Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa,kekerasan,dll yang mengandung ke trauma'an.
Tidak dianjurkan untuk dibawah umur 18+
Harap untuk tak membawa cerita dalam dunia nyata kehidupan pribadi artis, cerita ini hanyalah fiksi ide sang author
Dan cerita ini pure ide dari author sendiri, jika ada kemiripan dengan cerita lain maka hal tersebut hanya kebetulan.
Enjoy for my book!
. . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
"Kau begitu percaya pada nya?"
Menjelang malam disambut dengan sebotol soju, seperti biasa berkumpul di apartemen Woona tanpa Renjun kali ini. Mereka hanya menikmati minuman dengan sedikit obrolan basa basi yang dimulai oleh salah satunya, hilangnya Renjun diantara mereka membuat suasana begitu canggung dan sunyi. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing, termasuk Woona yang sudah terlihat begitu berantakan. Dia menjadi sosok yang seperti kehilangan seseorang begitu berharga daripada isi dunia ini.
"Jika begini terus,kita tak akan menemukan apa pun," Poh menghela nafas berat ia turut andil dan betapa frustasinya mencari informasi tentang hilangnya Renjun. Bahkan dirinya rela mencari nomor telepon keluarga si cantik itu namun kiyya menghentikannya dengan mengatakan "Jangan hubungi keluarganya dulu, masalah akan jauh lebih besar,"
Mengingat Renjun pernah mengatakan jika sesuatu terjadi padanya alangkah lebih baik tidak perlu menghubungi keluarga nya yang berada di Tiongkok, ia tak mau membuat sang ibunda sudah perjalanan tua jauh lebih khawatir dan berakhir jatuh sakit.
"Apa polisi memiliki pencerahan?" Kiyya bertanya, dan Yingyuk pun menggeleng.
"Woona angkat kepalamu," Bo-eum berujar tegas. Melihat penampilan Woona yang begitu kacau, botol soju berada di genggamannya dengan posisi badan membungkuk begitu dalam.
Mendengar hal itu tertuju untuk nya pun ia bangkit sembari melirik sekelilingnya yang ternyata sudah menatap nya secara bersamaan dengan tatapan yang berbeda beda arti.
"Ah maaf, aku begitu lemah ya?"
Bo-eum memberikan sebotol air putih menjauhkan botol soju dari jangkauan wanita itu menghindari kemabukan berat.
"Aku...merasa begitu kehilangan.." Woona mulai berbicara dan sepasang kuping pun masing masing mendengarkan dengan khidmat.
"Kalian mungkin tidak mengerti perasaanku, ya aku tau bersama kalian begitu membahagiakan.. namun Renjun berbeda," ia mulai menitikkan air mata.