Part 2

18 2 0
                                        

.
.
Pagi itu, Avariella berjalan perlahan menuju sekolah, masih terbayang kejadian memalukan yang terjadi kemarin. Saat sampai di halaman depan sekolah, matanya tertuju pada kerumunan siswa perempuan yang tengah memadati papan informasi. Jumlah mereka cukup banyak sehingga menutupi sepenuhnya papan tersebut, seolah ada sesuatu yang menarik perhatian semua orang.

"Apa yang mereka lihat? Apakah ada sesuatu yang mengejutkan?" gumam Avariella sambil mengerutkan kening. Ia baru saja hendak melangkah mendekat, ketika tiba-tiba pundaknya terasa berat, seperti ada yang menekannya dengan kuat dari belakang. Penasaran, Avariella menoleh ke arah pundak kanannya.

Ternyata, pelakunya adalah Yeji, temannya yang terkenal jahil. Dengan senyuman lebar dan mata penuh canda, Yeji berdiri di sana, tampak puas dengan ulah kecilnya. Avariella hanya bisa mendesah, sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Avariella sambil melirik ke arah kerumunan, mencoba mengalihkan perhatian dari gangguan Yeji. Rasa penasarannya masih kuat, terutama karena hanya siswa perempuan yang tampak tertarik dengan apa pun yang terpajang di papan informasi tersebut.

Yeji mengangkat bahu, sambil memasang ekspresi pura-pura cuek. "Ah, nggak ada yang penting, Ella... Hanya saja..." Yeji sengaja menggantungkan kalimatnya, mencoba menambah rasa penasaran di wajah Avariella.

Avariella memutar matanya, tahu benar trik sahabatnya yang suka membuat penasaran. "Heii... Hanya apa? Jangan menggantungkan ucapan Lo! Atau gue yang akan gantung Lo di sini!" canda Avariella sambil mengulurkan tangannya ke leher Yeji, berpura-pura mencekik dengan gerakan main-main yang sudah jadi kebiasaan mereka.

Yeji tertawa kecil, tapi tetap mempertahankan nada menggoda. "Gue mau lanjutin, tapi Lo keburu berbicara," katanya dengan nada penuh godaan.

Avariella menyilangkan tangannya di dada, memasang ekspresi pura-pura kesal. "Baiklah, katakan sekarang!" desaknya, menanti jawaban yang benar-benar membuatnya penasaran.

"Tidak ada yang penting," Yeji akhirnya berbicara dengan lebih santai. "Hanya saja nanti akan ada gladi bersih dari ekstrakurikuler musik."

Mendengar itu, Avariella sedikit mengernyitkan dahi. "Lalu, apa yang mereka ributkan?" tanyanya sambil menunjuk ke arah kerumunan yang semakin ramai.

Yeji tersenyum licik, tahu betul jawaban yang bisa memicu rasa penasaran lebih lanjut. "Entahlah," jawabnya sambil menatap ke arah kerumunan. "Mungkin karena yang akan tampil adalah Choi Beomgyu dan Kim Seungmin. Mereka berdua kan populer di kalangan siswa perempuan," jelasnya dengan nada datar, seolah itu bukan hal yang mengejutkan.

"Oh, begitu ya?" Avariella tampak tak terlalu terkesan. Ia mengangguk pelan dan menghela napas. "Baiklah, gue mau ke kelas dulu," ujarnya sambil berbalik, tampak tidak tertarik dengan semua kegaduhan itu.

Namun Yeji, yang tidak puas dengan reaksi dingin, segera memanggilnya lagi. "Ya! Ella, apa Lo gak mau lihat gladi bersihnya nanti?" tanya Yeji dengan nada penuh harap, berharap sahabatnya menunjukkan minat.

Avariella hanya menoleh sedikit dan menjawab dengan singkat, "Tidak." Tidak ada antusiasme dalam suaranya, dan Yeji mulai merasa ada sesuatu yang salah.

Yeji menatapnya dengan heran. "Bukankah Lo pernah bilang kalau musik adalah bagian dari hidup lo?" tanyanya, masih mencoba membujuk Avariella dengan mengingatkan tentang kecintaan sahabatnya pada musik.

Avariella berhenti di tempatnya. Ia menoleh ke arah Yeji dengan ekspresi yang sedikit berubah, matanya tampak lebih serius. "Iya, memang. Musik adalah bagian besar dari hidup gue. Tapi... apa yang Lo lakuin kemarin buat gue trauma dengan hobi gue sendiri."

Yeji tertawa kecil, meski ada sedikit rasa bersalah di dalamnya. "Kenapa gue yang di salahin? Gue cuma bercanda. Lo nya aja yang terlalu baper," jawab Yeji sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

I Know I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang