August, 2022
Cetta pikir, minuman boba yang Karina siramkan padanya di malam ketika mereka putus hanya meninggalkan bekas di kaus dan kemeja putihnya. Berhari-hari setelah mereka putus, Cetta baru menyadari bahwa noda gula merah itu juga melekat di celana jeans yang dia gunakan malam itu. Sepertinya dia tidak cukup bersih saat mencucinya, jadi noda itu masih tertinggal dengan sangat jelas di sana. Atau mungkin sejak awal, Cetta memang tidak tahu bahwa noda itu ada di sana.
Pasca putus dengan Karina, Cetta tak pernah bertemu lagi dengan gadis itu. Dia juga sudah lama tidak melihat status Whatsapp gadis itu muncul di timeline—yang mungkin menjadi tanda bahwa Karina sudah memblokir nomornya.
Karena sejak awal dia tidak memberi tahu siapa pun bahwa dia punya pacar, jadi Cetta juga tidak ingin memberitakan pada orang-orang rumah bahwa dia sedang putus cinta. Satu-satunya orang yang tahu bahwa dia dan Karina berpacaran mungkin hanya Jaya, tetapi Cetta juga sama sekali tidak berkeinginan memberi tahu adiknya itu bahwa dia telah putus dengan Karina. Entahlah, Cetta hanya merasa bahwa urusan asmaranya bukan sesuatu yang serius sampai-sampai orang lain harus tahu. Lalu dengan hela napas panjang, pemuda itu membanting celana jeansnya ke dalam keranjang. Matahari mulai menyingsing, jadi dia harus buru-buru mengangkat jemurannya di belakang rumah sebelum kabut datang dan membuat pakaiannya menjadi jamuran. Sejenak, laki-laki minim ekspresi itu memandang langit. Pikirannya menerawang, pada banyak hal yang sampai hari ini masih tidak bisa dia ceritakan kepada siapa pun.
"Assalamualaikum ibu-ibu." Di antara lamunan singkat itu, sebuah suara tiba-tiba menginterupsi. Saking hebohnya suara itu, Cetta sampai harus melongok ke dalam rumah, mencari-cari sumber suara hebring tersebut. Keberadaan ibunya di dapur sontak menarik atensinya. "Masyaallah tabarakallah, hari ini anakku bikin cookies banyak banget. Ini semua pesanan ya ibu-ibu, monggo yang mau pesan bisa japri. Meskipun anakku laki-laki, tapi kue-kue bikinannya dijamin enak. Garansi 100 persen! Kalau nggak enak, uang bisa kembali."
Usai panjang lebar memberi penjelasan pada video yang tengah dia rekam, ibunya buru-buru duduk di salah satu kursi. Tak jauh dari tempatnya, Nana terlihat geleng-geleng kepala. Padahal, dulu ibunya tak begitu aktif di sosial media. Tetapi sepeninggal bapaknya dan ibunya mulai iseng-iseng ikut arisan komplek dan pengajian rutin, mulai banyak hal random yang ibunya lakukan. Sebenarnya itu bukan sesuatu hal yang buruk, tetapi cukup mengejutkan begitu mereka mendapati ibu mereka mulai banyak berinteraksi dengan orang banyak—sesuatu yang dulunya jarang sekali dia lakukan.
"Harus pakai masyaallah tabarakallah gitu?" tanya Mas Nana. Keningnya agak mengernyit saat dia menemukan video yang direkam ibunya tadi mulai diunggah ke status Whatsapp.
"Harus, supaya nggak kena ain. Penyakit ain itu nyata lho, kamu jangan salah."
Sembari melanjutkan pekerjaannya membungkus cookies yang sudah matang, Nana mengangguk-angguk. Sementara di teras belakang rumah, Cetta justru geleng-geleng kepala. Sepertinya Ameera Daren Volgh sekarang sudah menjadi ibu-ibu sejati. Andai bapaknya masih ada di tengah-tengah mereka, ibunya itu pasti habis disembur ledekkan.
Setelah semua pakaiannya masuk ke dalam keranjang, Cetta mengayunkan langkah kakinya ke dalam rumah. Karena senja yang berlangsung mulai menyelimuti mereka dengan cahaya temaram, laki-laki bercelana pendek itu berjalan ke sisi dinding—menyalakan saklar lampu satu per satu. Kemudian setelah seluruh ruangan terlihat terang, ia meletakkan keranjang berisi pakaian bersihnya di ruang tengah. Tak lama setelah itu ia mengambil setrika dari lemari yang menyatu dengan meja televisi, duduk bersila di ruang tengah, lalu mulai menggosok pakaian yang telah ia cuci hari ini.
Untuk saat ini, belum ada banyak orang di rumah. Jaya pergi bersama teman-temannya—yang cukup membuat Cetta kaget karena untuk pertama kalinya, anak itu meminta izin untuk pergi ke Dufan, bersama sekelompok anak yang Jaya sebut sebagai teman. Sama herannya dengan Cetta, mama tetap mengizinkan—tentu saja dengan raut wajah menyimpan haru-biru. Menjelang siang hari, Bang Tama sudah tidak ada di rumah. Entahlah, sepertinya pria itu mulai banyak kegiatan setelah memutuskan untuk stay di Jakarta dan tidak kembali ke Balikpapan. Mas Jovan sepertinya masih di bengkel, yang mungkin sebentar lagi akan pulang membawa sekotak terang bulan rasa pandan tiramisu favoritnya. Kalau Eros jangan ditanya lagi, kepulangan laki-laki itu selalu tidak pasti. Kadang ketika hari mulai malam, kadang-kadang bahkan larut tengah malam. Semua orang punya kesibukkan, mungkin hanya Cetta saja yang tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Trouble [PREVIEW]
Teen FictionBuku ini menonjolkan karakter Adelardo Cetta Early, anak keenam dalam Suyadi brothers. Memiliki alur maju-mundur, buku ini mengupas sisi Cetta yang jarang diceritakan dalam buku-buku sebelumnya. Mengangkat tema kenakalan remaja dan kompleksitas hidu...