Happy Reading!
Viola memberanikan diri mendekati tuan Adrian lalu meletakkan kopi yang sudah ia siapkan di atas meja.
"Mas."panggil Viola pelan.
"Iya, sayang? Kemarilah!"pinta Adrian cepat membuat Viola melangkah ke sisi pria itu.
"Duduk di sini!"titah Adrian sambil menepuk pahanya.
Viola segera menggeleng lalu melangkah mundur."Mas masih ada pekerjaan ya di sini?"
Adrian langsung menatap Viola lalu mengulurkan tangannya."Kemarilah!"pinta Adrian lembut dan Viola dengan hati-hati menerima uluran tangan itu.
"Ada apa? Kamu ingin mengajak mas jalan-jalan atau__"
"Tidak,"potong Viola cepat lalu menunduk."Aku ingin mengajak mas pulang ke Indonesia."
Adrian diam lalu tersenyum tipis kemudian dengan satu tarikan dia berhasil membawa tubuh Viola ke pelukannya.
"Kenapa? Kamu tidak suka di sini atau marah karena mas sibuk dengan pekerjaan?"tanya Adrian sambil mengusap rambut istrinya.
Viola menggeleng pelan lalu mendorong tangan tuan Adrian dari kepalanya."Mas, aku merindukan keluargaku. Aku ingin bertemu papa."ucap Viola dengan mata berkaca-kaca.
Adrian tahu Viola berbohong. Dan mungkin juga karena seseorang meminta mereka kembali atau jika benar maka mungkin semuanya akan berjalan seperti yang dia rencanakan.
"Baiklah, sayang. Kita akan kembali ke Indonesia."ucap Adrian lalu menghapus air mata yang menetes di pipi Viola.
"Aku mau memeluk mas, boleh?"pinta Viola membuat Adrian tersenyum lalu mengangguk.
Adrian bisa merasakan pelukan yang cukup erat dari Viola. Wanita itu juga sepertinya menangis.
"Mas harus jaga kesehatan ya, jangan terus-terusan bekerja."ucap Viola serak.
"Iya, sayang. Ada apa denganmu hari ini?"tanya Adrian lembut.
Viola menggeleng."Aku harap setelah ini mas akan terus bahagia."
Adrian meminta Viola menatapnya."Mas bahagia. Pasti bahagia asal kamu selalu bersama mas seperti ini."
Viola langsung mengerjap dan mulai menangis keras sedang Adrian hanya memeluk wanita itu menenangkan. Tanpa sadar dia tersenyum. Pertama dia yakin bahwa Vera sudah meminta bertukar tempat dan kedua Adrian sangat puas melihat reaksi Viola. Wanita itu selalu menolak saat didekati namun disaat tahu akan berpisah malah menangis. Bukankah itu artinya dia sudah ada di dalam hati Viola.
'Bersabarlah sebentar, sayang. Setelah ini mas janji akan memanjakanmu.' batin Adrian lalu memeluk Viola erat.
Besok harinya, sesuai rencana Adrian dan Viola akan kembali ke Indonesia.
Sejak tadi Adrian selalu menggandeng lengan Viola. Sesekali juga mencari kesempatan untuk sekedar mengusap kepala atau mencium pipi wanita itu.
"Apa nyonya sakit? Kenapa wajah nyonya pucat sekali."tanya Manda membuat Adrian segera menoleh dan memastikan keadaan istrinya.
Adrian mengusap wajah istrinya lembut."Benar sayang, kamu pucat sekali. Apa ada yang tidak nyaman?"tanya Adrian cemas.
"Tuan, apa nyonya hamil?"tanya Manda membuat tubuh Adrian membeku. Dia langsung menatap perut Viola.
Viola sendiri langsung menggeleng."Tidak. Tidak mungkin, mas. Mungkin hanya masuk angin. Kan kita tinggal di dekat pantai."
Adrian langsung menggeleng."Walau bukan hamil tetap harus kita periksa. Mas takut kamu kenapa-napa,"ucap Adrian lalu menatap Abdi."Tunda penerbangannya, kita harus ke rumah sakit."titah Adrian.
Viola dengan cepat menggeleng."Tidak perlu ke rumah sakit, mas. Aku baik-baik saja."
"Hanya periksa, sayang."bujuk Adrian lembut.
"Mas, aku mohon. Untuk saat ini, aku hanya ingin pulang ke Indonesia. Nanti jika sudah tiba di sana baru kita ke rumah sakit,"ucap Viola lalu menggapai lengan suaminya."Kita pulang saja ya, mas."bujuknya pelan.
Adrian akhirnya mengangguk."Baiklah, seperti yang istri mas inginkan. Tapi kita tetap harus periksa setelah tiba di Indonesia."
Viola langsung mengangguk kemudian memberikan senyum manisnya agar pria di depannya merasa tenang.
Adrian mengusap pipi istrinya."Masih ada sedikit waktu sebelum penerbangan, apa kamu ingin membeli sesuatu di sini?"tanya Adrian membuat Viola mengangguk.
"Aku mau beli coklat."ucap Viola semangat.
Adrian mengangguk."Manda, ajak istriku dan beli semua yang ia inginkan!"titah Adrian.
Manda segera mengangguk lalu mengajak Viola pergi.
Sedang Adrian langsung menatap Abdi."Jika Viola benar hamil, maka sepertinya rencana itu harus ditunda dulu."
"Maaf tuan, tapi sepertinya nyonya Viola tidak hamil. Sebenarnya pelayan di rumah menemukan banyak pil pencegah kehamilan di dalam laci kamar tuan saat membersihkan kamar dan tentunya itu adalah milik nyonya."ucap Abdi membuat Adrian menoleh kaget.
"Pencegah kehamilan?"
Abdi mengangguk."Satu botol dan sudah berkurang banyak."
Tanpa sadar Adrian mendesis kesal.
"Tuan tidak bisa salahkan nyonya. Walau bagaimanapun nyonya Viola pasti memikirkan masalah yang akan terjadi jika mengandung anak tuan."
Adrian menghela napas."Tapi tetap harus dipastikan. Meski konsumsi pencegah kehamilan, tapi kehamilan bisa saja terjadi." apalagi selama satu bulan terakhir dia menyentuh Viola seperti orang yang tidak pernah puas.
Abdi mengangguk mengerti.
"Dan satu lagi, jika Vera dan Viola sudah bertukar. Beritahu semua orang rumah untuk mengikuti rencana. Aku ingin paling lama satu minggu, Vera sudah harus menuntut cerai."
"Saya mengerti, tuan."
"Dan yang paling penting adalah keamanan Viola. Aku tidak ingin ada kesalahan tentang ini, mengerti?"
Abdi dengan cepat mengangguk."Semuanya sudah diatur seperti yang tuan inginkan."
"Baguslah."ucap Adrian lalu segera melangkah mencari istrinya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Tuan Adrian (New)
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Viola bukanlah seorang istri. Ia tak pernah menikah namun harus menjalani peran sebagai istri dari Adrian Hasmun.