Chapter 2 - Teman Baru
Kereta berhenti perlahan di stasiun kecil yang terlupakan, dikelilingi oleh kabut tebal yang menyelimuti suasana malam. Lampu-lampu di peron berkedip redup, memberi kesan suram dan misterius. Stasiun ini tampak sepi, jauh dari keramaian kota, hanya beberapa bangunan tua yang berdiri di sekitarnya.
Liora dan Lukas mengintip keluar dari jendela, memperhatikan bagaimana penumpang-penumpang baru naik ke dalam kereta. Beberapa di antaranya tampak membawa koper besar, sementara yang lain hanya membawa ransel kecil. Meski suasana dingin di luar mulai merasuk, ada kehangatan dari percakapan ringan di dalam gerbong.
“Sepertinya kita punya beberapa teman baru,” gumam Lukas dengan nada ingin tahu, memerhatikan orang-orang yang naik.
Salah satu dari mereka adalah seorang gadis muda dengan rambut pirang yang disisir rapi, mengenakan pakaian sederhana tapi rapi. Di sebelahnya, seorang pria dengan pakaian jas hitam dan kacamata bulat tampak membantunya menaikkan koper. Mereka berdua tampak akrab, seperti sudah lama saling mengenal.
Gadis itu, yang berusia sekitar enam belas tahun, menoleh ke arah Liora dan Lukas saat melewati kursi mereka. Dia tersenyum kecil. “Hai, maaf mengganggu. Kalian tahu apakah ada tempat kosong di gerbong ini?” suaranya lembut tapi penuh semangat.
Liora menatap Lukas sejenak sebelum menjawab, “Ya, ada beberapa kursi kosong di dekat sana.” Dia menunjuk ke arah kursi di depan mereka.
“Terima kasih banyak!” balas gadis itu dengan ramah. “Oh, namaku Isabelle Fischer, dan ini Leonard Von Braun. Kami dalam perjalanan menuju desa Eldergrove.”
Leonard, pria di samping Isabelle, mengangguk sopan kepada mereka. “Senang bertemu dengan kalian. Aku bekerja sebagai penyelidik, dan Isabelle adalah temanku. Perjalanan ini mungkin agak panjang, jadi semoga kita bisa berteman baik.”
Lukas tersenyum menanggapi. “Lukas, dan ini Liora. Kami juga dalam perjalanan panjang ini. Semoga perjalanannya menyenangkan.”
Isabelle dan Leonard akhirnya duduk di kursi kosong dekat mereka, dan suasana di dalam gerbong kembali tenang. Namun, beberapa saat kemudian, pintu gerbong terbuka lagi, menambah keramaian di malam yang dingin itu.
Seorang pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun dengan rambut yang sudah mulai memutih memasuki gerbong. Dia mengenakan mantel panjang dan membawa tas yang tampak berat. Di belakangnya, seorang wanita muda dengan rambut panjang dan gaun sederhana mengikutinya, tampak sedikit canggung berada di antara keramaian. Mereka segera menarik perhatian Liora dan Lukas, yang penasaran dengan latar belakang mereka.
Pria itu tersenyum ramah saat melihat mereka. “Selamat malam, teman-teman. Apakah kami boleh duduk di sini?”
“Tentu saja, ada banyak tempat kosong di sini,” jawab Lukas dengan sopan. “Namaku Lukas, dan ini Liora.”
Pria itu mengangguk. “Namaku Otto Schneider, dan ini Anneliese Müller, teman perjalananku. Kami punya beberapa urusan yang harus diselesaikan di desa Eldergrove.” Otto tampak ramah, meski ada sedikit kelelahan di wajahnya.
Anneliese hanya tersenyum tipis sambil melirik ke arah jendela, tampak ragu untuk bergabung dalam percakapan. Namun, Liora mencoba membuatnya lebih nyaman. “Senang bertemu denganmu, Anneliese. Apakah ini pertama kalinya kau naik kereta sejauh ini?”
Anneliese mengangguk pelan, suaranya hampir berbisik. “Iya... Aku tidak terlalu sering bepergian jauh. Tapi Otto bilang ini penting, jadi aku ikut dengannya.”
Isabelle, yang mendengar percakapan itu, tiba-tiba ikut bergabung. “Kalau begitu kita punya kesamaan, Anneliese. Aku juga tidak terbiasa bepergian sejauh ini. Tapi terkadang, perubahan suasana bisa membawa hal-hal baru yang tak terduga, bukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Festival of Ascencion
Misteri / ThrillerDalam perjalanan pulang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ibunya yang baru meninggal, Liora, seorang gadis muda dari keluarga pengguna sihir dan 13 orang lainnya terpilih menjadi kandidat dewa, mereka terjebak didalam sebuah tragedi yang...