Apa ini?!

228 30 6
                                    

Haii. Makasih votement dan reading nyaa.

Maapkan typo dan ketidakmenarikannya.

Happy reading...

»»————> Next <————««

Dor!

Dor!

Heesa tersentak kaget tatkala suara tembakan melengking di telinganya. Sumbernya tidak jauh dari tempatnya duduk. Saat ini ia sedang menikmati waktu bermain game dengan tabletnya setelah gurunya pulang.

Dor!

Dor!

Mendengar suara letusan itu kembali melengking, Heesa langsung berlari terbirit-birit ke arah sumber suara.

Mimpi tadi malam, kembali menghantuinya. Rasa takut menggerogoti dirinya. Tapi tak ayal, ia harus menyelamatkan Bundanya.

Tepat sesampainya disana, Sang Bunda terlihat juga sedang menggenggam sebuah pistol. Mengarahkan moncongnya pada seorang pemuda berbadan kekar.

"Ha ha ha... Kakak... Apakah kau akan membunuh Adikmu ini?" suara itu tidaklah asing ditelinga Heesa.

Alza.

Adik kandung Alsa. Seorang Pemuda yang dulunya menyayangi Heesa. Bahkan Heesa, sudah menganggapnya sebagai seorang Ayah.

Tapi apa yang terjadi?

Kenapa sang bunda mengarahkan pistolnya ke arah Alza?!

Apa salah pamannya itu?!

"Bunda! Apa ini? Ada apa?" Heesa menatap sang bunda. Menuntut penjelasan.

"Ohh Heesa, maaf telah mengganggumu." bukan Alsa yang menjawab. Melainkan Alza dengan suara lembutnya.

Alza melangkahkan kakinya, mendekati remaja itu yang tampak bergeming. Heesa, masih belum mengerti situasinya.

"Jangan dekati Heesa! Atau kau akan mati!" sentak Alsa.

Wanita itu masih mengarahkan moncong pistolnya pada sang Adik. Matanya berkaca-kaca. Hampir menumpahkan tangisnya. Nafasnya pun ikut memburu.

"Apa! Kenapa? Aku ini pamannya Kak. Lagian aku akan membawanya pergi!" balas Alza. Pria itu menatap dingin kakaknya.

"Heesa sayang. Dengar bunda ya. Pria itu... Pria itu adalah penghianat... Jangan mau diajak pergi!... Ya?" ungkap Alsa.

Air matanya mulai menetes. Sementara Heesa bimbang. la tidak tahu, apa yang terjadi. Manakah yang perlu Ia percayai. Bunda yang selalu ada untuknya selama ini? Atau, Paman yang sudah dianggapnya Ayah?

Kedudukan keduanya sama. Ia tidak tahu mana yang berbohong dan mana yang benar-benar dipihak nya. Ia tidak tahu mana yang benar-benar mencintai dan melindunginya.

Ia harus bagaimana?!

"What?! Jangan dengarkan wanita itu. Dia pembohong!... Untuk apa aku berhianat?" Alza membela diri. Rupanya ia tidak mau dianggap sebagai penghianat.

"So. Kita pergi. Ikut paman. Jangan terlalu lama tinggal dengan pembohong. Kau tahu, dialah yang berhianat. Dia sengaja menjagamu selama ini, karena menunggu kau bergantung padanya. Setelah itu, ia akan menyiksa batinmu dan fisikmu secara perlahan. Apa kau paham?" jelas Alza.

Pria itu tampak meyakinkan. Membuat Heesa goyah.

Apa benar yang dikatakan pamannya?

Jika iya, berarti selama ini dia sudah tinggal dengan orang yang berniat melayangkan nyawanya. Tanpa Ia sadari, Ia percaya dengan segala informasi yang diberikan.

Alza diam-diam tersenyum smirk. Semudah itu menggoyahkan hati anak majikan Kakaknya. Ternyata tidak sesulit yang Ia bayangkan.

"Kalau begitu, ayo," Alza meraih tangan Heesa. Sebelum...

Dor!

Dor!

Dor!

Sebuah peluru melesat membolongi lengan Alza, satu lagi melubangi bahu Alza dan yang lain menembus betis Alza.

Alsa lah pelakunya. Wanita itu menatap benci Adiknya.

Setelahnya suasana menjadi hening.

Tapi dengan tiba-tiba beberapa orang berlarian ke arah mereka.

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Suara itu beruntun. Satu-persatu mengoyak dan membombardir tubuh Alsa. Sampai wanita itu, tumbang dengan tubuh setengah hancur.

Heesa mematung.

Tidak!

Alsa bukan penghianat. Dia tahu. Pamannya lah yang berhianat. Karena Heesa baru sadar. Beberapa dari orang yang datang, adalah musuh keluarganya. Tapi, dia terlambat. Bundanya, Bunda kesayangannya, sudah terbujur bersimbah darah!

Heesa berlari menghampiri Bundanya yang entah masih hidup atau tidak. la merengkuh tubuh lemah itu.

"SIAL! PAMAN S*AL*N!" sentakannya menggema diseluruh ruangan. Membuat Alza menatap tajam Heesa. Pria itu kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Apa tadi? Ahh, ternyata aktingku tadi gagal ya. Padahal aku ingin membawamu pergi. Agar tanganku dengan bebas mencabik kulit lembutmu itu di tahtaku. Sayang sekali. Ternyata harus dilakukan disini. Ahh, kukira akting selama ini akan berakhir dengan lebih menyenangkan." ungkapnya.

Heesa menatap nyalang pamannya.

Apa ini?

Bukanlah pamannya itu adalah orang baik?

Jadi selama ini, Pamannya itu diam-diam menunggu waktu tepat untuk menghabisinya?

Ternyata selama ini hanya akting semata. Hidupnya dan segala isinya hanyalah altar drama yang dimainkan oleh Alza?

Heesa bangkit dan berlari menghampiri sang paman. Tidak menghiraukan peluru-peluru menembus tubuhnya. Tujuannya hanya satu, mencabik-cabik mulut sang paman. Mengkoyak tubuh tegap pria itu. Membuat kematian pria itu mengenaskan. Sekalipun kematiannya juga akan mengenaskan.

Setidaknya, hal yang sama harus terjadi untuk seorang penghianat. Pembunuh keluarga serta Bunda kesayangannya.

Pembuat altar drama si*l*n yang menghancurkan hidupnya diakhir.

Pada akhirnya Alza mati dengan tubuh hancur lebur oleh tangan Keponakan Angkatnya. Sementara Heesa menghembuskan nafas terakhirnya setelah tertawa puas. Kini, mungkin tiadak satupun nama marga keluarganya yang tersisa.

Margheesa, menjadi keturunan terakhir keluarga itu. Seluruh anggota, sudah terbantai.

Setelah ini, Heesa berharap bertemu dengan kedua orangtua dan para Kakaknya di alam yang berbeda. Melepas rindunya, yang selama ini membelenggu. Itu yang Ia impikan. Tapi ternyata, Ia justru masih dikaruniai hidup.

***

Heesa membuka matanya perlahan. Ruangan putih dengan berbagai alat medis menjadi tempat keberadaannya sekarang. Disambut dengan heningnya suasana.

Aneh.

la pikir, Ia sudah mati. Padahal keadaannya saat itu benar-benar mengenaskan. Tubuhnya pun sudah hampir tidak utuh. Masa iya ia selamat dari maut? Atau ini hanya mimpi?

Heesa mengerjapkan matanya berkali-kali. Berharap kalau ini hanya mimpi. Yah, maklum, Ia sudah lelah dikejar orang jahat. la ingin tenang. Lebih baik menghilang dari dunia bukan?

"Ohh Al udah bangun."

    »»————> 𝑻𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅 <————««

Pendek brouh.

Votemen!
Makasihh.



Heesa Alvond Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang