🤍 02 🤍

210 19 0
                                    


Ini adalah tahun keempat mereka, tahun dimana nama mereka mulai dikenal dan diakui dunia.

Ini juga tahun dimana sosok Jimin yang polos dan penurut mulai dirubah oleh Yoongi, dimulai saat Jimin menyatakan perasaannya…

.
.

Hampir tengah malam.

Dorm sepi, sudah pada tidur.

Yoongi baru saja kembali dari studionya dan disambut oleh Jimin di ruang tengah.

“Yoongi hyung?”

“Jimin? Belum tidur?”

Yoongi sebenarnya adalah satu-satunya member yang dingin seperti es dan keras seperti batu, tapi beda pembawaanya kalau sama Jimin. Entahlah, mungkin Yoongi terbiasa ‘berlaku baik’ dengan Jimin sejak adanya YoonMin dalam kamus penggemarnya. Dalam grup, hanya Jimin yang tidak tahu seberapa berbahanya Min Yoongi dalam hal apapun; termasuk perasaan. Itu karena Yoongi terlihat begitu menyayangi Jimin, semua seolah enggan merusak momen mereka.

“Jimin nungguin Yoongi hyung.”

Yoongi masih berdiri, memperhatikan Jimin yang kini bangkit dari posisi duduknya. Jimin tumbuh semakin seksi di matanya, pipinya masih merona alami, wajahnya semakin mulus tanpa garis rahang tegas dan mata Yoongi tak lepas dari paha Jimin yang jelas terlihat karena Jimin sedang memakai celana pendeknya.

Oh. Bokong Jimin juga semakin menantang, Yoongi pernah sekali  modus mengelusnya, saat itu Yoongi cuma dihadiahi cubitan kecil dari Jimin dan pelototan seram si Jung Hoseok; Yoongi ketawa kalau mengingat reaksi para member, padahal Jimin fine aja.

Tubuh Yoongi memanas, tidak bisa untuk tidak berpikir kotor karena disuguhi Jimin malam-malam begini dan dalam kondisi sepi seperti ini.

Jimin diam saja menunggu reaksi Yoongi.

“Ke kamar aja, ayo.” Ajak Yoongi berlalu masuk ke dalam kamarnya, kamar mereka sudah terpisah satu sama lain, tapi bagi Jimin, kamar Yoongi sudah tak asing, sudah berkali-kali Jimin main atau ketiduran disana, beda dengan member lainnya yang enggan meski hanya untuk mengetuk pintu. Ya, seseram itu Min Yoongi dimata mereka.


Yoongi habis mandi. Dinginkan kepala, kasihan juga kalau Jimin sadar pikiran kotornya tadi. Yoongi hanya terbiasa bersikap baik kepada Jimin karena Jimin benar-benar pemuda manis dan polos dimatanya.

“Jadi… kenapa nungguin hyung?” Yoongi memulai.

Hyung… sebenarnya, Jimin suka sama hyung.”

Yoongi diam pandangi Jimin yang menunduk dalam.

“Jimin cuma, cuma mau bilang itu. Jimin, Jimin balik kamar dulu hyu—”

“Jiminie, bukannya tidak sopan bicara tanpa bertatap mata? Itu yang selalu kau bilang…”

Jimin mendongak untuk bertemu mata gelap Yoongi.

“M—maaf hyung,”

“Jadi kau—” Baper? Yoongi memotong ucapannya, sekedar memikirkan kata-kata yang tepat untuk bocah manis nan lugu dihadapannya.

Hyung tidak perlu memikirkan kata-kata Jimin barusan.”

Tidak perlu dipikirkan katanya? Tidak tahukah Jimin bahwa semingguan ini Yoongi mendapatkan laporan dari sebagian member tentang seberapa berbedanya Jimin hingga menjalani kegiatan selalu dengan lesu, apalagi kebiasaan cerewetnya yang menghilang membuat seluruh member khawatir, takut kalau-kalau Jimin punya masalah dalam keluarga atau baru saja menerima ujaran kebencian ‘lagi’ dari para haters. Jadi karena ini; Jimin memikirkan perasaannya, menggalaukan Min Yoongi. Yoongi salut Jimin mau bicara jujur.

“Jiminiehyung juga menyayangimu. Kau adik yang manis, hyung suka.”

Coba kita lihat bagaimana Jimin menanggapi respon Yoongi.

Jimin menunduk sebentar, kemudian mendongak menatap mata Yoongi lagi. Bola matanya bergerak nanar berhias air seperti kabut. Bukan suka seperti itu yang dimaksud Jimin.

Hyung… bukankah selama ini, hyung sangat baik dan perhatian pada Jimin itu karena hyung sayang pada Jimin, bukan sayang sebagai adik tapi sayang seperti Namjoon hyung sayang kepada Jin hyung.”

Fyi, Namjoon dan Jin telah berpacaran setahun yang lalu.

“Kau berpikir begitu?” Yoongi masih tak beri ekspresi berarti, membuat Jimin semakin gugup tapi takut untuk menunduk. Tatapan Yoongi tajam namun menuntut untuk tidak melepaskan atensi.

Jimin hanya mengangguk pelan.

Inginnya Yoongi mengumpat, bilang bahwa seandainya saja Jimin berlaku lebih berani; binal di hadapannya sedari dulu mungkin sudah sedari lama Yoongi habisi sisi perawan Jimin.

Tapi tidak, Jimin bisa mati berdiri melihat sosok aslinya.

“Jiminie… kau benar-benar tahu perasaanmu?”

“...”

Yoongi duduk mendekati Jimin, meraih tangan mungil Jimin, dielusnya perlahan dengan jemari kasarnya. “Kau adik manis yang hyung suka. Tapi untuk menjadi suka seperti apa yang kau pikirkan, hyung belum bisa membalas apa-apa.” Kecuali kau mau ku sentuh dan kucabuli seperti kebiasaanku terhadap jalang-jalang yang selama ini aku beli. Lanjut Yoongi dalam kepalanya yang sedang menyusun kalimat manis.

Sisi ini yang Yoongi dan para member lain jaga dari pandangan Jimin. Bagi yang lain, Yoongi yang sedang suntuk dan pergi tiba-tiba, pulang di pagi hari, itu pasti untuk melampiaskan nafsunya, entah menyewa jalang atau bersama fwb-nya. Min Yoongi dan pikiran mesumnya memang sedari dulu tidak bisa dihilangkan; sekali melihat, member lain pun tahu kalau terkadang Yoongi pergi juga saat ia sedang mupeng sama Jimin; tapi Jimin bahkan tidak sadar itu. Ini yang disalah artikan para member, mereka berpikir Yoongi memang benar suka Jimin dan tak mau merusak Jimin.

“Ya. Tidak apa-apa hyung…”

Lelehan air itu menetes sekali lalu Jimin seka dengan cepat, tak mau dianggap cengeng, Jimin tahu hyung kesayangannya ini tidak suka orang yang cengeng.

“Tapi hyung akan berikan kau sedikit pengertian tentang bagaimana hubungan ‘suka’ menurut hyung yang mungkin kau belum tahu.”

“Apa yang Jiminie belum tahu?”

“Jiminie, hyung lelaki dewasa, hyung juga yakin kau akan mengerti apa yang hyung katakan. Berhubungan dengan orang sepertiku bukan hanya tentang membalas rasa suka, tapi juga dengan cara menerapkan afeksi itu dalam sentuhan fisik—”
Yoongi diam sejenak, melihat wajah serius Jimin dan menyentuh bibir plum Jimin dengan hati-hati.
“ —bukan hanya pelukan tapi ciuman, juga seks”

Yoongi yakin Jimin akan mundur, entah karena pandangannya yang berbeda mengenai sosok Min Yoongi atau karena takut dengan hal tabu yang baru saja Yoongi katakan.

Lima detik Jimin terdiam dengan ibu jari Yoongi masih menyusuri bibirnya. Itu sentuhan pertama Yoongi di bibir Jimin, jemari kasar itu menekan bibir tapi tekanan itu malah tepat mengenai jantungnya.

Apakah ini yang Jimin inginkan? Hubungan seperti ini yang Jimin inginkan dengan Yoongi hyung-nya?

Perjalanan [YoonMin 21]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang