Kepercayaan

245 2 0
                                    

Di sela jam istirahat mereka, Laila dan Mira duduk bersama di sudut kantor yang agak sepi, menikmati kopi sambil berbincang. Percakapan mereka menyentuh berbagai hal, dari pekerjaan hingga cerita-cerita pribadi. Namun, tanpa disadari, topik mereka beralih ke malam sebelumnya, saat Mira meminta Laila untuk mengikatnya dalam posisi hogtied. Pengalaman itu memberi Mira perasaan yang tak terlupakan, dan ia mengungkapkannya kepada Laila dengan sedikit canggung namun penuh antusias.

"Aku benar-benar menikmati rasanya semalam," kata Mira sambil tersipu. "Terasa... membebaskan, meskipun kedengarannya aneh."

Laila tersenyum, memahami perasaan sahabatnya. "Aku juga bisa mengerti, Mira. Ternyata rasanya menyenangkan melihatmu begitu nyaman dengan pengalaman itu. Tapi sepertinya aku juga penasaran... mungkin aku ingin mencoba sesuatu yang lebih menantang juga."

Mira mendongak, sedikit terkejut. "Benarkah? Jadi... apa yang ingin kamu coba?"

Laila menatap Mira dengan tatapan bersemangat. "Aku sudah mulai terbiasa bepergian dengan tangan terborgol, seperti yang kita lakukan waktu itu. Tapi mungkin kali ini, aku ingin mencoba sesuatu yang lebih menantang... seperti hogtied. Mungkin... malam ini?"

Mata Mira berbinar mendengar hal itu. "Wah, itu akan jadi pengalaman baru buatmu! Kalau kamu serius, kita bisa mengatur semuanya malam ini. Kamu bisa menginap lagi di tempatku."

Dengan semangat, keduanya sepakat untuk mencoba pengalaman baru itu. Sepulang kerja, Laila menemani Mira ke apartemennya dengan antusias yang tak terucapkan, dan mereka segera mempersiapkan semuanya. Saat tiba di apartemen Mira, suasana terasa hening dan menegangkan, dengan rasa antisipasi yang menumpuk dalam hati mereka.

Proses Pengikatan yang Lebih Menantang

Di kamar Mira yang nyaman, Laila bersiap, duduk di atas matras yang sudah disiapkan di lantai. Kali ini, Mira ingin memberikan pengalaman yang lebih intens untuk sahabatnya, dengan hati-hati namun penuh perhatian.

"Baiklah, Laila. Kamu siap?" tanya Mira, suaranya lembut dan penuh kepercayaan.

Laila mengangguk, menguatkan dirinya sendiri. "Siap, Mira."

Pertama-tama, Mira mengambil blindfold dan menutup mata Laila, membawanya ke dalam kegelapan yang tenang. Setelah itu, ia mengambil saputangan yang lembut, melipatnya, dan memasukkannya perlahan ke dalam mulut Laila sebagai penutup. Kemudian, ia memasang ballgag di luar saputangan, memastikan bahwa Laila tak bisa banyak berbicara, hanya bisa mengeluarkan suara samar, "Hhhmmmmppp..... Hhhmmppp..." Laila mencoba mengucapkan beberapa kata tapi tidak bisa. "Kamu cuma bisa menjawab pertanyaanku dengan mengangguk atau menggeleng kepala saja, kamu paham?" Ucap Mira berusaha menjelaskan, Laila mengangguk perlahan.

Dengan telaten, Mira mulai mengikat kedua pergelangan tangan Laila di belakang punggungnya, mengikat kedua sikut lengan Laila menjadi satu di punggungnya. Ia memastikan ikatan itu aman namun tetap nyaman. Laila bisa merasakan bagaimana kebebasannya semakin terbatas, tapi dalam keheningan itu, ia merasa aman bersama sahabatnya. Mira mulai mengikatkan tali mengelilingi dada Laila, membuat sikut dengan punggung Laila menyatu, lalu sisa tali di punggung Laila di masukan melalui sela-sela paha lalu di tarik dan diikat kencang pada depan dadanya Laila membuat sensasi tekanan pada anus dan area genital Laila, Mira kemudian melanjutkan dengan mengikat pergelangan kaki Laila, kemudian menarik tali itu hingga tangan dan kaki Laila terikat menjadi satu dalam posisi hogtied. Laila hanya bisa pasrah "Hhmmpp... Hhmmmmppp... Hhhmmppp....."

Laila mencoba menggerakkan tubuhnya, merasakan ketidakberdayaan yang menggugah. Mira mengamati reaksi Laila, memastikan semuanya terasa baik.

"Bagaimana, Laila? Terlalu kencang?" Mira bertanya dengan perhatian.

Nikmat Dalam Sengsara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang