AS : 04

82 7 0
                                    

Malam harinya.

Kini hari sudah malam, matahari mulai bersembunyi dan rembulan datang. Suasana sunyi malam yang menenangkan dan hembusan angin yang berhembus lembut membuat suasana menjadi tenang. Langit malam yang dihiasi jutaan bahkan miliaran rembulan nampak sangat menakjubkan. Ciptaan Tuhan memang tidak pernah mengecewakan, semua terlihat sempurna hingga membuat orang orang terpana.

Laura dan Dirga kini tengah berada dibalkon kamar mereka, duduk berdua di sofa yang sengaja mereka letakkan disana. Laura duduk sembari bersandar ke bahu suaminya, Dirga sendiri mengusap kepala istrinya. Mereka sengaja menghabiskan waktu malam ini, menumpahkan segala kerinduan yang telah mereka pendam selama Dirga berada diluar kota yang membuat mereka hanya bisa mengobrol melalui telepon saja.

"Malam ini terasa begitu hangat, padahal angin malam selalu berhembusan" ujar Laura. Dirga tersenyum dan mengecup pucuk kepala istri tercintanya itu.

"Karna kau berada dipelukanku, aku rasa jika kita berada di kutub sekalipun akan terasa hangat jika saling berpelukan. Apa ucapanku benar sayang? " sahut Dirga. Laura mendongak dan menatap Dirga yang tersenyum, membuat kadar ketampanan pada wajah yang awet muda itu bertambah.

"Tidak seperti itu juga! "

Dirga terkekeh melihat jawaban istrinya. Ia menyamankan posisinya dan Laura, membuat Laura berada didalam rengkuhannya.

"Tidak terasa ya, ketiga putri kita sekarang sudah dewasa. Mereka sudah mulai menemukan dunia mereka sendiri, mereka bukan anak kecil yang selalu merengek kepada kita" ujar Dirga, tatapannya lurus menatap rembulan. Laura mengikuti pandangan suaminya dan tersenyum. Ia langsung menatap Dirga.

"Kamu benar suamiku. Mereka bukan lagi tiga gadis kecil yang polos dan lugu. Mereka sudah dewasa, sudah tau mana yang benar dan salah" sahut Laura. Dirga teringat beberapa moment bersama ketiga putrinya.

"Tidak ada lagi Mentari yang selalu mengeluh tentang kenakalan adiknya, tak ada lagi Virgo yang penasaran dengan segala hal, dan tak ada lagi Venus yang selalu membuat pusing. Ehm, ku rasa Venus masih sampai sekarang" Laura terkekeh mendengar penuturan suaminya. Kedua putrinya memang berubah, namun tidak dengan Venus. Gadis itu masih suka membuat orang tuanya pusing dan kerap kali mengelus dada karna tingkahnya.

"Ketiga putriku sudah dewasa dan sudah berkuliah, semua tidak terasa berlalu dengan cepat. M-mungkin besok aku akan sadar jika satu persatu dari mereka akan menikah" ujar Dirga dan tiba tiba air matanya mulai turun. Laura yang melihat suaminya menangis segera mengubah posisi, ia duduk dengan tegap dan memeluk Dirga. Ia berusaha menenangkan suaminya yang nampaknya terbawa suasana.

"Astaga, kenapa kamu menangis sayang. Inilah yang dirasakan orang tua, tanpa mereka sadari anak anak mereka mulai tumbuh" ujar Laura sembari mengusap air mata Dirga.

***

Di tempat yang berbeda

Jika Dirga dan Laura berada di balkon, maka ketiga putrinya berada di teras depan. Mereka sedang mengobrol ria, hal ini sudah jarang mereka lakukan semenjak masuk ke kehidupan mahasiswa. Mereka terkadang disibukkan dengan tugas kuliah.

"Lo tau ga sih, tadi ada cewek kayaknya seumuran kak Mentari. Dia sama geng nya ngedatengin gue cuman mau bilang apa? Bilang kalau lo jangan sok berkuasa soalnya lo ngambil tempat duduk mereka" ujar Virgo menceritakan kejadian yang dia alami. Mentari dan Venus yang mendengar itu tertawa.

"Pasti si Yura kan?! Dia emang gitu, kalau kita ada masalah kecil aja sama dia langsung di labrak" sahut Mentari. Virgo juga ikut tertawa mendengarnya.

"Lu pada tau? Dia juga pernah datengin gua cuman karna apa? Dikiranya gua caper sama cowoknya yang kayak boti gitu. Dih, mending bebeb Bara kalau kata gua" ujar Venus dengan wajah julidnya. Ia masih ingat ketika Yuka dan gengnya mendatangi Venus hanya untuk mengatakan jangan caper sama pacarnya. Siapa juga yang mau caper, selera Venus bukan yang lembek gitu.

"Yeuu masih bawa bawa om Bara lo, inget Venus. Lo sama om Bara itu jaraknya jauh" celetuk Virgo. Venus melirik sinis.

"Bodo amat, umur itu cuman angka. Demi bebeb Bara yang imut gua siap buat berjuang"

TBC

Yah Vote nya sepi banget. Apa kurang menarik yak? Btw, tebak tebakan. Chapter berikutnya kayak gimana hayo?

Jangan lupa vote and share

See you

Amordan SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang