Path of Pride : "A Path Without Helping Hands"
Setelah keputusan untuk menunggu hingga pagi disepakati, suasana di dalam kereta mulai sedikit mereda dari ketegangan sebelumnya. Meskipun rasa cemas masih terasa menggantung di udara, beberapa orang mulai berusaha mengalihkan pikiran mereka. Percakapan-percakapan kecil mulai muncul di antara mereka, mencoba menciptakan suasana yang lebih tenang dan akrab, seolah berusaha menghilangkan bayang-bayang suram yang baru saja mereka hadapi.
Elena duduk bersama Anneliese dan Isabelle di dekat Liora, mencoba mencairkan suasana. Mereka membicarakan berbagai hal-mulai dari kebiasaan sehari-hari hingga hal-hal yang lebih ringan seperti kenangan masa kecil mereka-semua itu demi mengalihkan pikiran dari keadaan yang mencekam. Isabelle, yang biasanya lebih sinis, kali ini tampak mencoba ikut dalam percakapan dengan sikap yang sedikit lebih lembut, meskipun ada sesekali dia menyisipkan komentar tajam khas dirinya.
Di sisi lain, Liora yang masih berusaha menenangkan dirinya juga mencoba bergabung dalam percakapan tersebut, meski pikirannya terus teralihkan. Dia berusaha merespons dengan senyum lemah, mencoba membaur dalam obrolan mereka. Namun, di balik percakapan itu, pikirannya berputar tanpa henti, memikirkan apa yang telah terjadi dan apa yang seharusnya ia lakukan selanjutnya.
*Bagaimana aku bisa menghentikan tragedi itu?* pikir Liora sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela kereta yang gelap gulita. *Di kehidupan sebelumnya, semua ini berakhir dengan kehancuran...* Kenangan-kenangan dari kehidupan sebelumnya masih menghantui pikirannya, membuat dadanya terasa sesak. Di tengah kebingungannya, dia mencoba mengingat detail-detail kecil, berharap menemukan celah yang bisa dia gunakan untuk mengubah nasib mereka semua.
Namun, tiba-tiba, Lukas datang mendekat dan menyela percakapan mereka. "Maaf, bolehkah aku bicara sebentar dengan Liora... berdua?" tanyanya dengan raut wajah serius, membuat percakapan mereka terputus begitu saja.
Isabelle mendengus, merasa kesal karena Lukas memotong obrolan tersebut. "Hei, kau tidak bisa seenaknya memotong begitu saja," gumamnya dengan nada tidak senang.
Namun, Elena dan Anneliese segera menyadari maksud Lukas. Mereka saling berpandangan sebelum tersenyum kecil, lalu memegang pundak Isabelle dari kedua sisi. "Sudahlah, Isabelle," kata Elena sambil tersenyum menggoda. "Sebaiknya kita berikan mereka waktu berduaan. Jangan mengganggu, ya?"
Anneliese mengangguk sambil tersenyum lebar. "Iya, biarkan saja mereka. Ini momen penting untuk mereka berdua."
Isabelle mengerutkan kening, tampak bingung dengan komentar keduanya. "Apa maksud kalian? Aku tidak..." Namun, sebelum dia bisa melanjutkan protesnya, Elena dan Anneliese menariknya pergi, meninggalkan Lukas dan Liora di sana.
Lukas menghela napas panjang, kemudian menatap Liora dengan tatapan yang serius namun lembut. "Ayo, ikut aku. Kita bicara di gerbong sebelah," ujarnya sambil mengangguk ke arah pintu gerbong yang terhubung dengan gerbong di sebelahnya. Liora tidak menolak, hanya mengikuti langkahnya dengan pelan. Pikirannya masih berat oleh bayangan masa lalu yang belum bisa ia uraikan.
Mereka sampai di gerbong yang lebih sepi. Hanya bunyi derak kereta yang menjadi latar belakang percakapan mereka. Lukas memandang Liora dengan sorot mata penuh kecemasan. "Liora... aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Dari kita semua," katanya pelan namun tegas. "Tolong, ceritakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
Liora hanya menunduk, menggigit bibirnya dengan cemas. Tangannya gemetar, dan ia tidak mampu menemukan kata-kata untuk menjawab pertanyaan itu. Semua rasa sakit dan trauma dari ingatan masa lalunya terasa terlalu berat untuk diungkapkan.
Lukas, yang tidak mendapatkan respons, mengerutkan keningnya dan mencoba lagi. "Kau tahu aku hanya ingin membantumu, kan? Apa pun yang kau alami, kita bisa menghadapinya bersama. Aku... aku ingin menjadi kekuatan untukmu, Liora. Aku ingin menanggung beban itu bersamamu, seperti yang selalu kulakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Festival of Ascencion
Misterio / SuspensoDalam perjalanan pulang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ibunya yang baru meninggal, Liora, seorang gadis muda dari keluarga pengguna sihir dan 13 orang lainnya terpilih menjadi kandidat dewa, mereka terjebak didalam sebuah tragedi yang...