menginap

252 3 0
                                    

Malam itu, setelah hari kerja yang panjang dan melelahkan, Laila memutuskan untuk menginap di tempat Mira. Mereka berdua sama-sama menjalani lembur yang intens di kantor, dan karena apartemen Mira lebih dekat, Laila memilih untuk langsung menuju ke sana setelah pulang.

Sesampainya di apartemen Mira, Laila merasa sangat lega. “Akhirnya sampai juga. Aku sudah tidak sabar untuk mandi,” ujar Laila, sambil tersenyum ke arah Mira.

“Silakan saja,” kata Mira, menawari handuk bersih sambil menunjukkan kamar mandi. Laila bergegas masuk ke kamar mandi, membiarkan air hangat mengalir ke tubuhnya, mengusir lelah sepanjang hari. Setelah selesai, ia mengenakan pakaian yang nyaman dan bergabung dengan Mira di ruang tamu.

Dalam perjalanan ke apartemen Mira, Laila sempat mampir membeli makanan favorit mereka berdua. Dengan antusias, ia mengajak Mira menikmati makan malam itu sambil mengobrol ringan tentang hari mereka yang sibuk dan hal-hal kecil lainnya.

Setelah makan, keduanya duduk santai di sofa, menonton film sambil menikmati sisa-sisa kehangatan makanan yang baru saja mereka santap. Di tengah-tengah film, Mira tiba-tiba berdiri dan menuju ke lemarinya. Ia menarik sebuah kotak kecil dari dalam lemari dan duduk kembali di sebelah Laila.

“Mira, apa itu?” tanya Laila penasaran.

Dengan sedikit senyum malu-malu, Mira membuka kotak tersebut dan menunjukkan isinya pada Laila. Di dalamnya terdapat beberapa tali lembut, tiga buah borgol, penutup mata, dan sebuah ballgag. Mata Laila membelalak sedikit, merasa terkejut sekaligus penasaran.

“Mira… kamu menyimpan ini semua?” tanya Laila dengan nada menggoda.

Mira tersenyum gugup, wajahnya sedikit memerah. “Aku… ya, aku memang sudah lama penasaran untuk mencoba lebih banyak. Tapi aku tidak pernah benar-benar melakukannya sendirian. Aku merasa akan lebih nyaman jika kamu yang membantu.”

Laila tersenyum lembut, menghargai keberanian Mira untuk terbuka. “Aku bisa mengerti. Jadi, apa yang ingin kamu coba?”

Dengan suara pelan, Mira menjelaskan fantasinya. “Aku ingin kamu mengikatku dalam posisi hogtied… lalu, kalau bisa, sumpal mulutku dengan saputangan ini dan ballgag,” katanya, sambil menunjuk saputangan bersih di dalam kotak. “Dan… aku ingin kamu memakaikan blindfold juga, agar aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di sekitarku. Setelah itu, tinggal lepaskan aku setelah satu jam.”

Laila mengangguk penuh pengertian, menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang penting bagi Mira. “Baiklah, Mira. Kalau ini yang kamu mau, aku akan melakukannya dengan hati-hati. Tapi jika kamu merasa tidak nyaman atau ingin berhenti, langsung saja beri tahu aku, oke?”

Mira mengangguk, tampak lega dengan sikap perhatian Laila.

Proses Pengikatan yang Hati-Hati

Mira kemudian mengambil posisi di tengah ruangan, berlutut dengan punggung menghadap Laila. Laila mulai bekerja dengan penuh kesabaran, mengambil seutas tali dan mengikat kedua pergelangan tangan Mira di belakang punggungnya dengan lembut namun kokoh. Ia memastikan bahwa ikatannya tidak terlalu kencang, agar tetap nyaman tetapi cukup kuat untuk memberikan sensasi terikat.

“Bagaimana, Mira? Terlalu kencang?” tanya Laila memastikan.

“Tidak, ini pas,” jawab Mira dengan suara pelan, terlihat gugup namun antusias.

Setelah itu, Laila melanjutkan dengan mengikat kedua pergelangan kaki Mira. Kemudian, dengan perlahan, ia menarik tali dari pergelangan kaki ke tangan, mengikatnya sehingga Mira kini dalam posisi hogtied, di mana tangan dan kakinya terikat menjadi satu. Posisi ini membuat Mira tidak bisa banyak bergerak, tapi Laila tetap memperhatikan kenyamanannya.

Nikmat Dalam Sengsara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang