Setelah berbincang sebentar, Dika, Bu Rina, dan Lisa memutuskan untuk berfokus pada artefak yang misterius itu. Mereka berdiri mengelilinginya dengan penuh harapan, berharap bisa menemukan cara untuk mengembalikan keadaan.
Dika (dalam tubuh Bu Rina): "Coba kita teliti lebih dekat. Mungkin ada tulisan atau simbol di artefak ini."
Mereka semua menunduk, mengamati artefak tua itu dengan seksama. Di sisi bawah artefak, mereka menemukan ukiran halus yang tampak seperti mantra kuno.
Lisa (dalam tubuh Dika): "Lihat! Ada tulisan di sini. Apa kita bisa membacanya?"
Bu Rina (dalam tubuh Lisa): "Aku tidak tahu. Coba bacakan, Dika. Mungkin ada petunjuk untuk mengembalikan tubuh kita."
Dika berusaha membaca tulisan tersebut, meskipun tidak sepenuhnya mengerti arti dari setiap kata.
Dika: "Hmm... 'Kekuatan cahaya bersatu, dalam jiwa bertukar, kembali ke asal dalam ikatan kasih.' Apa maksudnya?"
Lisa: "Mungkin kita harus berpegangan tangan dan mengucapkan kalimat itu bersamaan. Kita harus fokus pada keinginan untuk kembali ke tubuh masing-masing."
Bu Rina: "Bagus, Dika! Ayo, kita coba."
Mereka bertiga berpegangan tangan, memusatkan pikiran dan perasaan mereka untuk kembali ke tubuh yang asli. Dika memimpin dengan suara lantang, mengucapkan kalimat dari ukiran itu.
Dika: "Kekuatan cahaya bersatu, dalam jiwa bertukar, kembali ke asal dalam ikatan kasih!"
Begitu kalimat itu diucapkan, artefak itu mulai bergetar, mengeluarkan cahaya yang semakin terang. Mereka merasakan energi mengalir di antara mereka, dan tiba-tiba, mereka merasakan lagi getaran yang familiar.
Lisa (dalam tubuh Dika): "Rasakan itu! Kita harus terus mengucapkannya!"
Mereka terus mengulang kalimat itu dengan penuh keyakinan. Cahaya semakin membesar hingga mengelilingi mereka, dan dalam sekejap, mereka merasakan sensasi seperti melayang.
Setelah beberapa detik, cahaya meredup, dan mereka membuka mata, mendapati diri mereka berada di dalam tubuh masing-masing!
Dika (kembali ke tubuhnya): "Wah! Ini tubuhku lagi! Aku berhasil!"
Bu Rina (kembali ke tubuhnya): "Alhamdulillah! Kita kembali!"
Lisa (kembali ke tubuhnya): "Ini luar biasa! Kita akhirnya berhasil!"
Mereka bertiga saling memeluk, merayakan kembalinya keadaan normal. Namun, kegembiraan itu tidak bertahan lama ketika mereka menyadari sesuatu yang aneh.
Dika: "Tunggu, ada yang aneh. Apa kita benar-benar kembali ke tubuh kita?"
Lisa: "Ya, aku merasa ada yang berbeda. Apa mungkin...?"
Mereka melihat ke cermin yang ada di dekat situ dan terkejut melihat pantulan mereka. Meski wajah dan tubuh mereka sama, ada aura yang berbeda, seolah-olah pengalaman pertukaran tubuh itu meninggalkan jejak.
Bu Rina: "Apakah kita masih terpengaruh oleh artefak itu?"
Dika: "Coba kita periksa lagi artefak itu. Mungkin ada efek samping."
Mereka bergegas kembali ke artefak dan melihat bahwa cahaya yang bersinar sebelumnya kini sudah redup. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian mereka; ukiran di bawah artefak itu tampak berubah.
Lisa: "Lihat, ukirannya! Sepertinya ada perubahan."
Mereka melihat lebih dekat dan menemukan tulisan baru di atas ukiran yang sudah ada.
Dika: "Ini tidak bagus... 'Bersatu dalam jiwa, bersiap untuk kembali, tetapi ingat, ikatan ini tidak akan terputus.' Apa maksudnya?"
Bu Rina: "Berarti meski kita sudah kembali, pengalaman kita itu tidak akan hilang begitu saja. Kita terhubung dengan cara yang baru."
Lisa: "Jadi, kita masih bisa merasakan apa yang dialami masing-masing? Itu gila!"
Dika: "Kita harus memanfaatkan ini. Mungkin ini bisa membantu kita saling mengerti lebih baik."
Mereka bertiga sepakat untuk menggunakan pengalaman ini sebagai cara untuk lebih dekat satu sama lain, berbagi perasaan, dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.
Bu Rina: "Jadi, kita sekarang bisa saling memahami lebih dalam. Setiap pengalaman itu berharga."
Lisa: "Iya, dan kita tidak boleh lagi menganggap remeh satu sama lain. Kita semua punya tantangan masing-masing."
Dika: "Kita harus menjaga artefak itu. Siapa tahu kita bisa menemukan cara lain untuk menjelajahi pengalaman baru."
Dengan semangat baru dan rasa saling pengertian yang lebih dalam, mereka berjanji untuk menjaga hubungan keluarga mereka dan menggunakan pengalaman aneh itu untuk menjadi lebih baik sebagai individu dan sebagai keluarga.
Bu Rina: "Ayo, kita buat momen ini berharga! Siapa tahu ada petualangan lain menanti kita di depan."
Ketiga mereka tersenyum, siap menghadapi apa pun yang akan datang, mengetahui bahwa mereka sekarang terhubung dengan cara yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.