vii. peluk paling hangat

426 37 9
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



     Senyum hangat hiasi wajah Jehian, peluk yang hanya bisa Jehian dapatkan di malam natal akhirnya ia dapatkan lebih cepat.

     Figur yang dipanggilnya papih telah pulang dengan senyum yang sama hangatnya membingkai wajah letih usai seminggu bekerja jauh dari keluarga. Tangan besar masih setia mengusap sayang punggung lebar Jehian buat dirinya nyaman berlama lama direngkuh sang kepala keluarga.

     Tak peduli debar jantung yang kembali berdegup kencang usai kembali dari berkeliling mall bersama Yovie, kembali mendapatkan pelukan yang paling Jehian rindukan sudah lebih dari cukup untuk saat ini.

     "Sorry papih baru pulang, how's you feel today?"

     Rengkuhnya telah lepas, diganti dengan Jehian yang di dorong perlahan menuju ruang makan. Beberapa kursi sudah ditempati pemiliknya, hanya tersisa dua kursi milik kepala keluarga dan Yovie yang saat ini tengah mandi di kamarnya.

     "Good enough pih, oh grandpa ada titip wine sama aku nanti," belum usai Jehian mengatakan kalimatnya sampai akhir, figur papih lebih dulu menyela dengan mendorongnya duduk di kursi milik Yovie.

     "Gampang itu, nanti papih ambil sendiri."

     "Sekarang makan dulu, kamu kurus banget papih don't like it. Kamu jangan ikutan sok diet kaya Calvin ahh, papih lebih suka kamu chubby dikit kaya dulu." seru papih.

     Calvin yang namanya disebutkan hanya mendengus kencang, sengaja untuk membuat pria dewasa yang baru menyindirnya sadar kalau orang yang papihnya maksud ada disana.

     "Apa kamu mau makan pake apa? Biar papih ambilkan, kalian juga ayo makan biar nanti Yovie nyusul." tangan yang paling tua terangkat menunjuk tiap menu yang buat Jehian pening sejenak.

     Menu makan malam berbaris rapih di sepanjang meja, dengan beragam olahan daging jadi bahan utama tiap masakan sejauh Jehian mengabsen tiap piring yang disajikan disana.

     Adam's applenya meneguk air liur kaku, lalu fokusnya beralih menatap figur kepala keluarga yang masih sibuk mengambilkan menu makan ke piring putra putranya, "Ppih sorry tapi aku udah kenyang, tadi sebelum pulang sempet mampir makan dulu sama kak Yovie soalnya."

     "Ck, Ga tau terima kasih banget." decak pelan dari Calvin total Jehian abaikan, daripada harus kesal dengan ucapan Calvin, menyelamatkan nyawa sendiri jauh lebih penting untuk saat ini.

     "No Jehian, papih belum liat kamu makan. So ambil nasi kamu sekarang, biar papih ambilkan dagingnya, chop chop son!" tegas baritone papih ucapkan.

     Dan tak ada yang bisa Jehian pilih selain terpaksa mengambil nasi yang sudah di sediakan, lalu sepotong daging kuah santan papihnya tuang diatas nasinya.

     Disuapan pertama Jehian masih merasa aman, kuah santan yang pekat masih terasa asing dilidahnya sekalipun saat tiba di Indonesia kemarin Johnny sudah sekali memberinya menu yang serupa.

     Sampai di suapan ketiga rasa mual kembali menyerang ulu hatinya, tubuhnya bahkan belum sepenuhnya pulih dari serangan jantung yang menghantamnya seharian kemarin.

     Makan malam yang seharusnya dipenuhi euphoria penuh kehangatan jadi begitu terasa menyiksa untuk Jehian seorang, tangan kiri yang Jehian sembunyikan dibalik meja tak lepas ia remat demi menahan gejolak yang menghantam perut juga kepalanya.

     Keringat dingin bahkan sudah ikut andil dalam menyiksa Jehian saat ini, padahal yang ia lakukan hanya duduk menikmati makan malam yang mamihnya masak dan papihnya ambilkan untuk Jehian makan.

     Tapi ini Jehian, tekadnya jauh lebih besar daripada penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya. Berduel dengan malaikat maut saja masih bisa Jehian menangkan, apalagi untuk makan malam yang baginya tak seberapa sekarang.

     Suapan terakhir berhasil ditelan Jehian cepat, segelas air ia minum sampai tandas lalu memilih undur diri lebih cepat.

     "Pih, mih thank you for dinnernya. And sorry, aku izin istirahat dulu."




TO BE CONTIUNED

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang