Chapter 9: Menembus Kabut Pengkhianatan

41 5 0
                                    

Chapter 9: Menembus Kabut Pengkhianatan

Pagi itu, Vanca bangun dengan perasaan tegang yang mengganjal. Kata-kata Adriel masih terngiang di telinganya: "Kadang, musuh terbesar kita adalah orang yang paling dekat dengan kita." Ucapan itu menimbulkan kecurigaan yang semakin dalam terhadap semua orang di sekitarnya. Apakah Adriel benar-benar sekutu? Ataukah ada maksud lain di balik sikapnya yang penuh teka-teki?

Hari ini, Vanca memutuskan untuk tidak menunjukkan rasa curiganya dan berusaha bersikap seperti biasa. Dia tahu bahwa semakin dalam dia menyelidiki, semakin dia harus berhati-hati agar tidak menarik perhatian para konspirator. Dia ingin tetap tak terlihat di tengah-tengah intrik politik istana.

Saat berjalan di taman istana, Vanca melihat Pangeran Rian berbincang dengan seorang bangsawan tua. Vanca memutuskan untuk berhenti di bawah pohon dan memperhatikan dari kejauhan. Ada yang berbeda dalam cara Rian berbicara hari ini, ekspresinya tampak lebih serius dan waspada. Ketika percakapan itu selesai, bangsawan tua itu berlalu dengan angkuh, dan Rian tetap di tempatnya, seolah memikirkan sesuatu yang berat.

Vanca mendekat, berdehem pelan untuk memberitahukan keberadaannya. "Pangeran, apakah Anda baik-baik saja?"

Rian terkejut, tetapi kemudian tersenyum melihat Vanca. "Ah, Vanca. Maaf, aku tidak menyadari kau di sini. Ya, aku hanya sedang memikirkan masalah istana. Banyak sekali yang perlu diperhatikan."

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Vanca dengan nada khawatir.

Rian memandangnya dengan penuh perhatian. "Kau sudah banyak membantu, Vanca. Kehadiranmu di sini membuatku merasa ada orang yang bisa kupercaya di tengah semua masalah ini."

Kata-kata Rian itu memberi Vanca semangat baru. Dia bertekad untuk melindungi Rian dari segala ancaman yang membayangi, termasuk kelompok Bayangan Gelap. Mereka melanjutkan percakapan ringan sambil berjalan di taman, menikmati kedamaian sementara di tengah kekacauan yang membayangi istana.

---

Malam harinya, Vanca mendapat pesan rahasia dari seorang pelayan yang dipercaya oleh Pangeran Rian. Pesan itu menyuruhnya datang ke ruang penyimpanan tua di bagian terpencil istana. Hatinya berdebar-debar. Dia tahu bahwa pesan itu mungkin berisi informasi penting yang bisa membantunya mengungkap kelompok Bayangan Gelap.

Setibanya di ruang penyimpanan, Vanca mendapati pelayan tersebut menunggu dengan wajah penuh ketakutan. "Tuan Vanca, saya mendengar sesuatu yang mungkin penting. Ada rencana besar yang akan dilakukan oleh Bayangan Gelap dalam beberapa hari ke depan."

"Mereka akan menyerang istana?" tanya Vanca dengan napas tertahan.

"Ya. Dan mereka tampaknya telah menyusupkan beberapa mata-mata ke dalam penjaga kerajaan. Tidak semua orang di sini bisa dipercaya," jawab pelayan itu dengan suara gemetar.

Vanca merasakan perasaan was-was kembali muncul. Setiap orang di istana kini menjadi sosok yang mencurigakan, bahkan mereka yang terlihat setia. Tetapi informasi ini juga memberi petunjuk penting-bahwa serangan besar sudah semakin dekat, dan waktu mereka semakin sedikit.

"Terima kasih telah memberi tahu saya. Saya akan segera melaporkan ini pada Pangeran Rian," ucap Vanca, menyembunyikan rasa takutnya di balik ekspresi tenang.

Namun, ketika dia hendak pergi, pelayan itu memegang lengannya. "Berhati-hatilah, Tuan Vanca. Mereka tidak segan-segan membunuh siapa saja yang menghalangi rencana mereka. Dan... ada kabar bahwa salah satu orang kepercayaan Pangeran Rian mungkin juga terlibat dalam kelompok itu."

Kata-kata itu membuat Vanca membeku. Orang kepercayaan Rian? Apakah itu mungkin Adriel, atau seseorang yang lebih dekat dengan Rian? Dia tidak tahu harus mempercayai siapa lagi.

---

Saat kembali ke kamarnya, Vanca merenungkan informasi yang baru saja dia dapatkan. Dia merasa semakin terjebak dalam jaringan pengkhianatan ini. Bayangan Gelap seolah memiliki cengkeraman yang begitu dalam, hingga Vanca mulai merasa tidak berdaya. Namun, dia tidak bisa mundur sekarang.

Keesokan harinya, saat sedang berlatih pedang di halaman istana, Vanca bertemu dengan Adriel. Adriel menyapa dengan senyum biasa, tetapi Vanca kini lebih waspada terhadap pria itu.

"Vanca, kau terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Adriel dengan nada ramah.

Vanca tersenyum singkat. "Hanya lelah, mungkin. Tugas-tugas istana ini semakin hari semakin rumit."

"Ah, jangan terlalu memaksakan diri. Istana ini memang penuh dengan tekanan," balas Adriel, tatapannya tajam namun bersahabat. "Ingat, jika kau membutuhkan bantuan, aku ada di sini."

Vanca mengangguk, tetapi tidak bisa menghilangkan kecurigaan yang muncul di dalam hatinya. Setelah pertemuan singkat itu, Vanca memutuskan untuk menyampaikan informasi yang dia dapatkan kepada Pangeran Rian. Dia harus memastikan bahwa Rian tetap waspada, terutama terhadap orang-orang terdekatnya.

Malam itu, Vanca menemui Rian secara diam-diam dan memberi tahu semua yang ia dengar dari pelayan setia tadi. Rian mendengarkan dengan seksama, wajahnya berubah serius.

"Jika salah satu orang kepercayaanku adalah bagian dari mereka, kita berada dalam bahaya besar," kata Rian pelan, matanya bersinar dengan tekad. "Aku akan menyusun rencana untuk menghadapi mereka. Tetapi kau harus tetap waspada, Vanca. Kita tidak tahu siapa saja yang terlibat."

Vanca mengangguk, dan malam itu dia bersumpah untuk melindungi Rian dari segala ancaman. Terlepas dari semua ancaman dan keraguan, dia tahu bahwa inilah takdirnya-untuk berada di sisi Rian dan melindungi kerajaan dari bahaya yang tak terlihat.

Saat kembali ke kamarnya, Vanca merasakan ada sesuatu yang berbeda di dalam hatinya. Di balik niatnya untuk melindungi Rian, dia menyadari bahwa perasaannya terhadap pangeran itu telah tumbuh lebih dalam dari sekadar rasa hormat atau kesetiaan. Namun, dia menahan perasaan itu, tahu bahwa ada hal yang lebih besar yang harus dia perjuangkan.

Dengan tekad yang bulat, Vanca bersiap menghadapi hari-hari mendatang, menembus kabut pengkhianatan dan berusaha mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik Bayangan Gelap.

Kerajaan Takdir: Petualangan Harem VancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang