Prologue

18 5 1
                                    

️⚠️⚠️

PERINGATAN :

Cerita ini mengandung kata-kata kasar, umpatan. Adegan kekerasan dan pembunuhan.

Cerita ini murni karangan sendiri, hasil pemikiran ku sendiri. Kalau ada nama karakter yang sama atau lainnya itu murni ketidak kesengajaan.

🛑🛑

Hujan deras mengguyur Kota Ivander. Angin berdesir menerpa jendela-jendela rumah, membawa serta aroma tanah basah dan sedikit aroma amis yang menusuk hidung, bau darah. Di sebuah gang sempit, tersembunyi di balik bayangan pepohonan tua yang meranggas, sebuah pemandangan mengerikan terhampar. Lampu jalan berkedip-kedip, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di atas aspal basah dan mengkilat.

Sebuah genangan merah tua membentang di atas aspal, seperti lukisan abstrak yang mengerikan. Di tengahnya, terbaring tubuh Lyla, gadis muda berambut hitam legam yang terurai di genangan darahnya sendiri. Wajahnya pucat pasi, mata terpejam rapat seakan-akan berusaha menghindari kenyataan mengerikan ini, bibir sedikit terbuka, seperti bisikan terakhir yang tak terucapkan. Kaosnya, warna putih bersih yang dulu melambangkan kemurnian, kini ternoda merah pekat, menciptakan kontras yang menyayat hati. Seutas kalung perak kecil berbentuk bulan sabit, tergenggam erat di tangannya yang dingin dan kaku.

Petugas polisi, Pak Ardan, mendekati tubuh Lyla dengan hati-hati. Hujan membasahi seragamnya, namun ia tak menghiraukannya. Ia berjongkok, memeriksa nadi Lyla. "Sudah meninggal," gumamnya, suaranya berat dan rendah, hampir tak terdengar di tengah derasnya hujan.

Di dekat tubuh Lyla, tergeletak sebuah buku catatan kecil, halamannya terbuka menampilkan sebuah tulisan tangan yang tergores dengan tergesa-gesa: "Dia tahu..." Tulisan itu tampak gemetar, menunjukkan kepanikan sang penulis. Sebuah pesan lain, tertulis dengan darah di dinding dekat tubuh korban, terlihat samar-samar, namun cukup jelas untuk dibaca: "Kamu sangat cantik, tidak pantas berada di dunia yang kotor ini." Kata-kata itu terasa dingin dan penuh kebencian.

Suara sirine polisi memecah kesunyian malam, mendekat dengan cepat. Namun, di tengah genangan merah itu, sesuatu yang lain tampak tersembunyi di bawah bayangan pepohonan, sesuatu yang bergerak cepat. Sebuah bayangan gelap melintas cepat, menghilang di balik rimbunnya pepohonan sebelum siapa pun menyadari keberadaannya. Bayangan itu meninggalkan jejak ketakutan dan misteri yang lebih dalam.

"Ada apa ini?" tanya seorang polisi muda, Mahesa, suaranya gemetar sedikit di tengah suasana mencekam. "Ini... ini sangat mengerikan."

Pak Ardan hanya mengangguk, matanya menatap genangan darah itu dengan ekspresi serius. "Ini bukan sekadar pembunuhan biasa, Mahesa. Ada sesuatu yang lebih besar di balik ini. Sesuatu yang gelap dan mengerikan." Ia menunjuk ke arah tulisan darah di dinding. "Pesan ini... ini seperti sebuah peringatan."

Angin bertiup lebih kencang, membawa serta aroma amis yang semakin menyengat. Di kejauhan, petir menyambar, menyinari sejenak pemandangan mengerikan itu, sebelum kembali tenggelam dalam gelapnya malam. Rahasia yang kelam itu masih tersimpan rapat, menunggu untuk diungkap di balik 'Genangan Merah'. Dan Kaelan, Arasy, dan Arkhan, tanpa mereka sadari, akan segera terlibat di dalamnya.

🛑🛑

Bagaimana menurut kalian Prologue ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Genangan Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang