EPISODE 1

2.6K 314 42
                                    

June, 2022

Bagi Cetta, Karina adalah cinta pertama yang menyenangkan. Meski wajahnya terkesan dingin dan jutek, tetapi bagi Cetta gadis itu menarik. Pandangan matanya yang sering terlihat dingin itu selalu membuatnya jatuh cinta tanpa alasan yang jelas. Karina pintar, dan semesta ini beberapa kali memberinya kesempatan untuk bersaing dengan gadis itu di berbagai olimpiade. Caranya bicara, caranya berpikir, caranya mencari solusi, seakan-akan menjadi catatan kesekian dari begitu banyaknya alasan kenapa Cetta harus jatuh cinta dengan gadis itu. Saking banyaknya, laki-laki itu tidak yakin, bagian mana yang benar-benar membuatnya jatuh cinta. Mungkin dari caranya berjalan yang selalu cepat? Dari kebiasaannya menyumpal keuda telingannya dengan headset kabel yang bahkan tidak pernah dicolokkan ke ponsel? Entahlah, Cetta tidak tahu. Sepemahamannya, gadis itu membuatnya jatuh cinta, dan dia tidak bisa mengelak apalagi menganggu gugat.

Laki-laki yang kemejanya sudah tidak lagi berwarna putih bersih itu berjalan gontai memasuki rumah. Ruang tengah masih terlihat ramai ketika dia membuka pintu. Mama sepertinya sudah tidur, mengingat ini sudah tengah malam. Hanya terlihat Mas Jovan dan Kak Ros di ruang tengah dengan televisi yang masih menyala. Sementara dari arah dapur, Jaya datang dengan tergopoh-gopoh. Anak itu tiba-tiba menyalak sesaat setelah meletakkan gelas berisi air putihnya ke atas meja.

"Bener-bener ya lo! Mas Nana capek-capek minta tiket itu tuh supaya lo bisa nonton bareng gue, tapi kenapa lo tinggalin gue hah?!" Anak itu bahkan menudingnya dengan pandangan nyalang. Sepasang tangannya berkacak pinggang, dan anak itu memotong jalannya persis di depan tangga.

"Gara-gara lo, gue gagal nonton Tu ... lus." Namun Jaya berakhir mencicit saat dia menyadari betapa berantakannya kakaknya itu. Suaranya yang mendadak hilang ditelan udara dingin sepenuhnya mengundang atensi Eros dan Jovan. Dua laki-laki itu menoleh, dan sama terkejutnya begitu mereka menemukan kemeja dan kaus putih Cetta berwarna coklat keruh.

"Lo ... kenapa? Kemeja lo kenapa kayak gini dan ... lo bau gula merah?" Jaya bertanya dengan penuh kehati-hatian. Anak itu bahkan menyentuh bagian depan pakaian Cetta dengan ketar-ketir. Kemudian anak bungsu itu menoleh kedua kakaknya, berharap mereka bisa membantunya keluar dari situasi kikuk itu. Namun, alih-alih membantu, keduanya kompak menggeleng.

Di hadapannya, Cetta sama sekali tak bersuara. Laki-laki itu hanya bergeming saat Jaya mengomel dan berakhir mencicit dengan ringkih di hadapannya. Dia tahu bahwa dia seharusnya pergi menonton festival itu bersama Jaya. Tiket yang dia dapatkan sebenarnya bukan berasal dari giveaway—itu hanya alasan yang dia buat-buat untuk Karina. Cetta mendapatkan dua tiket festival itu setelah seminggu penuh merengek pada Mas Nana. Laki-laki itu mengenal salah satu panitia festival itu, dan mereka berteman dekat. Jadi Cetta membujuk dengan dalih dia akan mengajak Jaya untuk menonton setelah jenuh menyelesaikan ujian sekolah. Sayangnya, dia tidak menonton festival itu bersama Jaya, melainkan bersama Karina. Sebab hanya dengan begitu, Cetta bisa membuat momen manis sebelum mengakhiri hubungannya bersama dengan gadis itu.

"Bisa minggir dulu nggak? Gue mau mandi," pinta Cetta. Raut wajahnya tak beriak, dan suara yang tersembur dari bibirnya terdengar cukup dingin. Seperti menyebarkan bibit-bibit hipnotis, Jaya mengingkir begitu saja. Padahal anak itu sudah menyusun daftar omelan yang ingin dia semburkan pada Cetta, tetapi dia berakhir kikuk saat kakaknya itu menyuruhnya untuk tidak menghalangi jalan.

Akhirnya, Jaya membungkam mulutnya rapat-rapat dan menyingkir dari hadapan Cetta detik itu juga. Cetta berlalu dan menghilang di balik pintu kamar mandi tepat saat Jaya menjatuhkan pantatnya di sebelah Eros. Ketiganya masih tidak mengatakan apa-apa, setidaknya sampai mereka mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

"Ya ampun, aku merinding," gumam Jaya, mengusap bulu-bulu tangannya yang meremang. "Mas Tata kenapa ya? Aku jadi takut mau deket-deket dia. Auranya kayak lagi pengen makan daging manusia."

Fatal Trouble [PREVIEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang