"Mencari Hangat di Tengah Hujan"

51 7 1
                                    

"Permisi Bu, alamat tujuan sama dengan yang di aplikasi ya?" tanya supir driver yang tanpa sadar memperhatikan Finola di spion depan mobil. Terlihat mata Finola memerah, akibat menangis.

Finola mengangguk dengan pelan. "Iya pak, benar sesuai aplikasi." jawab Finola. Supir driver pun mengangguk, dan fokus kembali untuk menyetir mobilnya.

.

.

.

"Bunda, jaraknya masih jauh kah?" tanya Solar sambil mengunyah snack ringan di tangannya.

"5 menit lagi sampai...kenapa nak? Solar bosen? Ngantuk?" tanya Finola padanya

"Solar pengen cepet-cepet nyampe...Solar ga betah di dalam mobil, gerah" keluh Solar,

"Iya bun, Blaze juga..mau aze lepas bajunya boleh?"

"Gaboleh dong Aze, nanti masuk angin. Jangan dilepas ya nak"

Kini Finola tersenyum tidak enak kepada supir driver, padahal suhu di dalam mobil, 15°. Finola tau, anaknya yang satu ini tidak menyukai suhu panas. Lalu, ia meminta maaf pada supir driver, "Maafin anak saya ya pak.."

"Gapapa bu, santai aja. Namanya juga anak-anak," ujar supir itu dengan nada santai,

"Lain kali ga boleh begitu ya nak? Oke?" ucap Finola memperingati kedua anaknya. Sedangkan anak yang diperingati hanya mengangguk sambil melanjutkan makan snack tanpa menoleh ke arah bundanya.

Memang, kalo ngasi tau Solar sama Blaze susah. Apalagi Blaze yang sifatnya bar-bar gitu. Finola sampai mengelus dada karena tingkahnya🤗

.

.

.

.

.

5 menit setelah perjalanan berlangsung, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Mobil driver itu pun berhenti di depan rumah yang sudah terlihat lama tak ditempati. Rumah yang di maksud adalah rumah nenek mereka, atau ibu dari Finola yang telah lama meninggal.

Tak lupa, mengambil dan menurunkan koper dan barang lainnya di bagasi mobil. Setelah semuanya di cek tidak ada yang tertinggal lagi, Finola memberikan sejumlah uang untuk
membayar.

"Ini pak, terima kasih karena telah menghantarkan kami dengan selamat." ujar Finola

"Tidak perlu, uangnya mbak simpen saja...kebetulan ini hari Jum'at, jadi...semua penumpang yang memesan tidak perlu membayar." jawab driver itu menolak halus uang yang diberikan oleh Finola sebagai pembayaran sebelumya sambil tersenyum.

Namun, Finola tetap ingin membayar dan menolak permintaan driver itu, karena alasan munculnya perasaan tidak enak di dalam benaknya, "Gapapa pak, anggap saja ini rezeki untuk bapak untuk hari ini, jadi-

"Tidak bu, tidak apa-apa. Uangnya ibu simpan saja untuk kebutuhan ibu dan anak-anak ibu ini." lagi-lagi driver itu menolak untuk menerima uang itu.

Dan akhirnya, Finola mengangguk mengalah. Ia menyimpan kembali uang tersebut ke dalam tasnya.

"Makasi banyak ya pak, semoga rezeki bapak lancar terus." ucap Finola berterima kasih kepadanya.

"Iya, sama-sama bu." jawab driver tersebut dengan senyuman tipis di wajahnya.

//Setelah driver itu pergi, Finola melangkah pelan ke arah rumah tersebut.

(Sebelumnya saya ingin memberi tahu, kalau rumah ibu Finola adalah rumah yang diwariskan kepadanya, dan Finola anak ke-2 dari 3 bersaudara)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IN ANOTHER LIFE│[Elemental Brothers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang