Lima Belas

18 6 0
                                    

Petualangan Jerry


Kenyataan bahwa Jerry benar-benar tak bisa tidur membuatnya kesal. Pikirannya berputar tak menentu, namun kelopak matanya tak juga mau terpejam. Saat itulah Nana datang, membawa misi baru yang terdengar merepotkan.

Nana muncul dengan senyum manis di wajahnya. 'Tuan, Anda mendapatkan misi untuk pergi ke taman istana dan mendapatkan plot cerita yang akan membawa Anda ke misi selanjutnya. Karena Anda berhasil menyelesaikan tugas membawa Pangeran Justin berkeliling kota, Anda mendapat hadiah koin sistem. Koin ini tak bisa ditukar dengan uang nyata, tapi bisa membeli apapun yang Anda inginkan di Sistem Shop.'

Nana melanjutkan dengan antusias, 'Anda akan menerima koin sistem sebanyak 5. Koin ini bisa ditukar untuk apa pun yang Tuan inginkan.' Jerry mengangguk, walaupun tetap merasa sedikit khawatir. 'Bagaimana jika aku gagal?'

Nana berhenti sejenak, lalu menjawab, 'Anda akan mendapatkan masalah.'

Malam semakin larut, dan rasa bosan serta gelisah membuat Jerry akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar diam-diam. Saat melangkah di lorong, ia melihat dua penjaga sedang berpatroli. Jerry buru-buru menyelinap ke balik vas bunga besar di sudut ruangan, menahan napas ketika salah satu penjaga mendadak berhenti.

"Ada seseorang barusan," bisik penjaga itu.

"Mungkin cuma halusinasi," sahut temannya. "Cepatlah, kalau ketahuan komandan, kita bisa kena hukuman."

Begitu penjaga-penjaga itu pergi, Jerry keluar dari persembunyiannya. Dengan Nana di pundaknya, ia berlari melintasi lorong, menuju taman. Malam yang dingin tak memadamkan semangatnya, dan sesampainya di taman, ia duduk di bangku, memandangi sekitar yang masih sunyi. Namun, luasnya taman membuatnya bingung di mana harus mencari Pangeran.

'Di mana posisi Pangeran sekarang?' tanyanya pada Nana.

Nana hanya menggeleng sambil tersenyum simpul. 'Aku pun tak tahu, Tuan. Anda harus mencari sendiri.'

Jerry menghela napas, menahan kesal. Matanya terus beredar mencari, hingga ia tak menyadari dirinya menubruk dada bidang seseorang. Ia terjatuh, mendongak, dan mendapati sosok yang sangat dikenalnya-Pangeran Jeffrey.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suara tegas itu membuatnya tercekat. Jerry cepat-cepat berdiri, merapikan pakaiannya, lalu membungkuk hormat.

"Terang bagi penerus Kerajaan Galia. Saya di sini karena tidak bisa tidur," jawabnya canggung, lalu menyesal sendiri. 'Astaga, alasan bodoh apa ini?'

"Lalu apa yang Pangeran lakukan di sini?"
Pangeran Jeffrey hanya menatapnya tanpa ekspresi. "Ini rumahku. Terserah aku ingin berada di mana. Ada masalah dengan itu?"

Hati Jerry berbisik, 'Ya Tuhan, kuatkan hambamu ini.' Tak ingin semakin canggung, mereka mulai berjalan bersama di taman, terdiam, sampai tanpa sengaja kaki mereka menginjak ranting kering yang pecah keras.

Seorang penjaga yang berpatroli segera menoleh, mendengar suara itu. "Siapa di sana? Ada penyusup!" serunya sambil menyorot obornya.

Dengan cepat, Jerry menarik tangan Pangeran, jantungnya berdebar-debar. 'Jika ketahuan, mereka pasti akan melapor ke Raja dan bisa menuduh yang macam-macam,' pikirnya cemas. Bersama Pangeran, ia berlari menuju lorong kecil yang menghubungkan bangunan utama dengan gedung khusus pelayan, berharap mereka bisa lolos dari perhatian para penjaga yang mulai mendekat dengan langkah cepat.##


Para penjaga berteriak dengan tegas, "Berhenti kalian, apa yang kalian lakukan di situ!" Jerry terus menarik tangan Pangeran Jeffrey, tak membiarkan langkah mereka melambat. 'Gawat, mereka bukan hanya berdua, mungkin ada lebih dari empat!' pikir Jerry panik. Di tengah derap langkah yang mendekat, ia menemukan celah kecil di antara dua bangunan, cukup sempit hanya untuk mereka berdua. Dengan cepat, Jerry mendorong Pangeran Jeffrey ke dalam ruangan kecil itu.

Pangeran Jeffrey hendak bertanya, "Apa yang kita..." namun ucapannya terpotong saat tangan Jerry dengan sigap menutup mulutnya.

"Maafkan kelancanganku, Pangeran. Ini berbahaya jika tertangkap," bisik Jerry dengan napas tertahan. Sementara itu, di benak Pangeran Jeffrey berkecamuk, 'Kalau ketahuan, kan tinggal menjelaskannya, bukan?'

Di luar, para penjaga terus mencari mereka. "Coba kau periksa lorong atau ruangan sempit itu," kata salah satu penjaga, membuat jantung Jerry dan Pangeran Jeffrey berdetak makin cepat. Namun, seorang penjaga lain mencegah.

"Ah, kau bodoh atau apa? Mereka pasti banyak mana muat di sana," sindirnya, membuat si penjaga menggaruk tengkuknya dengan kikuk.

"Cepat cari sebelum pagi!" Seruan itu membuat kelompok penjaga berpencar, meninggalkan lorong tempat mereka bersembunyi. Dalam keheningan, Jerry menyadari tangannya masih menutup mulut Pangeran Jeffrey. Dengan hati-hati, ia menarik tangannya kembali.

"Maafkan kelancanganku, Pangeran Jeffrey," ucap Jerry sambil membungkuk hormat. Pangeran Jeffrey hanya mendengus pelan, namun mata mereka tak sengaja bertemu. Keheningan yang singkat itu membuat dada mereka berdua berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

'Apa ini? Mengapa jantungku berdetak seperti ini?' pikir Pangeran Jeffrey, merasa terganggu dengan rona panas di pipinya. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangan ke samping, berpura-pura memeriksa keadaan.

"Sudah aman. Ayo keluar," titah Pangeran Jeffrey, mencoba mengalihkan perasaan aneh itu. Mereka berdua keluar dari ruang sempit tersebut dan mulai berjalan perlahan, berusaha menghindari penjaga yang masih berkeliaran. Suasana di antara mereka berubah hening dan canggung.

'Astaga, canggung sekali!' Jerry bergumam dalam hati, melirik Pangeran Jeffrey yang berjalan lurus dengan tatapan datar ke depan. Seakan menyadari tatapan Jerry, Pangeran Jeffrey akhirnya bicara, "Kenapa kau menatapku?"

"Tidak, Pangeran. Hanya... kenapa Pangeran Jeffrey pergi ke taman? Bukankah besok adalah hari yang sibuk?" Jerry menjawab, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Langkah Pangeran Jeffrey sejenak terhenti, lalu ia memandang Jerry. "Lalu apa yang kau lakukan di taman istana jika bukan mencari angin?" tatapnya tajam, namun sedikit penasaran, membuat Jerry gelagapan.

"Benar, Pangeran, tapi..." Jerry mencoba menjawab, namun langkahnya ikut terhenti saat ia menyadari bahwa mereka sudah berada di depan kamarnya sendiri. Pangeran Jeffrey menatapnya, lalu mengangguk kecil.

"Cepatlah istirahat sebelum matahari terbit," ujar Pangeran Jeffrey dengan nada lembut namun tegas.

Jerry membungkuk hormat. "Selamat malam, Pangeran," ucapnya sebelum menutup pintu.

Setelah pintu tertutup, Pangeran Jeffrey melangkah pelan, namun dadanya masih berdetak kencang. 'Apa yang terjadi padaku?'. 'Kenapa jantungku masih berdebar padahal aku tidak berlari?' Pangeran Jeffrey menggigit bibir, merasa tak nyaman dengan perasaan yang tak biasa ini, dan akhirnya menghilang ke dalam kegelapan lorong.




*****

Bersambung


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Petualangan Jerry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang