Part 4

7 0 0
                                    

Happy Reading....
.
.
.

Kamis pagi yang cerah. Seluruh siswa kelas dua di sekolah telah dikumpulkan di lapangan basket, tempat yang biasa mereka gunakan untuk upacara atau kegiatan fisik. Namun, kali ini suasananya berbeda. Para siswa berkumpul bukan karena ada acara olahraga atau latihan, melainkan karena panggilan dari Han Jisung, ketua OSIS, yang mendapat perintah langsung dari guru kesiswaan, Park Chanyeol.

Bisik-bisik mulai terdengar di antara para siswa. Mereka semua bertanya-tanya apa alasan sebenarnya mereka dikumpulkan pagi ini. Beberapa siswa tampak tegang, ada yang berbisik kalau mungkin akan ada razia dadakan, sementara yang lain tampak lebih santai, seolah hanya menunggu instruksi.

"Apa kau tahu ini soal apa?" tanya seorang siswa kepada temannya.

"Aku dengar akan ada pengumuman penting, tapi belum tahu pasti apa," jawab temannya dengan nada bingung.

Tiba-tiba suasana menjadi hening ketika Chanyeol muncul di depan lapangan, berdiri tegak dengan wajah serius namun ramah. Dengan suaranya yang lantang, ia memulai pengumuman.

"Selamat pagi semuanya! Apa semua sudah berkumpul?" tanyanya.

"Selamat pagi, Pak! Sudah!" jawab seluruh siswa serentak.

Chanyeol tersenyum tipis, menatap para siswa yang menunggu dengan antusias. "Kalian pasti bertanya-tanya kenapa hanya kelas dua yang bapak kumpulkan di sini pagi ini. Kalian mungkin berpikir ini tentang hal serius, ya?"

Suara bisik-bisik semakin keras. Para siswa semakin penasaran, hingga akhirnya Chanyeol melanjutkan, "Hari ini, bapak punya kejutan untuk kalian."

Sekali lagi, lapangan dipenuhi dengan bisikan. Beberapa siswa tampak saling melirik, sebagian mulai tersenyum, menebak apa yang akan diumumkan.

"Bapak akan mengajak kalian untuk pergi studi tour, khusus untuk kelas dua!" Suara Pak Chanyeol menggema di lapangan, membuat banyak siswa terkejut.

Seketika, bisik-bisik di antara siswa semakin kencang. Sebagian dari mereka bersorak kecil, merasa bersemangat dengan ide jalan-jalan bersama teman-teman. Tapi di sisi lain, beberapa siswa paham bahwa ini bukan hanya soal kesenangan. Mereka tahu bahwa di balik studi tour, ada tanggung jawab yang harus mereka emban.

"Beomgyu" bisik Chenle kepada temannya yang berdiri di sebelahnya. "Kau pikir ada niat tersembunyi di balik rencana ini?"

Beomgyu melirik Chenle dengan heran. "Niat tersembunyi? Maksudmu apa? Ini memang sudah tradisi, bukan? Setiap tahun kelas dua selalu diadakan studi tour. Lagipula, saat kelas tiga nanti, kita akan sibuk dengan ujian. Ini kesempatan terakhir untuk bersenang-senang sebelum semuanya jadi serius."

Chenle mengangguk, tapi masih terlihat sedikit ragu. "Apa ini yang mereka sebut 'bersenang-senang dulu, bersakit-sakit kemudian?" katanya asal.

Beomgyu tertawa pelan, tapi berusaha menahan suara agar tidak terdengar oleh Pak Chanyeol. "Bisa dibilang begitu. Tapi, aku cuma mau bilang bahwa pepatah yang kau buat itu nggak benar-benar ada."

Tiba-tiba, Yeji, yang tanpa disadari oleh Beomgyu dan Chenle berdiri di sebelah mereka, ikut menyahut percakapan itu. "Setidaknya, kita disuguhkan kesenangan sebelum hal-hal yang lebih berat datang menimpa kita."

Beomgyu dan Chenle langsung menoleh serentak ke arah Yeji, tampak terkejut dengan kehadirannya. Beomgyu, yang sudah terbiasa dengan keberadaan Yeji di sekitarnya, memutar mata, merasa heran sekaligus lelah karena Yeji selalu muncul di saat yang tak terduga.

"Kenapa selalu ada kau, Yeji?" tanya Beomgyu dengan nada datar.

Yeji tersenyum tipis, seolah menikmati kebingungan Beomgyu. "Kenapa tidak? Kita satu angkatan, dan kita sering kali berada di tempat yang sama. Lagipula, kenapa setiap aku melihatmu, kau selalu bersama Chenle?"

Nada yang Tak Terdengar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang