Jejak Langkah Yang Terlupakan - #5

8 1 0
                                    

Waktu telah berlalu menunjukkan pukul lima sore, bel berbunyi tiga kali, menandakan kegiatan sekolah telah berakhir.

Para siswa dengan semangat merapikan bangku dan mulai menggendong tas mereka, Fanny memasukkan buku nya ke dalam tas dan menggendongnya. Seperti biasa empat teman lainnya yaitu Theo, Adrian, Stephanie, dan Zifa keluar kelas tanpa mengajak Fanny.

Walau hal itu sudah sering terjadi, rasa sakitnya masih terasa hingga sekarang.

Vanya melihat ke sekeliling kelas dan tatapannya tertuju ke arah Fanny yang sendirian lagi. Tentu saja Vanya tidak akan membiarkan hal itu terjadi, sebelum menghampiri Fanny, Vanya melemparkan tatapan sinis ke arah pintu kelas setelah empat teman yang lainnya pergi.

"Bisa bisanya ditinggalin, temen apaan kaya gitu." batin Vanya.

Setelah melemparkan tatapan sinis, Vanya bergegas menghampiri Fanny yang akan berjalan keluar kelas.

"Fannyy, tungguin!"

Vanya menghampiri Fanny dan merangkul tangannya. Tak lupa Vanya memberikan senyuman hangat ke arah Fanny untuk mencairkan suasana.

Melihat senyuman Vanya membuat dada Fanny terasa hangat, awalnya Fanny menduga bahwa Vanya sudah keluar kelas bersama teman teman yang lain. Ternyata, dugaannya salah.

"Lah Van? kirain kamu udah keluar kelas sama yang lain.."

Vanya terkekeh.

"Aelah santai aja, gaakan aku tinggalin."

Mendengar dugaan Fanny, Vanya menggelengkan kepala dan mengerutkan alisnya sedikit.

"Ya engga lah! mana mungkin aku ninggalin kamu, ga kaya sebelah."

Setelah Vanya mengucapkan kalimat terakhir ia memutar bola matanya ke samping dan memasang ekspresi kesal, ia tidak terima jika teman teman yang lain mengabaikan Fanny. Harusnya mereka mengajak Fanny bicara, bukannya mengabaikan kehadiran Fanny.

Fanny hanya tersenyum lembut setelah mendengar ucapan Vanya, Fanny sangat bersyukur karna tuhan sudah mempertemukan dirinya dengan Vanya.

"Udah biarin aja, lagian, aku masih bisa jalan sendiri." ucap Fanny.

Mendengar itu Vanya menggerutu dan semakin kesal, bagaimana bisa Fanny masih bisa bersikap baik dan mengorbankan segalanya untuk sekumpulan orang dengan loyalitas yang rendah dan tidak tau cara berterimakasih.

Sejak Fanny memasuki kelas tujuh, Fanny dikenal sebagai people pleaser. Fanny akan melakukan segalanya, mengorbankan hartanya, bahkan kondisi mentalnya demi mempertahankan suatu hubungan, pertemanan, percintaan maupun persaudaraan.

Hal itu juga menjadi salah satu alasan mengapa Vanya ingin berteman dengan Fanny, karena kepribadian Fanny terlalu baik, Vanya khawatir kalau orang orang akan memanfaatkan kebaikan Fanny untuk hal hal negatif.

Ada beberapa orang yang berteman dengan Fanny hanya untuk uang dan sebagai alat. orang orang itu adalah Zifa dan Stephanie, mereka berdua bekerja sama untuk memanfaatkan Fanny dengan cara memanipulasi Fanny.

Awalnya, Zifa dan Stephanie akan membuat Fanny merasa nyaman dan aman ketika bersama mereka, saat Fanny berhasil di manipulasi, Zifa dan Stephanie akan melakukan beberapa tindakkan. Salah satu contoh nyata adalah saat Zifa dan Stephanie berpura pura marah kepada Fanny seakan akan Fanny telah melakukan kesalahan besar.

Dengan tindakan itu, Fanny akan bertanya tanya kesalahan apa yang telah ia perbuat dan berujung berpikir berlebihan. Tanpa sadar Fanny pasti akan membujuk Stephanie dan Zifa, membelikan barang mahal demi mempertahankan pertemanan mereka.

Jejak Langkah Yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang