⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ⚠️
❗ VOTE & KOMEN❗
Yuk baca sinopsisnya dulu...
"Cinta itu obat dari segala penyakit bagi mereka yang percaya" - Risa Anesta
"Cinta itu tak harus dimiliki dan tak semua perpisahan dapat dijelaskan" - Raka Pramesta
.
.
.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
....... 💝🍂☘️🍂☘️💝
"Terkadang, kita cuma perlu hal-hal sederhana untuk menyembuhkan diri" - Alan Sebastian - . . .
Sesuai dengan rencananya, setelah pulang dari toko buku Risa langsung pulang ke apartemennya. Segera membersihkan diri, lalu duduk berhadapan dengan laptop serta kertas-kertas yang kini mengelilinginya. Kertas-kertas itu adalah ide konsep cerita yang akan dipublikasikan ke akun wattpadnya.
Jarinya menari bebas di atas keyboard, mengembangkan ide konsep yang telah dibuat. Menuangkan kata demi kata yang terlintas dipikirannya, hingga terbentuk subuah tulisan karya sastra. Ditemani secangkir teh hangat dan beberapa cemilan mampu membuatnya merasa semakin bersemangat.
Malam ini hujan kembali mengalun, bulir air itu meluncur deras membasahi bumi sejak dirinya sampai di apartemen. Setiap tetesnya jatuh di luar jendela, menggema di seluruh kota. Diiringi daun yang bergoyang seirama mengikuti tiupan angin.
Senyum Risa merekah, menatap layar laptop di depannya. "Akhirnya sudah sampai di bab pertengahan," ucapnya.
Risa berdiri, membersihkan kertas-kertas konsep yang berceceran. Mengembalikan semuanya pada tempat semestinya. Sebelum akhirnya berdiri menatap hujan lewat jendela kamarnya. Menikmati hujan malam ini bersama selimut tebal yang menempel ditubuh mungilnya.
Hujan mengingatkan Risa pada Raka. Tanpa diundang memori tentang Raka berputar di kepalanya. Risa memejamkan matanya sejenak, lalu menempelkan telapak tangannya pada jendela. Merasa seolah Raka hadir di luar jendela, melakukan hal yang sama. Hingga suara gemuruh petir di luar sana menyadarkannya
Risa menatap langit, "Hari ini aku bertemu dengan seseorang, seorang pelukis yang membuatku terinspirasi untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Namanya Alan. Dia memberiku kartu namanya. Aku bingung untuk datang atau tidak. Menurutmu bagaimana?" tanya Risa seolah Raka hadir menemaninya.
🍒🍒🍒
"Huftt akhirnya sampai juga," ucap Risa dengan nafas tersengal-sengal.
Rasanya Risa ingin memaki dirinya sendiri. Hari ini Ia menobatkan sebagai hari tersial. Pasalnya kali ini dirinya bangun kesiangan, ban mobil bocor diperjalanan, dan ponsel yang mati karena lupa tidak di charger. Alhasil dirinya naik angkutan umum yang penuh sesak. Belum lagi angkutan umum yang ditumpanginya terhimpit diantara kendaraan. Lengkap sudah penderitaannya.
Risa berjalan memasuki kelas dan menghampiri Sella selaku teman sekelasnya yang sudah duduk manis di bangkunya. "Sel, dosen belum dateng?" tanyanya.
Sellaa menoleh, "Belum dateng. Eh bentar kamu baru dateng?" tanya Sella.