Lansia

63 53 2
                                    

Aku berada diruang tamu. Kulangkahkan kakiku kearah pintu keluar. Terlihat dari dalam tampak lahan jagung disamping rumah, didepan ada halaman yang dipenuhi berbagai macam bunga. Jalan raya sudah didepan halaman. Dan aku menyadari bahwa gedung gedung diperkotaan ada disekitar, hanya rumah inilah yang halamannya luas dan sangat asri. Mobil dan motor lalu lalang. Beberapa kendaraan seperti model baru yang kulihat.

Aku keluar kearah teras. Suara tawa dua orang mengisi indra pendengaranku. Sepasang suami istri yang sudah lansia duduk di kursi kayu menatap taman dan jalan raya didepan sambil bercanda ria.

Aku tidak tahu mereka siapa. Tapi aku teringat bahwa permintaanku adalah pergi di waktu aku akan mati. Aku mendekat ke arah dua lansia itu. Kuyakini pasti itu aku dan istriku saat sudah tua. Aku sangat senang sampai meneteskan air mata.

Ternyata aku tidak mati muda. Ternyata aku bisa hidup lebih lama. Aku bisa menikah. Aku bahagia sampai tua.

Dalam hitungan detikpun seperti ada seseorang menarikku dari belakang, membuatku jatuh telentang kebelakang. Seperti sebelumnya tak ada benturan di lantai. Aku terjatuh di air.

Tak lama kemudian kurasakan tubuhku tersandar ditempat yang keras. Aku kembali dilantai ruangan wanita penyihir itu.

Ia melambaikan tangan kearahku memastikan aku sadar. Aku mendudukkan tubuhku.

"Bagaimana kau disana? Sudahkah kau melihat kapan kau mati?"

Seketika aku teringat kembali kisah haru lansia tadi. Aku tersenyum kearah wanita itu.

"Ah cukup bagus, tapi saya merasa sedikit lemah."

"Itu karena saya telah mengambil segelas darahmu."

"Pantas saja. Tapi... Apa saya masih punya kesempatan lagi untuk pergi ke masa depan?"

"Tiga kali cukup, itupun jika kau mampu."

"Aku sangat mampu, hanya beberapa gelas darah tidak akan membuatku mati, lagipula sudah kulihat kapan aku akan mati. Kirimkan sekarang aku di waktu aku menikah dengan Evelin!"

Dan kejadian jatuh di air pun terulang. Aku ingin merasakan sebuah pernikahan dengan Evelin. Aku sangat mencintainya. Bawa aku dimasa yang indah itu.

Tanpa lama aku sudah tidak lagi berada dalam air.

Tenggggggg!

Tenggggggg!

Tenggggggg!

Ini bunyi lonceng?

SECOND TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang