Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa,kekerasan,dll yang mengandung ke trauma'an.
Tidak dianjurkan untuk dibawah umur 18+
Harap untuk tak membawa cerita dalam dunia nyata kehidupan pribadi artis, cerita ini hanyalah fiksi ide sang author
Dan cerita ini pure ide dari author sendiri, jika ada kemiripan dengan cerita lain maka hal tersebut hanya kebetulan.
Enjoy for my book!
. . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Selama masa hari pertama bekerja, setelah sekian lama masa cuti yang begitu panjang, justru dirinya dilandasi keadaan begitu berat. Melihat junior sekaligus rekannya terkapar pingsan di atas ranjang rumah sakit tak mungkin tidak membuat hatinya gundah. Jisung pingsan selama seharian penuh dan diwaktu itu juga Jaemin memanfaatkan waktu untuk menyelidiki kasus bersama rekan lainnya. Dia menemui kepala kepolisian, Seo Young-Ho. membicarakan tentang obat bius yang dia temukan. Menempatkan dengan cepat kasus ini adalah kasus penculikan.
Huang Renjun ditetapkan sebagai korban penculikan bukan orang hilang lagi. Awalnya Jaemin ingin menginterogasi teman-teman yang bersangkut paut dengan Renjun namun setelah dipikir lagi dirinya tak perlu melakukan hal itu dan dia memutuskan untuk merahasiakan bahwa Renjun sebenarnya diculik.
"Kenapa kau melakukan itu?"
Jaemin menoleh, kedai roti panggang menjadi tempat peristirahatannya bersama Young-Ho "kenapa? Mmm..jika pelaku berada diantara mereka, bisa saja dia melakukan sesuatu lebih jauh untuk menghilangkan jejak? Itu akan lebih merepotkan. Jadi aku akan melakukan penyelidikan secara diam diam."
"Sidik jari?" Pertanyaan Young-Ho mengarah pada botol parfum atau obat bius yang beberapa jam lalu Jaemin temukan diapartemen Renjun.
Jaemin pun menggeleng "tidak terdeteksi, masih dalam pemeriksaan lebih lanjut,"
"Aku akan menghubungi seseorang, untuk ikut serta melakukan penyelidikan bersama mu," penyampaian Young-Ho diberi anggukan setuju oleh Jaemin. Mereka menghabiskan 30 menit untuk beristirahat. Cuaca sudah mulai dingin dan gelap tetapi Jaemin adalah pria gigih dengan pakaian tipis nya. Dia pun mengambil ponsel dikantong menampilkan nomor yang dikenal tertera disana bunyi deringan mengalihkan perhatian kepala kepolisian yang ikut menyimak saat Jaemin mengangkat telpon tersebut.
Dreekk!!
Kepala kepolisian memandang nya bingung kala Jaemin berdiri dengan wajah panik. Ia bergergas pergi dari sana setelah suara lewat telepon memberi tahu hingga membuat Jaemin pergi secepat kilat, untungnya Young-Ho sempat meneriaki Jaemin yang masih belum jauh dari mobilnya.