"Kevin nanti pulang tunggu ya! Jangan lupa banyakin minum air."
Lily melambaikan tangan terburu-buru, Kevin mengangguk sebagai tanggapan. Ia turun dari motornya, memegangi lehernya yang terasa tak nyaman. Setiap kali ia menelan ludah, rasa sakit itu terus ada.
Malam tadi Kevin pikir ia akan berakhir meregang nyawa didampingi Lily. Gara-gara semangkuk mie. Oksigen yang melimpah di kamarnya tak sedikitpun ia berhasil hirup waktu itu. Lily sampai terpontang-panting mengambil air minum dari lantai bawah. Kevin lihat wajah panik menahan tangis Lily saat melihat dirinya dengan wajah memerah tak bisa bernapas. Tangan gadis itu sampai bergetar saat menyerahkan air minum disusul ibu di belakangnya. Dimarahi, tentu saja.
Bahkan siaran bola tak lagi menarik dimalam tadi.
Pada akhirnya pagi tadi Kevin dinyatakan mengalami panas dalam oleh ibunya.
Kevin memasuki kelas. Matanya tak sengaja melirik Aldin yang tengah bersenda- gurau dengan teman-temannya. Ia menggerling malas kala teringat malam dimana Lily mencampakkannya gara-gara pemuda cecunguk itu.
Dari awal Lily menyatakan rasa sukanya terhadap pemuda itu di hadapan Kevin. Kevin sudah enggan, setiap kali gadis itu membahas Aldin suasana hati Kevin langsung memburuk. Bukan tanpa alasan,
Karena setiap kali Lily bercerita apapun yang menyangkut tentang pemuda yang disukainya, telinga Kevin terasa jengkel. Bagaimana tidak? Dari kecil mereka menjalani hidup bersama. Dan sekarang tiba-tiba ada orang asing yang masuk ke dunia salah satunya. Kevin tak nyaman rasanya, Lily terlalu banyak membahas orang luar itu.
Apalagi dengan kejadian malam hujan waktu itu. Gara-gara lelaki cecunguk! Lily selalu egois jika menyangkut tentangnya. Mereka bukan sepasang kekasih, tetapi Kevin selalu merasa diselingkuhi jika Lily sudah membahas terkait orang itu. Karena ia dan Lily sudah lebih dulu dekat bahkan sebelum cecunguk itu datang.
Ck!
Intinya seperti itu,
Manusia lugu manapun akan mengerti alasan dibalik Kevin yang tak menyukai interaksi antara Lily dan lelaki itu.
•
Bel istirahat telah berbunyi 10 menit yang lalu. Di kelas 11, murid satu persatu mulai meninggalkan kelas.
Berbeda dengan Lily yang masih bergumul dengan buku-bukunya. Sepertinya dia lupa mengerjakan PR pelajaran untuk nanti setelah istirahat pertama, semalam ia terlalu sibuk di rumah Kevin sampai lupa akan semua tugasnya.
"Ih monyet!"
Dia mengacak rambut seraya berseru kesal tatkala teman-temannya mulai pergi ke kantin.
Aishh sial!
Dua perempuan menghampirinya seraya berdecak jengah."Lo ribut sendiri Ly. Makanya kalo punya PR tuh kerjain di rumah!"
"Key kalo lo cuma mau bilang gitu diam ajalah! Bukannya sengaja, kalo gue inget pasti dikerjain juga." Lily mencebik ia fokus kembali mengisi soal di kertas.
"Lily ke kantin aja yuk! Lagian nanti Kimia jamkos kok, gurunya gak ada." Nada bicara yang lebih lembut bersuara.
Lily melotot."Tau dari siapa!? Kenapa lo gak bilang!?"
"..."
"Kalo kayak ginimah gue gak usah ngerjain dari tadi." Lily menutup bukunya seketika. Ia berdiri menuju pintu mendahului kedua perempuan tadi.
Rugi rasanya. Jika saja temannya, Jihan namanya, memberi tahu Lily sejak awal mungkin Lily sudah di kantin sejak tadi.
Kedua perempuan teman Lily menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are || Lily
Teen Fiction"Selama bukan hubungan sedarah yang menjadi penghalang diantara kita, maka aku akan tetap mencintaimu Lily." "Tapi ini adalah kesalahan terbesar, karena hanya dengan mencintaimu saja. Itu sudah salah." #WednesdayChild01, 30 Oktober 2024 | We Are ||...