🍂Bab 17

1.9K 521 45
                                    

Happy Reading!

Viola mencengkeram dress yang ia kenakan saat melihat semua makanan yang tersedia di atas meja. Bukannya selera makan, banyaknya jenis makanan justru membuatnya mual.

"Mas sengaja meminta koki memasak beberapa jenis makanan dan tentunya ini bagus untuk ibu hamil."ucap Adrian lalu meminta semua pelayan yang ada di sana untuk pergi. Karena dia dan Viola ingin makan berdua dengan tenang.

"Empp"Viola menutup mulutnya.

"Ada apa?"tanya Adrian lalu segera berdiri dan mendekati Viola.

"Huekk"Karena tak bisa menahannya lagi, Viola langsung saja lari ke kamar mandi yang ada di dekat dapur.

"Jangan lari."tegur Adrian kaget lalu segera menyusul.

Di kamar mandi, Viola terus saja berusaha muntah. Dan Adrian dengan telaten mengurus wanita itu.

"Apa semua wanita hamil akan seperti ini?"tanya Adrian lalu memeluk tubuh Viola."Mas benar-benar tidak tega melihatmu selalu mual dipagi hari."

Viola hanya menarik napas lalu membuangnya dan berusaha untuk tenang."Bau makanan di atas meja membuatku mual."adu Viola membuat Adrian mengernyit.

"Makanan yang mana?"tanya Adrian agar bisa dibuang dan besok-besok tak perlu dimasak lagi.

Viola berusaha berdiri sendiri namun Adrian tak mau melepaskan."Semuanya."ucap Viola membuat Adrian melotot.

"Semuanya? Lalu kamu dan anak kita makan apa?"tanya Adrian kaget.

Viola hanya menghela napas lalu mengusap perutnya.

Dan di sinilah ia sekarang berada.  Di taman samping rumah dengan sepotong roti tawar dan air putih. Hanya itu yang masuk ke perutnya tanpa merasa mual.

Sedang Adrian sudah menggerutu tidak jelas. Pasalnya potongan kecil roti tawar sama sekali tidak akan membuat kenyang apalagi memang juga tidak bergizi, diminum dengan air putih pula.

"Sayang, coba pikirkan apa ada yang kamu inginkan? Sesuatu yang terbuat dari ikan atau daging."tanya Adrian membuat Viola menggeleng.

Adrian langsung menghela napas."Jika tidak makan, setidaknya harus minum susu."ucap Adrian akhirnya lalu segera beranjak untuk mengambil susu sedang Viola hanya diam.

Tadi saat turun ke lantai bawah, teriakan nyonya Vera masih terdengar. Wanita yang biasa bebas itu pasti sangat tersiksa karena tak bisa keluar. Lagipula Viola benar-benar tidak mengerti kenapa tuan Adrian bisa melakukan hal seperti itu pada nyonya Vera.

Jika memang ingin bercerai maka ajukan saja langsung. Kenapa harus seperti ini. Padahal seingat Viola dulu saat datang melamar tuan Adrian terlihat begitu cinta pada nyonya Vera. Bahkan saat ditolak terang-teranganpun tetap memaksa untuk menikah.

'Apa cinta seseorang bisa begitu mudah berubah?' batin Viola lalu menghela napas.

Tidak lama, Adrian datang dengan segelas susu dan buah-buahan yang sudah di potong.

"Setidaknya makan buah dan minum susu jika tidak mau yang lain."ucap Adrian lalu duduk di samping Viola.

"Aku benar-benar tidak bisa memakan yang lain, tuan."beritahu Viola dan ia tidak bohong. Terlalu banyak warna dan itu langsung membuatnya mual.

Adrian langsung bereaksi."Bagaimana kamu dan anak kita bisa sehat kalau hanya makan roti dan minum air putih."

"Kami akan sehat kalau tuan tidak jahat lagi."

Adrian mengulurkan tangannya dan menyentuh perut rata Viola."Kapan mas jahat? Bukannya mas selalu baik padamu."tanya Adrian lalu dengan gerakan lembut mengusap perut itu.

Viola menggeleng lalu menyentuh tangan tuan Adrian yang ada di perutnya."Tuan mengurung kami di sini."

