"Kamu terlihat murung akhir-akhir ini, ada masalah, Sayang?"
Aku menoleh ke Andrew yang sedang fokus di balik kemudi. Ia menoleh dan menatapku sekilas.
"Aku... aku baik-baik saja, Drew," jawabku sambil memaksa sebuah senyum tipis terlukis di bibirku.
Aku kembali memandang jalan raya yang terlihat mulai padat. Setiap hari, Andrew dengan setia mengantar-jemputku saat pergi dan pulang kerja.
Aku menatap kosong kendaraan yang padat di depan sana. Pikiranku melayang pada kejadian tadi malam. Orangtua Daniel benar-benar datang melamarku, bahkan si playboy juga tidak absen.
Aku akui, tadi malam Daniel terlihat sangat tampan dengan kemeja lengan panjang berwarna cokelat. Bahkan dia membuatku terpana dengan senyumnya yang terus mengembang di wajahnya.
Tapi sejak kapan Daniel terlihat jelek di mataku? Dari awal bertemu dengannya, wajahnya hampir setiap saat menghiasi pelupuk mataku. Membuatku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengusir bayangannya.
Aku mendesah kesal dalam hati saat teringat sikap orangtuaku yang sangat senang dengan lamaran keluarga Daniel. Memang sejak awal hubunganku dan Andrew, orangtuaku sama sekali tidak setuju. Aku tidak tahu, cacatnya Andrew di bagian mana hingga membuat orangtuaku tidak suka padanya.
Orangtuaku tidak pernah menunjukkan dengan jelas ketidaksukaan mereka pada Andrew, tapi mereka selalu mendorongku untuk mencari pengganti Andrew. Dan kedatangan keluarga kaya raya dan terkenal seperti Pak Dennis, membuat orangtuaku langsung tergiur dan menerima lamaran Daniel begitu saja tanpa memedulikan raut wajahku yang kecut seperti jeruk nipis saat itu. Bahkan sedikit pun Papa tidak bertanya akan jawabanku.
Tanpa sadar aku menghela napas berat mengingat kejadian itu.
"Ada apa?" tanya Andrew sekali lagi.
Aku hanya diam. Aku bingung bagaimana menjelaskan situasi ini pada Andrew. Rasanya berat sekali untuk mengatakan padanya kalau aku sudah dilamar oleh pria lain. Secara, aku juga belum rela untuk mengakhiri hubungan kami.
"Kenapa, Mel?" Andrew menoleh sekilas ke arahku. Ia meraih tangan kananku. Setelah itu, kembali fokus menatap jalan raya di depan.
Air mata tiba-tiba memenuhi pelupuk mataku. Aku menggeleng lesu dan kembali menarik napas panjang.
Rasanya semua ini sangat gila. Hanya karena aku dan Daniel kepergok sedang duduk berdua saat kantor sudah sepi, kami harus menikah. Padahal kami tidak berbuat apa-apa.
"Mel..."
Andrew meremas lembut jemariku. Aku menggeleng pelan dan tidak mau menoleh ke arahnya. Takut air mataku jatuh bila menatap wajahnya.
Aku merasa ini bagian tersulit dalam perjalanan hidupku. Aku tidak pernah merasa dilema seperti ini sebelumnya.
Ternyata keputusanku untuk menginjakkan kaki mungilku di 'Dennis Golden Company' adalah sebuah kesalahan besar. Dengan mudah mereka membuatku menjadi milik si playboy dalam waktu singkat.
Walau dadaku sering berdebar saat bertatapan mata dengan Daniel, atau saat berada di dekatnya, tapi sedikit pun tidak ada keinginan untuk menjadi pasangannya. Aku tahu pasti Daniel pria seperti apa. Dia playboy sejati. Bagaimana nasibku kelak bila sampai menikah dengannya? Pasti dia akan terus berpetualang, secara itulah yang dia senangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You [Tamat]
Romance[Sebagian part sudah di unpublish!] Camelia yang baru melamar pekerjaan di perusahaan Daniel, menolak saat bos muda yang terkenal playboy itu memberi syarat agar menjadi teman tidurnya jika ingin bekerja di perusahaannya. Dani...