Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa,kekerasan,dll yang mengandung ke trauma'an.
Tidak dianjurkan untuk dibawah umur 18+
Harap untuk tak membawa cerita dalam dunia nyata kehidupan pribadi artis, cerita ini hanyalah fiksi ide sang author
Dan cerita ini pure ide dari author sendiri, jika ada kemiripan dengan cerita lain maka hal tersebut hanya kebetulan.
Enjoy for my book!
. . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Ini terjadi begitu tiba-tiba..
"KAU GILA?!!"
"....Woona-yaa tenangkan dirimu,"
"BAGAIMANA AKU BISA TENANG DISITUASI SEPERTI INI?!"
Siang terik ini membuat suasana begitu panas, perkumpulan kawan-kawan mereka dimana sebuah kantor sekolah menjadi ramai perhatian para siswa siswi yang lewat akan aksi wanita berambut ikal mencengkram kerah kemeja kepala sekolah.
Woona, Kiyya, Poh, Bo-eum, Ying-yuk, dan Jeno mereka mengepung isi kantor sekolah dimana tempat Renjun mengajar sebagai guru matematika.
"YAAKK PAK TUA!!" Teriakan Woona memekikkan telinga hingga beberapa guru disana mundur karena takut. sedangkan kepala sekolah berjengit dan terkunci oleh cengkraman kuat pada kerah bajunya. Woona benar benar wanita berotot.
"Kau! APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?!"
"Sa...sa..saya benar benar tidak melakukan apapun, selama mengajar disini Tuan Renjun benar benar kami beri kenyamanan selama bekerja,"
"Itu benar, Woona-shii." Seorang wanita paruh baya memberanikan diri untuk maju menghadapi situasi.
Woona memutar separuh badannya, "Bagaimana kau tau namaku?"
"Renjun-shii, sering menceritakan tentang anda, perkenalkan saya Yon-Yeonsu." Yeonsu berdeham, "Apa yang dikatakan kepala sekolah, itu benar. Selama kami semua mengajar disini, kepala sekolah tentu memberikan yang terbaik untuk guru dan para murid sekalian termasuk Tuan Renjun tentunya. Dan mengenai ketidakhadiran Tuan Renjun selama seminggu ini kami benar benar tak mengetahuinya,"
"Lalu kalian selama ini diam saja?"
Yeonsu menggeleng "Kami sudah mencoba menghubungi, sekaligus mengunjungi tempat tinggalnya namun nihil, keberadaan Tuan Renjun tidak ditemukan sama sekali,"
"Kita harus membuat laporan pada polisi," Bo-eum melipat kedua tangannya didepan dada. Tinggi badan yang menjulang membuat seisi kantor sedikit bergidik seperti monster berada ditengah tengah ruangan.