Adrian langsung menunduk dan mencium perut Viola beberapa kali."Bukan mengurung, mas justru sedang menjaga kalian."ucap Adrian lalu kembali mengusap perut Viola dengan penuh kasih sayang.

Siangnya, saat Adrian pergi dan penjagaan sedikit lemah. Viola dengan keyakinan penuh bertekad melepaskan nyonya Vera. Mengurung seseorang adalah tindak kejahatan dan Viola tidak akan membiarkan seseorang melakukan itu dihadapannya.

Untungnya ia pernah tinggal di rumah ini meski hanya satu bulan. Jadi Viola sudah sangat hapal dengan letak dan bagian-bagian rumah ini.

Viola berjalan memutar ke samping lewat taman lalu terus ke kolam renang. Di dekat area santai, Viola bisa melihat jendela yang dikunci dengan sangat kuat dari luar. Sepertinya benar, itu adalah jendela kamar di mana nyonya Vera dikurung.

Bukk bukk

"Nyonya Vera."panggil Viola sambil mencoba melihat ke arah dalam.

Bukk bukk

"Nyonya.. "

Tiba-tiba terdengar suara tirai yang dibuka dan menampakkan wajah kaget seseorang.

"Kau? Bagaimana bisa kau ada di sini?"

Viola hanya menggeleng."Bagaimana keadaan nyonya?"

"Apanya yang bagaimana? Cepat cari cara untuk mengeluarkan ku dari sini."bentak Vera kesal.

"Iya nyonya. Tapi jendelanya dibuat sangat kuat."ucap Viola bingung. Tanpa alat dan kekuatan tidak mungkin ia bisa membuka jendela itu.

"Ck! Dasar bodoh."bentak Vera.

"Maaf, nyonya. Akan saya pikirkan cara lain."

"Apa kau sudah beritahu papa kalau aku terkurung di sini?"tanya Vera.

"Tuan tidak tahu, nyonya."sahut Viola.

"Ck! Kau ini memang bodoh. Harusnya beritahu papaku agar dia bisa membawa orang untuk mengeluarkanku dari sini."

Viola mengangguk."Tapi_"

"Apanya yang tapi? Apa kau senang melihatku terkurung di sini. Kau pasti mengejekku kan? Sekarang dengar aku! Jika aku keluar dari sini maka kau pasti akan tamat. Dasar tidak berguna. Sekarang pergi dan beritahu papaku!"bentak Vera keras membuat Viola mengangguk pelan.

"Bagus. Sekarang cepat pergi dari sini!"usir Vera."Jangan sampai kau ketahuan dan__tunggu!"Vera menatap Viola tajam.

"Ada apa, nyonya?"tanya Viola bingung.

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini dan tahu kalau aku dikurung di kamar ini?"tanya Vera curiga.

"Sa_saya hanya curiga karena nyonya menghilang begitu saja. Jadi saya masuk ke sini diam-diam."jelas Viola berbohong.

"Cukup aneh tapi aku akan mencoba untuk percaya. Sekarang pergi dan cari cara untuk mengeluarkanku dari sini!"

Viola mengangguk."Baik, nyonya."ucap Viola lalu segera menjauh dari sana.

Jika aku memberitahu tuan Budiman maka sama saja bunuh diri, batin Viola. Pria yang sangat ia hormati itu bahkan tega membuangnya keluar untuk bersama preman pasar. Bagaimana jika terulang lagi. Sekarang ia cukup aman karena tinggal di sini. Tapi jika tuan Budiman tahu ia bisa tinggal dengan nyaman sedang putrinya terkurung, bagaimana?

Viola berbalik dan melihat ke arah jendela. Sekarang ia tak sendiri lagi. Ada janin yang harus ia jaga. Tuan Budiman tidak akan melepaskannya dan nyonya Vera juga pasti akan sangat marah jika tahu apa yang membuatnya harus terkurung di sana.

"Maafkan saya, nyonya."ucap Viola lalu berbalik namun tiba-tiba saja kepalanya terasa pening. Keadaan sekitar terasa berputar membuat Viola segera mencari pegangan namun gagal. Tubuhnya jatuh ke tanah dan matanya langsung tertutup setelah merasakan rasa sakit.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Istri Tuan Adrian (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang