Hari itu, seharusnya menjadi hari libur biasa bagi Laila dan Mira—sehari penuh relaksasi dan santai setelah minggu yang panjang. Namun, Mira memiliki ide yang lebih dari sekadar liburan sederhana. Di suatu malam saat mereka duduk di balkon apartemen Laila, memandangi lampu kota yang berkilauan, Mira tiba-tiba mengusulkan sesuatu yang cukup mengejutkan.
“Laila, bagaimana kalau kita pergi berlibur besok?” tanya Mira sambil tersenyum penuh misteri. “Kita bisa makan di restoran, berjalan-jalan di taman, nonton bioskop, dan kalau masih kuat, barbeque di malam hari. Tapi… ada syaratnya.” Matanya berbinar jahil, menunjukkan bahwa ini lebih dari sekadar liburan biasa.
Laila menatapnya dengan tatapan penasaran sekaligus penuh harap. “Syarat apa?” tanyanya.
Mira mendekatkan dirinya pada Laila dan dengan suara pelan, ia membisikkan rencana di telinga sahabatnya. “Selama sehari penuh, tanganmu harus diborgol di belakang punggung. Kita akan pergi ke mana-mana tanpa seorang pun yang tahu.”
Detak jantung Laila bertambah cepat, dan ia mencoba mencerna usulan tersebut. “Mira… kamu serius? Bagaimana kalau ada yang sadar?”
Mira menenangkan Laila, meyakinkan bahwa mereka akan menyembunyikan borgol itu dengan hati-hati. “Kau akan memakai sweater oversize yang menutupi bagian punggungmu. Aku juga akan membantumu sepanjang hari, memastikan semuanya berjalan lancar,” ujarnya penuh keyakinan. “Lagipula, bukankah ini hal yang membuat kita merasa hidup? Tantangan yang penuh rahasia, tetapi aman,” tambahnya, tersenyum.
Setelah beberapa detik berpikir dan merasakan dorongan adrenalin yang menyenangkan, Laila akhirnya mengangguk pelan, menerima tantangan ini. “Baiklah, Mira. Aku akan mencobanya. Aku percaya padamu.”
Pagi Tantangan Dimulai
Keesokan paginya, Mira datang lebih awal ke apartemen Laila, membawa borgol serta pakaian yang telah mereka persiapkan bersama. Sweater oversize berwarna krem dan syal tebal sudah siap, memberikan perlindungan tambahan untuk menyembunyikan tangan Laila yang terborgol. Mereka sarapan bersama sambil menertawakan rencana gila ini, dan Laila merasa campuran antara kegelisahan dan kegembiraan yang menakutkan namun menyenangkan.
Setelah selesai sarapan, Mira mengeluarkan borgol dengan wajah yang ceria. “Siap?” tanyanya sambil mengangkat borgol di tangannya.
Laila mengangguk, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar cepat. Ia berdiri dengan punggung menghadap Mira, mengangkat kedua tangannya ke belakang. Dengan cekatan, Mira memasangkan borgol pada kedua pergelangan tangan Laila, memastikan pengikat itu terpasang nyaman tapi cukup kuat. Ketika suara “klik” terdengar, Laila merasakan sentakan kecil dalam dirinya—sensasi campuran antara ketegangan dan rasa aman yang tak biasa.
Mira menarik sweater oversize milik Laila, menyempurnakan posisinya sehingga borgol tidak terlihat. Kemudian, ia melilitkan syal di leher Laila, memberikan perlindungan tambahan agar tak ada yang menyadari ikatan rahasia itu.
“Ayo, kita mulai,” ujar Mira sambil tersenyum penuh antusias, menarik lengan Laila. Mereka meninggalkan apartemen dengan semangat dan tawa kecil, siap menghadapi hari penuh petualangan ini.
Makan Siang di Restoran
Tujuan pertama mereka adalah sebuah restoran kecil di pusat kota. Saat mereka memasuki ruangan, Laila segera merasakan suasana ramai yang membuatnya sedikit canggung. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan gerakannya terlihat alami meski tangannya tidak bisa digunakan. Mira memimpin, dan mereka berhasil menemukan tempat duduk di sudut yang sedikit lebih tersembunyi.
Mira tersenyum nakal sambil mengambil menu, lalu menoleh ke arah Laila. “Bagaimana rasanya? Cukup menantang?” tanyanya sambil menyeringai.
Laila tertawa kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. “Ini lebih sulit dari yang aku bayangkan. Tapi, aku rasa… aku bisa mengatasinya,” jawabnya dengan percaya diri yang mulai tumbuh.
Setelah memesan makanan, Laila mulai merasakan tantangan baru—ia tidak bisa makan sendiri. Mira tertawa kecil saat melihat Laila memiringkan kepalanya, mencoba memikirkan cara untuk makan tanpa menggunakan tangannya.
“Aku akan menyuapimu, Laila. Jangan khawatir,” ujar Mira sambil menyodorkan sepotong makanan ke mulut Laila. Dengan sedikit malu, Laila membuka mulut dan membiarkan Mira menyuapinya. Meski sedikit canggung, mereka berdua tertawa dan menikmati momen itu.
Beberapa kali, pelayan datang membawa minuman dan mengecek keadaan mereka, namun Laila dan Mira tetap tenang, menjaga ekspresi seolah tidak ada yang berbeda. Mereka berhasil melalui tantangan pertama tanpa seorang pun menyadari bahwa tangan Laila sebenarnya terikat di belakang punggungnya. Mereka saling berpandangan, merasa bangga telah berhasil melewati bagian pertama dari tantangan hari ini.
Jalan-Jalan di Taman
Setelah makan siang, mereka menuju taman kota. Udara segar dan pemandangan hijau membuat suasana semakin menyenangkan. Namun, tantangan kedua muncul ketika mereka bertemu dengan beberapa teman. Mira segera mengambil alih percakapan, menjaga agar mereka tetap sedikit berjauhan dari Laila, sehingga tidak ada yang bisa memperhatikan kondisi tangan Laila yang tersembunyi di balik sweater.
“Maaf, aku harus pergi sebentar ke tempat lain. Laila dan aku punya rencana lain,” ujar Mira, segera menyudahi percakapan mereka dengan cara yang santai. Laila hanya bisa tersenyum kaku sambil melambaikan tangan ke teman-temannya dengan posisi yang kaku. Untungnya, tidak ada yang menyadari sesuatu yang aneh, dan mereka melanjutkan jalan-jalan mereka tanpa gangguan.
Di sudut taman, Mira dan Laila berhenti sejenak untuk beristirahat di bangku. “Bagaimana, Laila? Masih kuat?” tanya Mira, mengamati wajah Laila yang mulai lelah.
Laila tersenyum tipis, mengangguk. “Ya, ini benar-benar seperti latihan. Setiap langkah harus diperhitungkan. Tapi aku merasa lebih percaya diri sekarang.” Laila mulai merasa bahwa tantangan ini, meski sulit, memberinya pelajaran baru tentang kesabaran dan ketekunan.
Menonton Film di Bioskop
Selanjutnya, mereka memutuskan untuk menonton film. Mereka memilih bioskop yang lebih sepi, dan Mira membantu Laila menemukan tempat duduk di sudut yang nyaman dan tidak mencolok. Namun, Laila segera menyadari bahwa borgol di tangannya membuatnya sulit bersandar dengan nyaman. Mira, memperhatikan ini, segera mengambil jaketnya dan melipatnya sebagai sandaran tambahan untuk Laila.
Film dimulai, dan keduanya tenggelam dalam cerita komedi romantis yang ringan. Sesekali, Mira berbisik dan mengomentari adegan lucu, membuat Laila tertawa meski ia tidak bisa sepenuhnya bebas bergerak. Mereka berbagi tawa dan kebahagiaan di dalam kegelapan bioskop, merasakan ikatan emosional yang semakin mendalam.
Barbeque Malam di Apartemen
Setelah selesai menonton, mereka kembali ke apartemen untuk menikmati barbeque malam di balkon. Mira menyiapkan arang dan memanggang makanan, sementara Laila duduk dengan tenang, tersenyum melihat kesibukan Mira yang penuh semangat.
“Ini hari yang luar biasa, Mira. Aku tidak pernah membayangkan bisa melalui semua ini dengan tangan terikat,” ujar Laila tulus, merasa terharu.
Mira menghampiri Laila dan mengelus bahunya. “Aku tahu kamu bisa melakukannya. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira,” jawabnya hangat. “Sekarang, mari kita makan!”
Mira menyuapkan makanan untuk Laila, dan mereka berbagi makanan sambil tertawa, menikmati setiap momen penuh kedekatan. Saat malam semakin larut dan udara semakin dingin, Mira akhirnya membuka borgol di tangan Laila. Ketika borgol itu terlepas, Laila merasa lega sekaligus bangga telah melewati tantangan yang menantang ini.
Malam itu, mereka berdua duduk di bawah langit yang dipenuhi bintang, berbicara tentang pengalaman mereka dan rencana-rencana baru yang mungkin bisa mereka coba. Petualangan ini telah memberikan keduanya pelajaran tentang kepercayaan, keberanian, dan persahabatan yang semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikmat Dalam Sengsara
Nouvelles🔞 Perjalanan Laila & Mira di dunia BDSM, softbondage, alur lambat.