Chapter 5 (Pride) - Kembali Ke Awal???

9 2 0
                                    

Path of Pride : "A Path Without Helping Hands"

Kegelapan yang pekat menyelimuti pikirannya sebelum akhirnya Liora membuka matanya dengan rasa sesak di dadanya. Ketika penglihatannya perlahan-lahan kembali fokus, dia mendapati dirinya berada di dalam kereta yang sudah kosong, hanya ditemani oleh ke-12 temannya yang terbangun dalam kebingungan. Ia merasakan sesuatu yang familiar-ia berada tepat di saat yang sama ketika mereka pertama kali terbangun setelah tidur misterius mereka. Namun, kali ini, semuanya terasa berbeda.

Dia merasa kepalanya berat, dan setiap detil dari kereta yang berhenti di tengah kegelapan malam itu membuatnya merinding. Dia merasakan dada Lukas yang bergetar saat memanggil namanya berulang kali, tetapi suaranya terdengar jauh, seolah-olah melalui lapisan kabut tebal yang memisahkan mereka. Liora masih berada di pangkuannya, sama seperti sebelumnya, namun kali ini, ada kebingungan yang nyata di wajahnya. Tangannya sedikit gemetar saat ia mencoba menyentuh kursi di sampingnya, memastikan bahwa semua ini bukan mimpi yang lain.

"Apa yang... terjadi...?" bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada orang lain. Kilasan-kilasan ingatan dari kehidupannya sebelumnya mulai menari di pikirannya-ingatan tentang Lukas yang berubah menjadi sosok tak dikenali, tentang pertempuran mereka yang berdarah-darah, dan tentang kejatuhan mereka semua ke dalam keputusasaan yang tak terhindarkan.

"Liora! Hei, Liora, kau baik-baik saja?" Lukas menepuk pundaknya dengan lembut, suaranya terdengar cemas. Namun, Liora terlalu tenggelam dalam pikirannya untuk benar-benar menyadarinya. Rasa takut dan kebingungan yang bercampur membuat dadanya semakin sesak. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat-semua ini tidak mungkin nyata, bukan? Ia sudah melalui semua ini... atau belum?

Di sekeliling mereka, ke-11 teman lainnya juga menunjukkan ekspresi kebingungan yang sama seperti sebelumnya. Mereka semua mencoba mencari tahu apa yang terjadi, berbicara satu sama lain dengan nada panik dan cemas. Liora mendengar sebagian percakapan itu, tetapi tidak benar-benar memahami artinya. Pikirannya terus berputar, mencoba merangkai potongan-potongan ingatan yang serasa pecah.

Tiba-tiba, suara berat yang menggelegar memenuhi kereta. Suara itu datang dari kegelapan, sama seperti yang diingat Liora. "Selamat datang, wahai para peserta yang terpilih..."

Liora merasakan hawa dingin menyelimuti dirinya saat suara itu bergema di seluruh gerbong kereta yang sepi. Dia menegang, tubuhnya merespons dengan ketidaknyamanan yang memuncak saat Avatar of Evil muncul kembali, menyatakan kehadirannya dengan cara yang begitu mirip dengan yang pernah dia alami. Avatar of Evil, dengan nada suaranya yang dingin dan sinis, mulai menjelaskan kembali tentang **Festival of Ascension**, bagaimana mereka harus saling bertarung hingga hanya satu yang tersisa.

Setiap kata yang meluncur dari mulut sosok itu seperti pisau yang menusuk dalam ke pikiran Liora. Dia tahu setiap detail dari ucapan itu, dia tahu apa yang akan dikatakan, dan dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi mengapa dia bisa mengingatnya? Mengapa dia kembali ke momen ini?

Avatar of Evil akhirnya menghilang, meninggalkan suasana hening yang terasa menyesakkan. Di saat yang sama, ingatan-ingatan dari kehidupan sebelumnya mulai menghantam Liora dengan kekuatan yang brutal-bayangan Lukas yang penuh darah, teriakan teman-temannya yang terbunuh satu per satu, rasa sakit dan ketakutan yang dia alami. Semua itu muncul dalam kepalanya sekaligus, seolah-olah pikirannya tidak sanggup menampungnya lagi.

Rasa mual tiba-tiba menyerang perutnya, dan Liora tidak bisa menahan diri. Dia jatuh berlutut dan muntah di lantai kereta, terengah-engah, wajahnya pucat pasi. Lukas yang berdiri di dekatnya tampak semakin khawatir, tangannya gemetar saat mencoba memegang bahu Liora, berusaha membantu. "Liora! Hei, lihat aku! Apa yang terjadi?!"

Namun, Liora bahkan tidak sanggup menjawabnya. Dia menggigil hebat, tubuhnya terasa dingin, dan pandangannya semakin kabur. Rasa sakit di dadanya semakin menjadi-jadi, dan sebelum dia bisa mengumpulkan kembali kesadarannya, kegelapan kembali menyelimutinya. Liora pingsan di depan Lukas yang tidak tahu harus berbuat apa, meninggalkan rasa ketakutan dan kebingungan yang menguasai hati mereka semua di kereta yang hening itu.

Festival of AscencionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang