[5]

38 14 3
                                    

Di asrama itu, suasana malam terasa sunyi. Lantainya yang dingin semakin membuat suasana semakin sepi.

Taehyun berbaring di ranjang kamarnya yang sederhana, memandangi langit-langit yang remang karena cahaya temaram dari lampu lorong yang masuk melalui celah pintu.

Sesekali, terdengar langkah kaki dari penghuni asrama lain di lantai bawah, menambah kesan kesendirian dan hening di lantai ini.

Bayangan pohon di luar asrama tampak samar-samar lewat jendela, bergoyang tertiup angin malam yang sesekali berdesir pelan. Rasa dingin mulai merayap, dan Taehyun menyelimuti tubuhnya lebih rapat.

Saat ia baru saja menutup mata, ketukan samar terdengar dari pintu kamar. Ruangan yang sepi seketika terasa semakin suram.

Tok… tok… tok…

Taehyun mendengarkan dengan seksama, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya imajinasinya. Namun ketukan itu terdengar lagi, membuatnya terjaga sepenuhnya.

Kamar-kamar di sekelilingnya sunyi— semua penghuni lain tampak sudah terlelap.

Taehyun terdiam di tempat tidurnya, menatap pintu kamar dengan rasa takut yang mulai merambat. Ketenangan asrama yang awalnya memberi rasa nyaman kini berubah menjadi suasana yang justru memperparah kecemasannya. Tak ada suara lain selain ketukan yang lambat namun semakin berat.

Ia menahan napas, mencoba menenangkan diri, namun suasana asrama yang dingin dan kaku malah membuat ketakutannya makin terasa nyata.

Dengan perasaan waspada, Taehyun mengalihkan pandangannya ke jendela yang terletak di samping tempat tidurnya.

Bayangan malam di luar tampak semakin gelap, dan angin yang berhembus membuat dedaunan di luar bergoyang dengan lembut, seakan menambah ketegangan dalam ruangan.

Ketukan di pintu kembali terdengar, kali ini disertai suara bisikan samar yang membuatnya merinding.

"Taehyun… kamu menarik banget tau..."

Suara itu pelan dan samar, seolah berasal dari jauh, namun Taehyun merasa ada keakraban dalam nada tersebut yang membuatnya semakin bingung dan takut.

Mengapa suara itu seolah mengenalnya? Siapa yang berusaha memanggilnya di tengah malam seperti ini?

Dengan rasa penasaran dan sedikit takut, ia melangkah perlahan menuju pintu, nalurinya berteriak untuk berhenti. Namun, ada dorongan misterius yang membuatnya mendekati pintu.

Satu langkah, dua langkah—sebelum akhirnya ia berhenti tepat di depan pintu, meraba gagang pintu dengan tangan gemetar.

"Siapa di luar?" tanyanya, berusaha menahan suara yang bergetar.

Tidak ada jawaban. Hanya ketukan yang kembali terdengar, semakin mendesak. Keringat mulai mengucur di pelipisnya.

Tok… tok… tok…

Suara ketukan itu semakin keras, seolah menuntutnya untuk membuka pintu. Dalam keheningan malam, suara itu terdengar semakin mengganggu, seakan memecahkan kedamaian yang semula melingkupi asrama.

Taehyun merasakan jantungnya berdegup cepat. Perasaannya mengatakan bahwa ia tidak seharusnya membuka pintu, tetapi dorongan rasa ingin tahu membuatnya ingin tahu apa yang ada di luar.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mundur selangkah. Mungkin lebih baik untuk kembali ke tempat tidur dan berusaha mengabaikan suara-suara itu.

Namun, saat ia berbalik, sebuah cahaya samar dari bawah pintu menarik perhatiannya. Seolah ada bayangan bergerak di luar, membuatnya berhenti dan berbalik lagi.

Tanpa bisa menahan diri, Taehyun meraih ponselnya dan menghubungi Kai.

Tapi sayangnya, sambungan itu tidak terhubung sama sekali. Taehyun terlihat panik, ia harus apa sekarang. Tidak ada yang bisa ia hubungi selain Kai.

Taehyun menggigit bibirnya, menatap ponsel yang tak menunjukkan tanda-tanda sambungan terhubung dengan Kai.

Berkali-kali ia mencoba menelepon lagi, tapi hasilnya tetap sama—tidak ada respon. Jantungnya berdegup semakin cepat, dan rasa panik mulai menyergap.

Ketukan dari arah pintu kamarnya terus terdengar, semakin kuat dan mendesak.

Dengan tangan gemetar, Taehyun membuka kontak di ponselnya, matanya terhenti pada satu nama, Beomgyu. Ia tahu, meminta bantuan pada Beomgyu bukanlah pilihan ideal, terutama karena mereka tidak terlalu dekat.

Tapi, dalam situasi seperti ini, Taehyun merasa tidak punya pilihan lain.

Mengambil napas dalam-dalam, ia menekan tombol panggil pada nama Beomgyu. Jantungnya berdebar kencang, menanti suara dari seberang sambungan.

Detik-detik terasa panjang, hingga akhirnya suara Beomgyu yang terdengar sedikit lelah terdengar di ponsel.

"Taehyun? ada apa? gue kirain lo gak bakalan nyimpen nomer gue." suara Beomgyu terdengar agak terkejut, bahkan terdengar nada sinis seperti biasa.

Taehyun berusaha mengendalikan rasa takut yang masih melingkupinya. "Itu gak penting, sekarang lo bisa ke kamar gue gak?" suaranya terdengar parau dan gemetar, hampir seperti bisikan.

Beomgyu terdiam sejenak, lalu suaranya menjadi lebih serius. "Lo kenapa? suara lo aneh. Ada yang nggak beres?"

"Ada sesuatu di luar kamar, manggil nama gue. Gak mungkin orang-orang yang tinggal di asrama ini kan? sedangkan kita gak boleh keluar malem-malem."

Taehyun berusaha menjaga suaranya agar tetap tenang, meskipun tubuhnya masih diliputi rasa cemas yang semakin menjadi-jadi.

Beomgyu terdengar menarik napas panjang di seberang. "Oke, lo jangan buka pintu. Gue bakalan kesana apapun caranya."

"Serius? hati-hati jangan sampe ketahuan kalo lo keluar malem-malem."

"Gue serius, Taehyun. Lo tunggu aja di kamar." Beomgyu menutup telepon dengan tegas.

Taehyun menghela napas lega, sedikit merasa tenang dengan janji kedatangan Beomgyu. Ia duduk kembali di pinggir tempat tidur, menggenggam ponsel erat-erat sambil menatap pintu kamarnya.

Ketukan itu kini sudah berhenti, tetapi suasana di ruangan terasa lebih dingin, dan udara di sekitarnya semakin mencekam.

Sepi kembali menguasai kamar, membuat waktu terasa berjalan lambat. Taehyun merasa cemas, menanti kedatangan Beomgyu.

Dalam keheningan itu, bayangan di balik tirai jendela tampak bergoyang, seolah ada sesuatu yang bergerak di luar sana. Namun, Taehyun menolak untuk mendekat, memilih untuk menunggu dengan penuh waspada.

Tak lama, ketukan di pintu kembali terdengar—lebih keras dan tegas dari sebelumnya, membuatnya hampir terlonjak.

Taehyun langsung menatap pintu dengan jantung berdebar kencang. Kali ini, suara dari luar terdengar jelas dan tegas.

"Taehyun, ini gue… Beomgyu. Gue udah sampai. Buka pintunya."

Taehyun berdiri, merasa lega sekaligus sedikit ragu. Ia mencoba mendengarkan dengan seksama, memastikan itu benar-benar suara Beomgyu dan bukan suara lain yang memalsukan.

"Beomgyu?" tanyanya ragu, mendekat ke pintu.

"Iya, ini gue. Buka pintunya, cepat!" desak suara itu.

Dengan tangan gemetar, Taehyun membuka kunci pintu, dan saat pintu terbuka, ia langsung melihat Beomgyu berdiri di hadapannya, tampak kelelahan namun serius.

Tanpa menunggu lebih lama, Taehyun menariknya masuk dan segera mengunci pintu lagi.

"Lo beneran dateng." Taehyun mengucapkan dengan suara yang masih dipenuhi rasa takut.

Beomgyu mengangguk, menatapnya dengan tatapan tajam. "Lo gapapa kan?"

Taehyun mengangguk. "Gapapa, cuma kaget aja."

"Izinin gue buat nginep disini."

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What? - beomtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang