Happy Reading!
"Saya tuan?"tunjuk Vino pada dirinya sendiri.
Adrian mengangguk."Lakukan seperti yang kukatakan tadi dan ingat untuk menjaga jarak, mengerti?"
Vino menggeleng pelan namun karena mendapat tatapan dia langsung mengangguk."Baik, tuan. Saya mengerti."
Adrian mengangguk."Pastikan untuk tidak membuat kesalahan."tekannya sekali lagi dan Vino hanya bisa mengangguk pasrah.
Setelah keluar dari ruang kerja bos nya, Vino langsung menarik lengan Abdi.
"Bagaiman jika aku membuat kesalahan?"tanya Vino membuat Abdi melirik kiri dan kanan kemudian dengan jarinya dia menggores leher.
"Kesalahan sama dengan mati."jelas Abdi membuat Vino merinding. Kenapa harus dia yang mendapat tugas berat ini. Kenapa?
"Sekarang pergilah dan selesaikan dengan cepat. Pastikan untuk tidak membuat kesalahan atau tuan Adrian akan marah."ucap Abdi lalu melangkah pergi sedang Vino hanya bisa menghela napas kasar. Tugas kali ini benar-benar sangat berat. Salah sedikit dia bisa mati.
Namun perintah tetaplah harus dijalankan meski seberat apapun. Dan akhirnya Vino memutuskan untuk segera bergerak. Pertama, dia harus menangkap pria yang akan menikahi nyonya Viola.
"Itu dia tuan."tunjuk anak buahnya membuat Vino memberi isyarat agar mereka segera bergerak.
Empat orang berjas segera maju dan menangkap Parman. Dia adalah preman kampung yang terkenal akan kebengisannya. Tubuh dan wajahnya dipenuhi tato dan tubuhnya hitam mengkilap.
Sempat terjadi perkelahian namun pada akhirnya anak buah Vino berhasil meringkus Parman dan membawanya ke tempat sepi.
Parman diikat ditiang dengan tali besar. Pria itu sempat memberontak namun akhirnya diam saat Vino datang dengan segepok uang.
"Apa mau kalian?"tanya Parman. Dia tak merasa pernah mencari masalah dengan orang kaya manapun.
Vino melempar uang di tangannya."Aku ingin kau melakukan sesuatu. Jika kau melakukannya dengan baik, maka uang itu bisa menjadi milikmu."
"Lakukan apa?"tanya Parman membuat Vino tersenyum.
"Apa kita bisa sepakat? Karena jika kau berkhianat maka anak buahku akan langsung membunuhmu."ancam Vino.
Parman mengangguk."Asal ada uang maka semuanya lancar."
Vino mengisyaratkan agar anak buahnya melepas tali yang mengikat Parman.
"Aku ingin kau membantuku menjemput seseorang."ucap Vino. Karena akan aneh jika dia sendiri yang pergi. Jadi biarkan preman itu yang menjemput nyonya Viola keluar dari rumah keluarga Budiman.
Parman yang mengerti segera mengangguk."Gampang itu. Lagipula aku juga tidak begitu ingin menikah. Istriku sudah ada lima."ucapnya dengan tawa lalu segera bergerak. Dia pergi bersama anak buah Vino yang sudah menyamar seperti preman.
"Tuan yakin preman itu bisa dipercaya?"tanya Zax membuat Vino menghela napas.
"Jika dia membuat ulah langsung habisi saja."ucap Vino lalu bersiap menuju tempat di mana mereka akan bertemu.
Sedang di rumah, terlihat Viola yang tak kuasa menahan tangis. Ia sudah tahu bahwa pria yang akan menikah dengannya adalah preman kampung. Padahal apa yang tidak ia lakukan untuk rumah ini, kenapa tuan Budiman sejahat ini padanya. Menikahkannya dengan pria seperti itu bukankah sama saja dengan menghancurkan hidupnya.
Namun sekali lagi, Viola tak bisa menentang meski ia tak mau. Pak Budiman bisa saja melakukan hal yang lebih buruk. Karena itu tidak ada jalan lain selain pasrah dan menerima keadaan.
"Nona sebaiknya jangan menangis. Mungkin saja ini adalah jalan bagi nona agar bebas dari rumah ini."
Viola menoleh ke arah bi Marni lalu menggeleng."Lebih tepatnya aku keluar dari sarang harimau dan masuk ke kandang macan, bi. Keduanya sama-sama tidak baik namun aku tidak bisa berbuat apa-apa."
"Jangan bilang begitu, non. Bibi yakin kehidupan nona setelah keluar dari rumah ini akan jauh lebih baik."ucap Marni meyakinkan.
Viola berusaha tersenyum."Semoga ya, bi."
Marni mengangguk lalu membantu Viola berdiri dan membawanya ke depan.
Tubuh Viola benar-benar lemas saat melihat preman yang akan menikahinya. Pria itu terlihat begitu kacau, bahkan ada bekas darah di wajahnya. Sepertinya sebelum ke sini, preman itu sempat berkelahi.
"Jadi ini yang namanya Viola?"tanya Parman lalu tersenyum lebar.
Pak Budiman hanya tersenyum tipis lalu berdiri."Tidak perlu ada acara apapun. Bawa saja dan lakukan apapun yang kau inginkan."
Viola melotot mendengar perkataan tuan Budiman, pria itu benar-benar tidak punya belas kasihan.
Parman mengangguk."Baiklah."ucap Parman lalu segara mengisyaratkan agar Viola mengikutinya.
"Cepat!"bentak Parman membuat Viola melangkah lebih cepat.
Setelah keluar dari rumah, Viola masih sempat menoleh ke belakang. Bukan hanya rumah dan keluarga Budiman. Setelah pergi, Viola juga tak akan pernah bertemu dengan tuan Adrian lagi.
"Lihat apa?"bentak Parman membuat Viola langsung menghapus air matanya dan berbalik mengikuti pria itu.
Setelah tiba di tempat yang cukup sepi, mobil butut Parman malah berhenti.
"Turun!"suruh Parman membuat Viola melotot kaget. Apa maksudnya?
"Turun!"ulang Parman lagi membuat Viola segera mengambil barang-barangnya dan turun.
Parman segera injak gas setelah Viola turun dan berhenti tidak jauh dari sana. Satu gepok uang melayang dan jatuh di jok mobilnya.
"Itu uang tambahan dan ingat jika ada yang bertanya tentang wanita itu, katakan saja jika ia masih bersamamu. Jangan sampai ada yang curiga."
"Iya. Iya."balas Parman dengan senyum lebar dan tatapan yang tak beralih dari uang.
"Ya sudah. Pergilah!"suruh Vino membuat Parman segera injak gas dan pergi.
Sedang Vino bergegas mendekati nyonya Viola.
"Anda siapa? Dan kenapa memberi uang pada preman tadi?"tanya Viola karena ia memang melihatnya meski tak bisa mendengar apapun.
"Harusnya anda berterima kasih, karena saya baru saja menyelamatkan anda."ucap Vino membuat Viola mengernyit.
"Baiklah. Terima kasih. Tapi apa tujuan anda membantu saya? Apa kita saling kenal?"tanya Viola membuat Vino menggeleng.
"Tidak. Tapi kita akan menikah."
Viola langsung melotot. Apa maksudnya dengan kita akan menikah?
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Tuan Adrian (New)
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Viola bukanlah seorang istri. Ia tak pernah menikah namun harus menjalani peran sebagai istri dari Adrian Hasmun.