43

711 80 13
                                    

"Kamu berkencan dengannya?"

Hael berbisik pelan di belakang Rune yang sedang tersenyum-senyum sendiri menatap Arion yang sedang menyapu teras toko.

Karena posisi alpha itu yang agak jauh jadi Hael berani untuk mendatangi Rune untuk bertanya untuk memuaskan rasa penasarannya.

Hael selalu merasa aneh, entah kenapa akhir-akhir ini alpha itu terlihat sibuk dengan hal-hal sepele yang seharusnya tidak dia lakukan.

Mengapa dia mau menyapu lantai dan bahkan terkadang mau mencuci piring dan gelas bekas teh atau kopi Rune dengan sukarela?

Bukankah itu aneh?

Rune menoleh menatap Hael dengan tatapan kaget. "A-apa maksudmu? I-ini.. Aku... Aku belum berkencan," gagapnya dengan ekspresi aneh.

Hael agak tercengang. Baru pertama kali dia melihat penampilan Rune yang se-ekpresif ini. Biasanya Rune hanya akan memiliki ekspresi datar dan sinis menusuk di wajahnya.

"Kamu yakin tidak berkencan dengannya?"

Rune, "..." dengan wajah memerah hanya diam dengan kikuk.

"Sebenarnya tidak masalah kamu berkencan dengannya, dia juga terlihat sangat menyukaimu aku hanya bisa mendukungmu dan mengucapkan selamat."

Rune menyipitkan matanya menatap Hael. "Kamu adalah satu-satunya yang mendukungku," ucapnya membawa suasana sedih secara tiba-tiba.

"Apa maksudmu? Ryuu bahkan sebenarnya lebih mendukungmu daripada aku."

Hael tersenyum lembut. "Sebagai teman aku tidak bisa melakukan apapun untukmu dan sudah jelas aku adalah teman yang buruk untukmu yang terlalu baik."

Tepukan ringan Hael berikan kepada Rune di bahunya.

"Aku akan hanya bisa mensupport dan mendukungmu dengan kata-kata saja."

"Tidak masalah, yang paling penting adalah ketulusanmu, kita sudah sejak kecil berteman dan aku jelas sangat tahu bagaimana kamu sendiri yang selalu tulus kepadaku, terimakasih."

Rune menarik sudut bibirnya dengan ringan. Matanya kemudian melirik kepada Arion yang masih fokus menyapu. "Hanya saja sepertinya Ryuu tidak merestui hubunganku dengan dia."

"Apakah ada alasan khusus?"

Rune menggeleng tak tahu. "Entahlah, Ryuu hanya mengatakan dia tidak ingin menyakitiku dengan fakta yang dia terima, Ryuu hanya ingin aku melihatnya sendiri kelak karena dia sendiri juga tahu aku tidak akan mudah mempercayai apapun yang dia katakan."

"Ah, begitu."

Rune terkekeh kecil. "Semoga saja tidak ada hal yang buruk tentangnya," gumamnya penuh dengan harapan.

-

Zayden menemui Zayn kembali.

Kali ini Zayn tidak sendiri, dia membawa seseorang bersamanya yang jelas membuat Zayden merasa tidak senang dan kesal.

"Mengapa membawanya?"

Zayn melirik sedikit kepada Zella yang bersembunyi di balik punggungnya dengan takut-takut menghadap Zayden.

"Dia kesini setelah kabur dari rumah Bibi," kata Zayn menjelaskan.

"Oh? Kabur?" mata Zayden menelisik ke arah Zella dengan tajam. "Apakah kamu percaya dengannya? Jangan lupa dia berada di pihak yang sama dengan iblis wanita itu."

"Tidak. Kak dengar, aku tahu kamu membenciku dan sangat kesal kepadaku karena ulahku yang membuat omegamu menjauh."

Zella menatap Zayden dengan cemas.

"Aku sangat merasa bersalah terhadapmu, aku ingin menebusnya walau aku tahu tidak akan bisa, tapi aku mohon padamu kak ijinkan aku membantumu sekali ini saja."

Pada akhirnya Zayden tetap membiarkan Zella berbicara tentang rencana Dyana. Bahkan tentang fakta bahwa dia mengetahui sebenarnya mereka adalah saudara se-ibu yang hendak dipersatukan oleh Dyana sendiri pun tak terlewat untuk Zella ceritakan dengan seksama.

Sakit hati, kecewa, kemarahan, dan rasa jijik mengiringi cerita Zella sampai selesai.

"Jadi Dyana hendak menggunakan Asael sebagai domba?"

Zella mengangguk. "Segala informasi tentang omegamu telah didapatkan oleh Bibi Dyana, dia mengirimkan informasi tersebut kepada Asael sebagai anonim."

Tangan Zayden mengepal erat. "Aku tidak tahu informasi apa yang telah dikirimkan, tapi aku rasa aku harus menjaga Hael dengan baik seraya memotong pergerakan Dyana hingga tuntas."

"Kak aku punya cara."

Zayn yang sedari tadi diam segera angkat bicara. Alpha muda itu mengeluarkan ponselnya dan memutar sebuah rekaman yang jelas itu adalah rekaman suara Dyana yang berteriak dengan lantang.

"Kita bisa menggunakan ini untuk menembak ibu dengan menunjukkan rekaman ini kepada ayah," ucap Zayn dengan mata penuh tekad. "Kita tidak bisa membiarkannya menyakiti orang yang tidak bersalah," sambungnya.

Zayden baru ingin menjawab sebelum pintu ruang kerjanya tiba-tiba digebrak kasar dari luar oleh Julian yang berekspresi pucat.

"Tu-tuan kabar penting," gagap Julian dengan mata memerah karena rasa cemas. "Tuan Hael tiba-tiba menghilang tanpa jejak dari pengawasan kita," katanya dengan cepat.

"Apa?!"

-

Sedangkan disisi lain.

Rune tanpa sengaja melihat sebuah kunci yang tertinggal di atas meja toko. Dia mengernyit karena sedikit mengenali bentuk bandul yang terikat pada kunci.

"Ini kunci rumah Hael? Mengapa ini tertinggal?"

Rune mengambilnya untuk digengamnya.

"Sial si ceroboh itu benar-benar bodoh!" maki Rune pelan seraya menggeleng tak berdaya.

Omega itu segera berjalan keluar toko. Dia berpikir untuk mengejar Hael untuk mengantarkan kunci itu.

Tapi begitu kakinya keluar pintu telinganya tiba-tiba mendengar sesuatu.

"Aku sudah membereskannya."

Itu Arion yang sedang berbicara dengan seseorang.

"Aku menculiknya dan memerintah anak buahku untuk membawanya ke gedung lama dekat perbatasan kota."

"Apakah anak buahmu bisa dipercaya?"

"Kamu bisa langsung datang ke sana untuk memastikannya."

Lawan bicara Arion segera tertawa.

Dengan posisi Rune, dia dapat melihat dengan jelas fitur wajah cantik dari orang itu dan membuatnya menebak bahwa orang itu pasti jelas adalah seorang omega.

Tapi siapa dia?

Rune mengepalkan kunci rumah Hael di tangannya.

"Omega bernama Hael itu tidak akan bisa menjadi penghalangku lagi."

Asael tertawa pelan dan tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk mencuri satu ciuman ringan di sudut bibir Arion yang membeku.

"Terimakasih suamiku, kamu benar-benar suami yang baik."

Pada saat itu Rune memiliki ekspresi gelap memandang turun ke arah telapak tangannya yang berdarah setelah mengepalkan kunci rumah milik Hael.

Apa yang harus dia lakukan sekarang?

---
Tbc

Menjelang ending ya pren...

Agak berat tapi di book ini Rune sama Arion...

Yah kita bisa lihat nanti gimana ending mereka 😊😊

Crazy Accident [BL] (ABO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang