Bab 1: Awal Mula yang Tak Terduga

32 15 2
                                    

𔓘𔓘𔓘

Pagi itu, sekolah tampak lebih ramai dari biasanya. Para siswa sibuk mempersiapkan acara tahunan sekolah, dan setiap kelas mendapat bagian tugas masing-masing. Zia, yang biasanya tidak begitu suka dengan keramaian, tiba-tiba merasa tertarik untuk ikut bergabung. Dengan senyumnya yang kalem, ia berjalan menuju aula, tempat semua persiapan berlangsung.

Di aula, Zia melihat beberapa temannya sedang menghias panggung. Saat ia ingin membantu, tiba-tiba seorang lelaki dengan tatapan dingin melintas di depannya. Orang itu adalah Bara, ketua geng motor "Andalas," yang sudah terkenal seantero sekolah. Nama Bara kerap terdengar karena reputasinya yang disegani banyak orang, namun dikenal juga sebagai sosok yang sulit didekati. Zia hanya menatapnya dari kejauhan, tak terlalu peduli, namun ada sedikit rasa penasaran dalam hatinya.

Tak lama setelah itu, seorang teman Zia, Nadine, menghampirinya. "Zi, kamu tau kan itu Bara? Gila, deh, dia emang serem banget," bisik Nadine dengan nada antusias.

"Ya, tau lah. Semua orang juga tahu dia. Emangnya kenapa?" jawab Zia santai sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Mereka bilang dia nggak suka ada yang mengganggunya. Makanya, nggak ada yang berani dekat-dekat," tambah Nadine.

Zia hanya mengangguk-angguk. Meski orang-orang menganggap Bara menakutkan, ia merasa tak perlu takut selama ia tidak mengganggu Bara. Tapi, tanpa ia sadari, nasib membawanya bertemu dengan Bara di waktu yang tak terduga.

𔓘𔓘𔓘

Beberapa hari setelah acara sekolah, Zia sedang berjalan menuju kantin ketika ia melihat Bara dan beberapa teman gengnya duduk di salah satu sudut. Karena kantin cukup penuh, Zia tak punya pilihan selain duduk di meja yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat Bara dan teman-temannya berkumpul. Saat ia mulai makan, tiba-tiba terjadi keributan kecil di meja Bara. Salah satu anggota gengnya menumpahkan minuman, dan tanpa sengaja tumpahan itu mengenai kaki Zia.

"Eh, maaf!" ucap salah satu teman Bara, tapi Zia tetap tenang, hanya tersenyum sopan sambil mengelap kakinya.

Namun, perhatian Bara langsung tertuju pada Zia. Dengan tatapan tajam, ia menegur temannya, "Kalau nggak bisa jaga barang, jangan asal taruh sembarangan." Teman-temannya langsung terdiam. Bara lalu beralih pada Zia. "Lo, nggak apa-apa?"

Zia mengangguk kecil. "Nggak apa-apa, aku cuma kaget," jawabnya sambil tersenyum ringan.

Sejak kejadian itu, entah kenapa Bara sering terlihat mengawasi Zia. Awalnya, Zia merasa risih, tapi lambat laun ia mulai terbiasa. Bara yang biasanya dikenal sebagai sosok dingin itu, tampak sedikit berbeda ketika berada di dekat Zia. Bahkan, sesekali ia akan berusaha menghampiri Zia di sekolah, meski hanya untuk sekadar menyapa.

Suatu sore, ketika Zia sedang berjalan pulang, Bara tiba-tiba muncul di belakangnya. “Zia,” panggilnya dengan suara berat. Zia berhenti, sedikit terkejut, namun ia menoleh dan tersenyum.

“Hai, Bar. Ada apa?” tanyanya dengan tenang.

“Lo pulang sendiri?” Bara bertanya dengan nada canggung, sesuatu yang tak biasa dari sosok ketua geng yang terkenal dingin itu.

Zia mengangguk. “Iya, memang biasanya aku pulang sendirian.”

Bara mengangguk pelan, lalu menawarkan diri untuk menemani Zia. Awalnya, Zia sedikit ragu, tapi karena melihat kesungguhan di wajah Bara, ia pun mengiyakan.

𔓘𔓘𔓘

Sepanjang perjalanan tak ada yang berani memulai pembicaraan. Suasana canggung sempat terasa, namun Bara berusaha membuka percakapan.


“Lo pasti udah tau tentang gue kan,” ucap Bara dengan suara rendah.

Zia tersenyum samar. “Iya, aku pernah dengar. Tapi menurutku, semua orang punya sisi yang nggak selalu ditunjukkan ke orang lain. Dan aku rasa, kamu juga begitu.”

Bara terdiam sejenak, terkejut dengan jawaban Zia. Selama ini, tidak banyak yang benar-benar mau mencoba memahami dirinya. Kebanyakan orang hanya menilai dari luarnya saja. Namun, Zia tampak berbeda.

Bara hanya berdeham. tak tahu ingin menjawab apa.

Zia tersenyum, kali ini lebih hangat. “Setiap orang butuh tempat untuk jadi diri sendiri. Mungkin kamu bisa temukan itu dalam orang-orang yang kamu percayai.”

Sepanjang jalan, mereka berbincang banyak. Bara yang awalnya pendiam, mulai terbuka, sementara Zia tetap menjadi pendengar yang sabar. Obrolan mereka mengalir dengan santai, tanpa kesan terburu-buru. Di mata Zia, Bara tak lagi terlihat seperti ketua geng yang menakutkan, melainkan seseorang yang sesungguhnya sedang mencari tempat untuk merasa diterima. Bara, di sisi lain, mulai merasakan kehangatan yang jarang ia rasakan sebelumnya.

Ketika akhirnya mereka sampai di depan rumah Zia, Bara tampak ragu-ragu untuk pergi. “gue pergi dulu Zi".

Zia tersenyum. “Iya makasih ya, Bara udah nganterin pulang".

Bara tersenyum lemah dan mengangguk. Setelah berpamitan, ia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Rumah Zia.

Sementara itu, Zia masuk ke dalam rumah dengan senyum kecil di bibirnya. Pertemuan tak terduga dengan Bara membuatnya bertanya-tanya tentang arah hubungan mereka. Bara mungkin tak sempurna, tapi Zia tahu, di balik semua kesan menakutkan itu, ada hati yang sesungguhnya penuh kasih.

𔓘𔓘𔓘

Dilain tempat Bara yang sudah sampai di Rumahnya itu juga telas selesai membersihkan diri kembali teringat dengan kejadian tadi dimana ia mengantarkan gadis itu pulang, entah mengapa ia bisa seterbuka itu dengan gadis itu. Tapi dalam hatinya, ia tahu, pertemuan ini bukanlah yang terakhir. Sesuatu dalam diri Zia membuatnya merasa damai, seperti menemukan tempat di mana ia bisa melepaskan segala ketegangan yang selama ini ia rasakan. Hari itu, Bara tak bisa berhenti memikirkan Zia, gadis sederhana yang ternyata memiliki tempat istimewa di hatinya.

"oh, shit. Kenapa gue mikirin tuh cewek terus sih."

𔓘𔓘𔓘

TBC
.
.
.

Jangan lupa vote yaa guys(❀❛ ֊ ❛„)♡
Kasih komen juga, kritik dan sarannya terbuka yakk
Kalo mau kasih saran silahkan komen disini==>


Terima kasih guys udah mau Bacaa🥰

Byee thank you all💋

Queen of Andalas GangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang