04 ; Tipe Ideal

123 14 9
                                    

࿔‧ ֶָ֢˚˖𐦍˖˚ֶָ֢ ‧࿔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

࿔‧ ֶָ֢˚˖𐦍˖˚ֶָ֢ ‧࿔

“Len, sumpah ya, bilang kalo lo nge-prank sekarang! Gak, gak bisa! Gue gak sudi lahir batin lo suka sama si Bibo! Udah mah gendut bau ketek lagi! Lo liat dia kayak ngeliat Mingyu atau gimana, sih?”

“Shhtt, mingkem!” desis Shalena mencapit mulut cerewet Chita. Ia langsung memperingati.

“Suara lo kekencengan, Chitato! Bisa-bisa kita ketahuan lagi ngintipin Bibo!”

“Ck, siapa suruh nyeret gue ke sini?!” cibir Chita menangkis capitan tangan Shalena di mulutnya. “Lagian lo ngapain ngintip dia? Serem tau kayak stalker. Samperin sono.”

“Gak, ah. Malu gue,” balas Shalena senyam-senyum sinting, kira-kira hampir satu jam lamanya ia bersama Chita bersembunyi di balik pohon demi mengintai si unyu pujaan hati, Bibo.

Terlihat, di area taman sekolah itu, Bibo tengah duduk bersantai di rerumputan sembari melahap sekotak bekal sendirian. Dia tidak punya teman, kadang kerap dibully perkara gendut dan bau ketek.

Padahal menurut Shalena, apa salahnya gendut dan bau ketek? Justru Bibo sangat teramat sesuai tipe idealnya. Penyendiri, introvert, tidak diincar banyak cewek, tidak neko-neko, ditambah dia itu jelek.

Sebenarnya, Shalena belum resmi kenalan dengan Bibo. Jangankan saling kenal, ketemu papasan saja Shalena ngibrit kabur karena salting. Itulah mengapa ia hanya berani mengintip dan menguntit dari jauh, bahkan sejak hari pertama masuk di Ambrosia High tidak ada perkembangan.

Chita meringis prihatin, menonton sohibnya itu yang seperti sedang cinta monyet. Lihatlah, dari tadi Shalena memeluk batang pohon sambil kegirangan memantau Bibo.

“Aaaa!!! Gemes banget! Pipinya tumpah-tumpah kayak mochi! Sumpah pengen gue unyel-unyel!”

“Heh, marpuah,” tegur Chita mengetuk kepala Shalena pakai kaleng soda. “Waras bisa? Gue masih heran sisi mana coba yang lo suka dari si Bibo.”

“Percuma. Gue jelasin sampe mulut berbusa juga lo gak bakal paham,” cetus Shalena jengkel. “Padahal udah gue bilang kalo gue itu benci cowok ganteng! Gue suka Bibo doang.”

“Setrauma apa lo sama cowok ganteng sampe demen si Bibo?” tanya Chita geleng-geleng.

“Resek, banyak tingkah, benci dunia akherat gue mah,” lontar Shalena selagi fokus memerhatikan Bibo.

“Hadeuh, beneran korslet ni otak lo.”

“Eh, eh, Chit! Kasih gue tips PDKT, dong. Gue pengen nembak Bibo, nih. Lo buaya betina pasti tau kan step by step nya?” pinta Shalena memelas.

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang