[2]

128 17 2
                                    

"Gimana? bagus gak sekolah sama asramanya?"

Suara seorang gadis terdengar ketika ia menggeser icon hijau yang muncul dilayar ponsel, bergumam singkat sebab mulutnya diisi dengan makanan kental sedikit berkuah. Menelannya cepat dan baru berucap.

"Bagus, asramanya bagus, tapi gue sekolahnya besok."

Gadis di seberang sana tampak terkejut, walau tidak dapat dilihat. "Kok besok? seharusnya sekarang kan?"

"Ya lo pikir aja sekarang hari apa."

"Hari minggu."

"Nah tu tau. Emangnya kayak lo yang hari minggu masih sekolah."

"Kalo bukan osis, gue ga bakalan sekolah."

"Terkadang, Tuhan memberimu libur tapi kamu malah join osis?"

"Dih. Eh tapi disitu banyak cogannya gak?"

"Cogan mulu yang dipikirin, kambing." Taehyun menyesap es tehnya, kemudian kembali menyuapkan bubur kedalam mulutnya, merasa malas jika harus berbicara dengan temannya ini.

"Yaelah, mang ngapa sih. Cemburu bilang."

"Denger ya, Do Jaeha, menurut lo gue udah ketemu gak sama cowok cowok disini?" tanya Taehyun. Nadanya dibuat sehalus mungkin, lebih terkesan mengejek.

"Belum sih, hehehe." Jaeha cengengesan.

"Nah, jadi diem ya."

"Yaudah sih, gue tutup ya. Mau ngelanjutin laporan."

"Iya."

Sambungan terputus. Taehyun meletakkan ponselnya di atas meja, menyuapkan bubur terakhir sambil menatap sekitar yang cukup ramai.

Dia sekarang berada di kantin asrama. Ada banyak pasang mata memandang dirinya, bertanya-tanya siapa dirinya.

Taehyun juga mendengar bisik bisik mengatakan bahwa ia anak pindahan itu. Tidak sedikit juga yang mengatakan kalau dia tampan dan keren.

Benarkah?

Masalahnya ini sekolah khusus cowok. Papanya menyuruh sekolah disini dikarenakan cuma sekolah ini yang dekat dari rumahnya dan papanya itu tidak mau Taehyun sendirian di rumah.

Padahal dari dulu dia memang selalu sendiri. Tapi agak takut juga sih sendiri di rumah apalagi kalau malam hari.

Kadang papanya bisa tidak pulang. Takut anak semata wayangnya kenapa-kenapa kalau ditinggal sendiri.

Taehyun memilih tidak peduli. Kalau mereka bilang begitu, berarti benarkan?

"Hai."

Mendengar suara sapaan membuat Taehyun mendongak. Didepannya, berdiri sosok jangkung dengan senyum cerahnya, lalu duduk berhadapan dengan Taehyun. Senyum yang diperlihatkan itu kian lama makin mengembang, seakan-akan mau robek dari tempatnya.

Siapa lagi, tidak lain dan tidak bukan adalah Choi Beomgyu.

Taehyun menatap malas ke arah Beomgyu, auranya tak bersahabat. Intinya dia tidak ingin lagi bertemu orang ini.

Berbanding balik. Beomgyu masih mempertahankan senyumannya, kadang ia terkekeh-kekeh seperti orang gila.

Atau memang sudah gila?

Taehyun berdiri dari duduknya, niat hati ingin keluar dari kantin dengan secepat kilat.

Tapi tangannya ditahan cepat oleh Beomgyu. Kecepatannya ternyata tak sebanding dengan kecepatan milik Beomgyu si cowok aneh, kalau kata Taehyun.

What? - beomtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang