Zerhan

211 28 8
                                    

Haii.
Makasih vote, komen dan reading nya. Maapkan typo dan ketidakmenarikannya.

Happy reading...
»»————> Next <————««

Gallen dan Heesa masih saling mendekap. Menyalurkan kesedihan masing-masing. Sampai tanpa disadari, seseorang masuk kedalam ruangan Heesa.

"Loh Al?" suara seseorang, sukses mmembuat Heesa tersentak pelan. Lah, bagaimana tidak kaget. Suasana sedang mellow-mellownya dan sepi-sepinya, ehh tiba-tiba muncul suara. Dekapannya reflek terlepas.

Gallen menatap tajam Si Empu suara. Sementara yang ditatap justru memandang heran Alvond.

"Sejak kapan dia bisa nangis?" celetuknya.

Heesa heran dalam hati. Memangnya Si Pemilik tubuh ini tidak pernah menangis? Segitunya sampai disebut tidak bisa menangis.

"Dari tadi, setelah gue kasih kabar kalau Heesa udah ga ada." jawab Gallen seadanya.

Entah mengapa ia malas meladeni orang itu. Yang sialnya adalah Kakaknya. Sementara Ia masih setia mendekap tubuh Sang Adik.

Azreal Zerhan Armadha. Putra kedua Armadha yang sifatnya tidak jauh dari Gallen. la adalah seorang mahasiswa. Yang bergelut dibidang penelitian. Zerhan tidak terlalu dekat dengan Alvond. Aura Sang Adik, lebih pekat dari Kakak pertama dan Daddy, menurutnya.

Zerhan agak takut dengan Alvond. la pernah memberanikan diri akrab dengan Adik bungsunya itu, tapi yang Ia dapatkan justru tatapan mata Alvond yang menurutnya maut dan seram. Impiannya untuk memanjakan adik bungsu jadi kandas.

"Emm, Bang Zerhan." Panggilan Heesa membekukan Zerhan.

Apa ini? Alvond memanggilnya Bang? Padahal selama ini hubungan mereka selalu dingin. Apakah ia melakukan kesalahan? Atau ia hanya salah dengar.

Heesa yang tidak mendapatkan jawaban ataupun balasan, lantas mengernyit.

"Haaah, bang Zerhan. Abang mendengarku?" Heesa kembali membuka suara dan lagi-lagi membuat Zerhan membeku. Bisa selembut inikah Alvond?

"Ahh, iya. A-abang de-dengar kok. A-ada apa?" balasnya gugup.

Hening sebentar. Sebelum...

"Pfttt, ahhahaha. Hahahaha. Reaksinya... Pftt... Kaya liat setan... Hahaha... Padahal ini Adek... Bukan setan." tawa renyah
Heesa menggema. Sepertinya tubuhnya agak segar dan tidak sakit sekarang.

Tawa itu membuat atensi kedua Kakaknya menatapnya aneh.

Gallen menatap wajah Alvond tanpa kelewatan seincipun. Takut salah orang. Pasalnya, Alvond itu dingin dan kalem. Tidak pernah menyebut dirinya sendiri sebagai Adik. Tidak pernah tertawa sampai terbahak-bahak begitu. Senyum saja jarang. Takutnya yang Ia peluk tadi bukan Alvond Adiknya.

Menyadari tatapan heran dari kedua Kakaknya, Heesa menunduk.

Malu.

la lupa kalau citra Alvond berketerbalikan dengannya. Masa iya dengan tiba-tiba berubah?

Aneh.

"Akhem. Maaf. Muka Bang Zerhan lucu, jadi kelepasan." ungkapnya sembari memalingkan muka. Sebisa mungkin terlihat datar.

Ahh, Heesa yang berada dalam tubuh Alvond ini, tidak terlalu tahu dengan kehidupan Alvond. Jadi Ia tidak tahu bahwa yang Ia lakukan juga salah. Biasanya Alvond asli tidak pernah meminta maaf. Apalagi menjelaskan letak kesalahannya. Bisa dibilang, ia sombong walaupun dengan keluarga.

Sifatnya akan berbeda jika berhadapan dengan Heesa. Sementara untuk Gallen, hanya sedikit terbuka.

Jadi sedatar apapun Alvond saat ini, tidak akan menghilangkan keheranan Gallen maupun Zerhan. Apalagi, Alvond tadi memanggil Zerhan dengan embel-embel Abang secara jelas.

Heesa Alvond Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang