3. The Boss next door.

1.4K 388 165
                                    

Holaaa.
Malam minggu kemana? Baca Nicko dan Gea saja yaaa. 
Yok, jempolnya jangan lupa klik bintang dan tinggalkan komen. Tingkyuuu. 

***

"Mbak, mbak." Selvi dan Tika, dua orang staf desain yang baru selesai makan siang langsung duduk di bean bag coworking space atau ruang santai kantor yang ada di lantai dua, tempat dimana Gea dan Mala sedang duduk makan siang.

Ruang santai ini berada di samping Mushola. Berupa ruangan lapang dengan sofa santai, bean bag, minibar dilengkapi mesin kopi dan satu set lemari pendingin. Tempat ini, biasanya ramai kalau jam istirahat akan berakhir, ketika karyawan selesai makan siang di luar.

"Ada apa?" tanya Ge heran.

"Ada gosip."

"Gosip apaan?" Mala ikut penasaran. Dia sampai menarik punggung dari sandaran sofa.

"Pak Nicko putus."

Gea dan Mala tertegun, lalu kompak meringis.

"Akhirnya bubar juga." Mala kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Tidak terlalu kaget dengan kabar yang baru saja didengarnya.

"Kok responnya, B saja?" tanya Tika heran.

"Ini Pak Nicko lho." Selvi ikut menambahkan dan memberi penekanan. "Kok gak kaget?"

"Ya gak kaget, karena kami berdua sudah menebak."Mala menjawab dengan lugas. "Pak Nicko dan Erika itu, sulit bersatu. Ibarat minyak dan air. Beraaat."

Gea terkekeh dengan ekspresi Mala yang lebay.

"Iya sih, kadang suka kasihan sama Pak Nicko, punya pacar drama queen banget. Posesif pula. Kalau ke sini, tingkahnya ya ampuuuun, nempel mulu. Kek Pak Nicko pengangguran aja di kantor." Tika terang-terangan menunjukkan ketidak sukaan.

Yah, wajar sih. Ge rasa, seisi kantor gak ada yang respek pada Erika, karena tingkahnya yang seringkali menyebalkan setiap mengunjungi Nicko. Lagaknya sudah seperti nyonya Bos. Padahal istri Nawasena Hartono saja tidak seperti itu.

"Intinya, Pak Nicko available ini. Cewek-cewek marketing mulai berani caper. Dulu kan gak ada yang berani, sejak dikuasai Erika." Tika terkikik.

"Ya iyalah, pada takut sama pawangnya." Selvi ikut terkikik.  "Kek gimana ya rasanya punya cowok kayak Pak Nicko? Udah ganteng, suaranya juga ngebas dalem gitu, kayak sound horeg."

Mala dan Gea terbahak dengan istilah yang digunakan duo gen z di depan mereka. 

"Sound horeg gak tuh?" Ge sampai sakit perut. 

"Lah, iya kan Mbak?" Selvi terkikik. "Enak buat pengantar tidur. Pasti ayem banget di telpon Pak Nicko sampai ketiduran." Dia menjerit sambil memukul-mukul gemas Tika yang duduk di bean bag sebelah.

"Ya ampuuun, kalian ini." Mala geleng-geleng kepala. "Ya udah, sana, ikutan caper. Siapa tahu hoki, dipilih Pak Nicko jadi gebetan baru."

"Ya kali, Pak Nicko milih kita Mbak." Selvi tertawa. "Seleranya pasti spek bidadari yang gak bisa ngupas salak. Gak jauh-jauh modelnya seperti yang lama."

"Sebelum sama Erika, kalau gak salah, pacarnya finalis Ning Surabaya kan ya? Yang sebelumnya lagi, sama-sama pengusaha dari Sidoarjo. Spek kulit mulus semua. Lah kita? Pagi spek bidadari, sore dikit udah spek kuli. Wajah berminyak, rambut udah kek kesetrum."

Gea dan Mala terbahak-bahak.

"Kamu aja kali ah, aku tetap cantik paripurna kok." Ge mengibaskan rambutnya yang dikucir kuda.

"Iya deh. Mbak Gea emang paling cuwantik se NSP." Tika mengacungkan jempol dengan wajah datar. Lalu keempatnya kompak tertawa.

"Lagian, apa asyiknya sih, pacaran sama atasan sendiri?Yang ada malah stress." Gea membuka tumbler minumannya. "Lagi asyik jalan, tiba-tiba doi keinget kerjaan, terus tanya. Progres kamu sampai mana? Target kamu bulan ini sudah tercapai belum? Klien yang itu sudah di follow up? Desain kamu sudah kelar?Produksi sudah sampai mana? Ya ampuun, enggak deh."Gea bergidik. "Pacaran bukannya happy, malah stress."

Desimal & Bujur SangkarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang