunggu barangkali sang pemilik rumah tengah sibuk sampai tak kunjung membuka pintu. Lily menghela napas pelan,
Niat hati ingin berbalik pergi, namun tertahan saat suara kunci yang dibuka membuat ia kembali menatap pintu.
"Eh Lily? Kirain siapa, ada apa nak?"
Lily cengengesan, ia garuk kepalanya canggung.
"Itu tante, boleh gak Lily numpang bentar? Sambil nunggu ayah pulang."
"Boleh. Nginep juga boleh, kamu kayak sama siapa aja. Kenapa ayahnya, lembur?"
Lily dipersilahkan masuk, anak itu melangkah dengan sungkan. Rasanya canggung, meski ini bukan yang pertama kali. Hanya saja ia sedikit tak enak hati, berkunjung ke rumah disaat malam mulai larut begini.
"Iya kayaknya. Entah kapan pulang," sahut Lily.
Tante tersenyum tipis."Itu Kevin juga kayaknya belum tidur, mau nonton bola katanya. Tante di ruang tamu ya,"
Lily balas tersenyum. Sepertinya ibunya Kevin tahu bahwa Lily sedikit merasa canggung bersamanya, itu sebabnya dia memilih menyuruh Lily untuk mencari Kevin.
"Iyakah!? Lily ke Kevin dulu ya tante." Lily menyahut antusias.
Dua bersaudara itu, ibu Kevin geleng-geleng kepala. Terlebih melihat Lily dengan girang menaiki satu-persatu anak tangga menuju kamar anaknya.
▪
▪
▪
▪
Di sisi lain. Kevin tengah sibuk mempersiapkan komputernya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9, seraya menunggu sebelum siaran bola dimulai ia menyiapkan beberapa snack.
Baru saja ia mendudukkan diri di atas kursi suara ketukan ribut terdengar dari arah pintunya. Tidak mungkin ibunya,
"Lily?"
"Kevin buka! Gue ikutan!"
Kevin terbelalak. Suara Lily.
Tergesa ia membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas ranjang. Tak sengaja matanya melirik tumpukan cat beserta Canvas yang belum ia bereskan sedari dua malam yang lalu. Semua masih berserakan di lantai sudut ruangan.
"Sial!"
Ribut Kevin memasukkan cat ke dalam laci. Sedangkan lukisan yang belum selesai pada Canvas itu ia sembunyikan rapat-rapat ke dalam lemari. Kunci lemari ia ikut sembunyikan di dalam laci.
Panik, tentu saja. Dadanya sampai ikut berdebar, banyak hal yang ia sembunyikan dari Lily dua hari terakhir. Termasuk lukisan itu,
Kevin mengusap wajahnya sebelum kakinya melangkah ke arah pintu.
Ceklek!
Pintu terbuka menampilkan wajah sumringah Lily dengan senyuman lebarnya. Matanya beralih pada boneka beruang besar berwarna cream yang ia peluk.
"Gue kira tadi yang ketuk pintu, beruang." Kevin berlalu terlebih dahulu diikuti Lily di belakangnya.
Lily berdecak ia lempar boneka besarnya ke atas ranjang Kevin, diikuti dirinya yang ikut meloncat. Kevin bernapas lega, untungnya ia sempat membereskan barang-barangnya. Jika tidak, sudah hancur remuk tertindih.
Kevin kembali duduk di kursi menghadap komputer.
"Kevin ayah gue lembur, gue gak tau mau ngapain sendirian di rumah. Jadi bolehkah ku menumpang sebentar dirumahmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are || Lily
Teen Fiction"Selama bukan hubungan sedarah yang menjadi penghalang diantara kita, maka aku akan tetap mencintaimu Lily." "Tapi ini adalah kesalahan terbesar, karena hanya dengan mencintaimu saja. Itu sudah salah." #WednesdayChild01, 30 Oktober 2024 | We Are ||...