Photograph 3

5.4K 459 5
                                    

Prilly's POV

Seperti biasa, siang ini aku sama bunda udah di galeri. Bunda mengecek lukisan yg lain didalam. Sedangkan aku membereskan beberapa lukisan yg tidak tersusun rapi ditempatnya diruang tengah galeri.

"Pril, nanti kamu anter lukisan ke kantor temen ayah yaa." ucap bunda yg sedikit berteriak dari dalam.

"Iyaa bun kasih aja alamatnya."

Aku sudah biasa disuruh bunda mengantar lukisan kesana kemari. Meskipun begitu tetapi kami mempunyai pegawai khusus untuk mengantar lukisan-lukisan yg dipesan dari para kolektor.

Aku bersyukur banyak yg menyukai hasil lukisan ku dan eyang. Para pelukis yg lain juga menitipkan lukisannya kepada galeri kami untuk dijual. Banyak juga orang-orang yg datang langsung ke galeri untuk melihat-lihat lukisan-lukisan cantik ini. Tentunya aku dan pegawai yg lain yg melayani para pengunjung.

"Niih alamatnya Pril. Lukisannya yang didekat jendela tuh. Hati-hati yaa kamu bawanya."

"Emang temen ayah maunya jam berapa bun lukisannya sampe ?" tanyaku sambil mengambil lukisan yg bunda maksud dan meletakkan nya diatas meja khusus untuk membungkus.

"Jam 11 siang ini. Kamu bantu Andra aja dulu tuh."

Aku hanya mengangguk paham. Segera ku bantu Andra yg terlihat sedang kesulitan mengangkat lukisan yg berukuran cukup besar.

Tidak terasa setelah aku bantu bunda dan pegawai yg lain, kini waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.

"Bun bentar yaa Prilly kebelakang dulu. Mau siap-siap nih. Dikit lagi jam 11 soalnya." ucapku sambil melangkahkan kaki keruang belakang. Bunda hanya mengangguk karena kebetulan saat ini galeri cukup ramai.

Aku siap mengantar lukisan cantik ini ketempat tujuan. Sebelumnya pegawai yg lain sudah meletakkan lukisannya didalam mobil operasional milik galeri. Dan aku pergi ditemani oleh Andra.

"Lo tau kan Ndra dimana alamatnya?" tanya ku.

"Tau Pril, sering juga kok nganter lukisan kesana."

"Oh gitu, bagus deh kalo lo tau."

Kembali aku fokus mengendarai mobil yg kubawa. Namun tiba-tiba aku merasakan seperti ada mobil lain yg menabrak bagian belakang mobil ku. Aah shit! Bisa kena omel bunda kalo gini ceritanya. Dengan emosi yg meluap, aku dan Andra turun dari mobil lalu mengecek kondisinya. Ternyata mobil yg menabrak ikut berhenti dibelakang mobilku. Aku lihat pengemudinya turun dengan tampang panik. Eh tapi kenapa aku jadi salah fokus begini ? Yang turun barusan dari mobil malaikat atau manusia ? Tampan. Sungguh.

Aku tiba-tiba tersadar dari lamunanku, untungnya Andra langsung menepuk pundak ku. Kalau tidak ? Bisa mati berdiri aku disini kelamaan melihat ketampanan wajah nya.

"Makanya mas kalo bawa mobil yg bener. Jangan meleng aja." sungut ku.

"Aduh maaf mba maaf banget. Saya ngga sengaja. Ada yang lecet ga ? Kalo ada lo bisa hubungi nomer ini." ucapnya sambil memberikan selembar kartu nama kepadaku.

"Hmmm gatau deh. Biar gw cek lagi nanti. Kalo ada yg lecet gw langsung hubungi nomer ini. Sorry gw buru-buru. Permisi." ucapku sok ketus. Langsung aku rampas kartu nama yg masih dipegangnya. Aku dan Andra masuk kembali kedalam mobil dan meninggalkan pria itu.

"Pril, kok lo tadi bengong gitu sih pas tuh orang turun dari mobilnya?" Tanya Andra

"Hah? Eeee... Cuma kaget aja kok." Jawab ku sekena nya. Ah si Andra kenapa pake nanya sih.

"Kaget kenapa lo? Terpesona sama tampang nya yang ganteng maksimal ? Hayooo jujur aja. Iyakan Pril? Iyakan?"

Demi apapun Andra kau begitu menyebalkan. Batinku.

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang