bab 80

4.3K 608 40
                                    


   Sabtu pagi ini Chanyeol sudah bersiap karena hari ini juga perban di kaki putranya akan di lepas ke rumah sakit dan Renjun juga sudah sedikit bisa berjalan lagi walau sesekali akan mengeluh sakit.

  Sekalin juga dia akan mengantarkan Jisung ke sanggar tari setelahnya.

"Minumnya segini cukup gak kalau kurang bawa dua botol, mama bawain bekal juga ya mama buat kimbab tadi, Injun sayang sudah habis itu nak, sini mama tambahin" Wendy langsung mengambil piring Renjun yang sudah habis namun anak itu tetap memakan sisa nasi yang terisa bahkan bisa di hitung.

"Ini ya sayang, pinternya anak mama, makannya banyak" Wendy menyerahkan kembali piring yang sudah dia isi kembali dengan nasi dan lauk.

"Bawa botol satu aja ma, yang sedikit besar, em harus bawa bekal kah, kan hanya 4 sampai 5 jam kan?" Ujarnya membuat Wendy langsung mengangguk.

"Harus dong nak, kan nanti pasti ada jam istirahatnya, tenaga kamu juga pasti habis kan setelah nari nari, anggap itu cemilan hm, udah ya pokoknya kamu gak usah protes, Chanyeol bantuin anaknya itu suwirin ayam nya" sepertinya hanya Wendy yang terlihat sangat sibuk pagi ini.

  Sedangkan yang lain makan dengan tenang kecuali Renjun pasti yang masih sedikit berantakan.

"Hahaha susah ya sayang" Chanyeol mengambil ayan kecap di piring putranya dan menyuwirnya menjadi kecil kecil agar putranya mudah untuk memakannya.

"Cucah pa, panash" ujar Renjun menunggu papanya selesai dengan ayamnya.

"Iya iya ini papa tiupin sekalian" ujar Chanyeol.

"Pa, Chenle jadi ikut kan, kasian Jisung nanti sendirian" Chenle menatap papanya sejenak.

"Gak ada ya, kan papa udah gak ngijinin semalam" gumam Chanyeol membuat Chenle langsung cemberut.

"PAPA AYAM JUN!" pekiknya membuat mereka langsung menatap ke arah Renjun dan sang papa.

  Chanyeol sendiri langsung tersadar bukannya tadi dia menyuwiri ayam anaknya tapi malah dia cemilin hingga abis.

"Waduh, maaf papa minta maaf hm papa lupa" paniknya apalagi melihat putranya yang sudah menunduk lihat saja sebentar lagi pasti putranya akan menangis.

  Wendy sendiri sudah menatap tajam suaminya yang bukannya memberikan anaknya lauk malah di makan sendiri.

"Hiks Jun malah" lirihnya dengan tangan gempalnya yang mengambil piringnya yang hanya berisi nasi dan sayur, padahal dia sudah menunggu sedari tadi.

  Renjun masih lapar tapi papanya mengambil ayamnya.

  Renjun kini membawa piringnya dengan pelan dia duduk di lantai bersama moca moci yang juga sedang makan.

"Hiks Jun malah, papa ambil ayam Jun hiks" gumamnya bahkan suara isakan lirih mulai terdengar. 

   Mereka semua melihat bahu Renjun yang mulai bergetar karena menangis.

  Sedangkan mereka sendiri bingung mau bereaksi seperti apa, ini sungguh lucu dengan Renjun yang menangis tapi tetap memakan makanannya tanpa lauk tanpa mau menoleh sedikitpun ke arah mereka dengan moca moci yang sedang makan di sampingnya.

"Awas kamu" tekannya menatap suaminya yang hanya bisa menjelaskan wajahnya.

"Injun sama mama yuk nak, mama kasih ayam lagi yuk atau mau yang lain sayang" Wendy ikut berjongkok berusaha membujuk putranya karena ketika Renjun ngambek akan sedikit sulit untuk di rayu sekarang.

  Renjun sendiri tidak merespon mamanya, tangan gempalnya dengan pelan memasukkan nasi ke mulutnya dengan air mata yang sudah membanjiri pipi gembul nya.

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang