08: Pengorbanan

41 27 0
                                    

Di bawah langit malam yang redup, Sunghoon akhirnya berdiri di hadapan Wonyoung, mengurai semua rahasia yang selama ini ia pendam dalam diam. Suaranya bergetar saat ia mulai bercerita, seakan setiap kata adalah beban yang selama ini menghimpit dadanya. Ia adalah sahabat masa kecil Wonyoung, sosok yang dulu selalu berjanji akan menjaga dan melindunginya. Tapi pada malam kecelakaan itu, janji itu terhempas. Sunghoon adalah orang yang berusaha menyelamatkan Wonyoung, namun kesalahan kecilnya menjadi awal dari tragedi yang menghapus segalanya dari ingatan gadis itu.

“Semua itu salahku, Won,” ucapnya lirih, menatap Wonyoung yang terpaku. “Aku tak pernah bermaksud membuatmu terluka, tapi aku tahu… aku tahu bahwa aku tak bisa menggantikan semua yang hilang darimu.” Sunghoon menghela napas panjang, matanya menyiratkan keputusasaan dan penyesalan yang begitu mendalam.

Setelah kecelakaan itu, Sunghoon memilih untuk menghilang, menyingkir dari hidup Wonyoung dengan hati yang terluka. Ia merasa dirinya tak lagi pantas untuk berdiri di sampingnya, merasa bahwa kehadirannya hanya akan menambah luka yang sudah dalam. Bertahun-tahun berlalu, dan dalam kerinduan yang tak pernah padam, ia memilih menjadi seniman jalanan. Setiap mural yang ia lukis adalah kenangan masa kecil mereka—potret kebahagiaan yang ingin ia abadikan, meski tak pernah bisa ia kembalikan.

Namun kini, semua rahasia itu terungkap, dan Sunghoon tak punya pilihan selain jujur di hadapan Wonyoung. Ia menatapnya dengan mata yang sarat dengan penyesalan, berharap Wonyoung bisa menemukan sedikit maaf dalam hatinya.

Wonyoung memandang Sunghoon, air mata menggenang di pelupuk matanya. Suara Sunghoon terdengar begitu rapuh, seakan setiap kata adalah jeritan hatinya yang telah lama terpendam. “Kau tak perlu menggantinya, Sunghoon,” bisiknya pelan, namun penuh keteguhan. “Aku tak butuh masa lalu yang kembali… aku hanya butuh kau di sisiku sekarang.”

Sunghoon terdiam, terpaku oleh kata-kata Wonyoung yang meluruhkan semua rasa bersalah yang selama ini membebaninya. Dalam keheningan itu, keduanya berdiri di bawah bintang-bintang, di antara sisa-sisa kenangan yang tak pernah hilang. Rasa sakit yang mereka bagi kini perlahan terbalut kehangatan, mengisi kembali hati mereka yang lama kosong.

Malam itu, di bawah langit yang gelap dan dinding kota yang bisu, mereka menemukan satu sama lain lagi. Masa lalu memang telah hancur, namun di depan mereka ada harapan baru, perjalanan baru—dimulai dari janji tanpa kata, untuk tetap berada di sisi satu sama lain, kali ini tanpa kebohongan atau rahasia yang membelenggu.

[✓] Sang Seniman Mural • JangkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang