Chapter 5: Tantangan Pertama

86 8 0
                                    

Chapter 5: Tantangan Pertama

Keesokan harinya, suasana di desa terasa berbeda. Penduduk desa tampak tegang, dan Vanca bisa merasakan kecemasan yang menguar di udara. Ketika dia memasuki area latihan, Leon segera menghampirinya dengan ekspresi serius.

"Vanca, ada berita yang kurang menyenangkan," kata Leon dengan suara rendah. "Beberapa desa di sekitar kita telah diserang oleh makhluk-makhluk aneh dari hutan. Mereka menyebabkan kerusakan dan membuat banyak orang terluka."

Vanca terkejut. Ingatannya kembali pada pertemuan di lapangan saat Leon pertama kali berbicara tentang ancaman yang mengintai. Namun, mendengar bahwa serangan benar-benar terjadi membuatnya merasa cemas dan tidak berdaya. "Apa yang harus kita lakukan, Leon?"

"Rian dan aku sudah membicarakannya. Kami akan membentuk tim kecil untuk menyelidiki dan mencoba menghentikan serangan ini," jawab Leon, matanya memancarkan tekad. "Aku ingin kau ikut, Vanca. Aku tahu ini mungkin berbahaya, tapi ini kesempatan untuk membuktikan kemampuanmu."

Vanca merasa adrenalin mengalir dalam dirinya. Sebagai orang yang hanya pernah menjalani kehidupan biasa, menjadi bagian dari tim yang menghadapi ancaman nyata adalah hal yang menakutkan, tetapi juga mengasyikkan. Dia tahu inilah yang dia inginkan sejak pertama kali tiba di dunia ini-kesempatan untuk membuktikan dirinya.

"Ya, aku akan ikut. Aku siap, Leon," jawab Vanca dengan tegas.

Leon tersenyum dan menepuk bahunya. "Aku tahu aku bisa mengandalkanmu. Ayo, kita akan berkumpul di pusat desa untuk merencanakan langkah kita selanjutnya."

Mereka berdua bergegas menuju pusat desa, di mana Vanca melihat beberapa pejuang desa berkumpul. Di tengah kerumunan, Pangeran Rian berdiri dengan penuh wibawa, matanya memancarkan ketegasan. Adriel juga ada di sana, menatap serius sambil berbicara dengan beberapa pejuang lain.

Ketika Rian melihat Vanca, dia tersenyum tipis dan memberi anggukan. "Vanca, aku senang kau bersedia ikut dalam misi ini."

"Aku akan melakukan yang terbaik, Pangeran," kata Vanca, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Rian mengangguk, lalu memandang kerumunan yang berkumpul. "Misi kita bukanlah untuk bertempur. Kita akan menyelidiki dan mencari tahu asal-usul serangan ini. Jika memungkinkan, kita akan mencoba menghentikan makhluk-makhluk itu untuk melindungi desa-desa kita."

Setelah memberikan instruksi, Rian membagi kelompok menjadi tim-tim kecil yang akan menyebar di sekitar desa untuk memantau situasi. Vanca ditempatkan di tim yang dipimpin oleh Leon dan termasuk beberapa pejuang lain. Sebelum mereka berangkat, Rian mendekati Vanca dan memberinya sebuah kantong kecil berisi tanaman obat dan sedikit bekal makanan.

"Berhati-hatilah di luar sana," kata Rian dengan nada lembut. "Jika ada masalah, ingatlah untuk selalu berpikir rasional dan jangan terlalu mengambil risiko."

Vanca merasakan kehangatan di hatinya. "Terima kasih, Pangeran. Aku akan berhati-hati."

Mereka kemudian bergerak meninggalkan desa, memasuki hutan yang terlihat tenang namun mengandung bahaya yang tersembunyi. Setiap langkah terasa berat, dan ketegangan menyelimuti tim saat mereka menyusuri jalan setapak. Di sekitar mereka, suara burung dan gemerisik dedaunan terdengar samar-samar, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan tanda-tanda serangan. Tanah di sekitar mereka rusak, bekas cakar makhluk besar tercetak di tanah, dan pohon-pohon terlihat patah seperti habis dilalui sesuatu yang besar.

"Jejak ini masih baru," bisik Leon. "Kita harus berhati-hati. Mereka mungkin masih ada di sekitar sini."

Vanca merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ini adalah pertama kalinya dia berada dalam situasi berbahaya seperti ini. Dia merasa sedikit takut, tetapi tekadnya tetap kuat. Dalam hatinya, dia tahu bahwa menjadi bagian dari dunia ini berarti menghadapi risiko dan tantangan.

Saat mereka terus menyusuri jejak, tiba-tiba terdengar suara geraman dari arah semak-semak. Seluruh tim membeku, bersiap dengan senjata mereka. Dari balik semak-semak, muncul sosok makhluk besar dengan kulit kasar dan mata merah yang bersinar tajam. Makhluk itu tampak seperti perpaduan antara serigala dan reptil, dengan taring panjang dan cakar yang mengerikan.

"Siap-siap!" teriak Leon, mengangkat pedangnya.

Makhluk itu mengaum, lalu berlari ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Vanca merasa ketakutan, tetapi dia segera mengambil posisi dan mengingat latihan yang telah dia pelajari. Dia tahu bahwa saat ini bukan waktunya untuk ragu.

Leon maju untuk menahan serangan makhluk itu, sementara yang lain mencoba menyerang dari samping. Vanca menunggu momen yang tepat, melihat celah di antara gerakan makhluk itu, lalu dengan cepat menyerang menggunakan pedangnya. Meski belum terlalu mahir, serangannya berhasil mengenai kaki makhluk itu, membuatnya mengeluarkan auman kesakitan.

Makhluk itu mengamuk, tetapi tim mereka bekerja sama dengan baik. Setiap orang saling mendukung, menutupi satu sama lain, dan setelah beberapa saat, mereka berhasil mengalahkan makhluk itu. Tubuh makhluk itu tergeletak di tanah, dan tim mereka menghela napas lega.

"Bagus sekali, Vanca," kata Leon, menepuk bahunya dengan bangga. "Kau berani dan tidak gentar. Itulah yang kita butuhkan."

Vanca tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri. Dia tahu ini baru awal dari perjalanan panjangnya, tetapi dia merasa yakin bahwa dia mampu bertahan. Pertarungan ini bukan hanya ujian bagi keterampilannya, tetapi juga bagi keberaniannya.

Saat mereka bersiap untuk kembali ke desa, Vanca merenungkan perjalanannya sejauh ini. Dunia ini penuh dengan tantangan, tetapi dia merasa semakin dekat dengan tujuan yang selama ini dia cari. Dan di balik semua itu, dia tahu bahwa perasaannya terhadap Pangeran Rian semakin dalam. Dia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang mulai ia pedulikan di dunia baru ini.

Dengan semangat baru, Vanca dan timnya kembali ke desa, membawa berita kemenangan kecil yang akan menjadi langkah awal dalam menghadapi ancaman yang lebih besar di masa depan.

Kerajaan Takdir: Petualangan Harem VancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang